Zafran memandangi kalung yang ia pegang, itu kalung yang diberikan oleh teman kecilnya, Dita. Sesuai janjinya zafran masih menjaga kalung itu dengan baik. Namun disisi lain zafran tidak tau apakah ia akan terus menunggu pemilik kalung ini atau dia akan mencoba serius pada Balqis?
Zafran ingin memantapkan hatinya, sebenarnya yang dia inginkan siapa? Dita atau Balqis.
Beberapa waktu lalu ibunya bilang kalau Dita juga ada di Boston, saat ditawari ingin dijodohkan dengan dita seharusnya Zafran senang artinya pemilik kalung itu akan kembali padanya. Namun hatinya berkata, dia harus menemukan sendiri pemiliknya. Zafran adalah tipe orang yang saat sudah menginginkan sesuatu ia akan berkorban apapun untuk mendapatkan hal itu.
Katakanlah zafran adalah orang yang egois, namun jika untuk kebahagiaannya zafran rela melakukan apapun.
"ternyata lu deket banget sama gua, api gua gak tau apa lu yang gua pengen atau orang lain" gumam Zafran di kamar Apartemennya sambil memegangi liontin kalung berbentuk bulan itu.
Zafran bingung, sangat bingung. Ia butuh petunjuk.
Tanpa berfikir zafran pergi kedapur untuk mengambil air Wudhu. Ia sangat butuh petunjuk saat ini. Hanya ini yang bisa diharapkan zafran untuk membantunya dari kebingungannya.
Mencurahkan segala keluh kesahnya pada sang pencipta. Zafran selalu seperti ini jika kebingungan. Sholat Istikharah selalu zafran lakukan saat ia kebingungan dalam memutuskan sesuatu.
Walaupun dulu punya image playboy, suka ganti ganti cewek namun inilah Zafran ketika sedang kebingungan.
Dalam doanya Zafran meminta petunjuk untuk apa yang harus ia lakukan. Ia bingung membedakan nafsunya, apakah Balqis hanya bentuk nafsunya atau memang Balqis lah yang harus dia perjuangkan, atau mencari sang pemilik kalung yang katanya dekat dengannya.
Sementara disisi lain kota Boston. Seorang gadis masih berkutat dengan beberapa laporan praktikumnya sejenak berhenti dari aktivitasnya. Pikirannya melayang pada kejadian beberapa hari lalu saat ia bertemu dengan orang yang sangat dikenalnya. Sudah lebih dari 15 tahun ia tidak pernah bertemu dengan orang itu. Dia merindukannya, begitu juga dengan orang itu.
Balqis akui, seseorang yang saat ini kerap mengganggunya di kampus cukup menarik perhatiannya. Namun ada sesuatu yang harus ia jaga.
Sebagai seorang wania Balqis harus bisa menjaga perasaannya, hanya ada 1 nama yang terukir di hatinya bahkan sejak dirinya tidak mengenal apa itu cinta.
Bertemu kembali dengan Sosok ibu dari orang itu mengembalikan ingatannya pada momen beberapa tahun lalu yang sangat menyakitkan untuknya. Kepindahannya dari Jakarta ke Bandung tentu menyakitkan untuk anak anak seusia itu.
Balqis tidak dapat membodohi dirinya sendiri, menunggu seseorang untuk mengambilnya itu adalah hal terkonyol yang pernah dipikirkannya. Balqis lelah menunggu orang yang bahkan tidak tau bagaimana kabarnya sekarang yang ia tau orang itu sekarang berada dekat dengannya.
"Ya Allah tolong Balqis harus apa" gumamnya sendiri.
Balqis berjalan menuju lemarinya, dimana disana ia menyimpan sesuatu yang berharga baginya. Dulu ia memberikan sebagian barang itu pada seseorang yang ia harap bisa kembali bertemu dengannya.
"Kalo memang kamu disini, kenapa kita tidak bertemu?" gumamnya sambil melihat liontin bintang itu.
~
Keesokan harinya saat dikampus, Balqis berlari terburu buru karena dirinya terlambat untuk kelas Praktikum paginya. Terkadang di Biologi memang, untuk mengamati sesuatu memiliki waktu yang cocok agar objek dapat terlihat sempurna.
Berlari pagi menyusuri Koridor Fakultas Ekonomi yang paling jarang ia gunakan, tapi inilah jalan tercepat untuknya sekarang.
"Hi babe, What are you doing here" goda orang itu menghalangi langkah Balqis menuju Laboratorium biologi. Balqis hanya diam tidak merespon orang orang itu, menurutnya jika merespon sama saja dengan memberikan sinyal pada mereka. Tapi dia juga sedang buru buru.
"Don't Touch her guys" suara itu menginterupsi dari belakang Balqis. Para lelaki itu yang tadinya ingin bermain sedikit lama langsung pergi begitu melihat siapa yang datang. Dia memang bukan siapa-siapa di kampus ini namun mereka paham karena sering melihat orang ini sering mengikuti gadis ini.
"Kau buru buru kan, pergilah" ujarnya pada balqis saat para lelaki yang mengganggunya pergi, mungkin merasa ragu balqis belum juga beranjak dari sana "Tenanglah, aku akan berada didekatmu jika mereka mengganggumu lagi" sambungnya.
Balqis hanya mengangguk kemudian melanjutkan langkahnya cepat menuju Laboratorium Genetika yang berada di Gedung Lab Biologi. Sesuatu mengganggu mata Balqis saat melihat sesuatu dileher Zafran. Namun karena terlalu terburu buru dia tidak bertanya lagi tentang Kalung itu.
Singkat cerita Balqis sampai tepat waktu di Laboratorium Genetika. Dia harus berterimakasih pada Zafran nanti karena membantunya.
TIBISI
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Stop
General FictionBercerita tentang seorang playboy yang perlahan mulai Insyaf karena kejadian" yang dia alamai dalam hidupnya, dan pertemuannya dengan seorang gadis yang lngsung menjungkir balikkan hidupnya. Alur cerita maju mundur. Antar part kadang nyambung kada...