Kehidupan di Boston jangan anggap seindah novel novel karya penulis terkenal itu ya. Apalagi buat muslim kek gua gini, yah walaupun gua gk terlalu ngerasain gimana bullyan mereka disini tapi gua cukup sering ngeliat orang orang yang anti muslim tuh ngehate banget sama kita. Pernah sekali gua ngeliat cewe muslim dari timur tengah sampe jilbabnya di tarik tarik sama orang yang pasti itu anti muslim. Kasian juga liatnya tapi walaupun gitu gak sedikit juga yang belain cewek itu.
Alasan itu yang bikin gua kadang jengah bgt kuliah di Amerika. Tapi gua syukur si bisa kuliah di luar negeri apalagi ngeliat banyak org yang pengen kuliah di luar negeri bahkan ada yg gabisa kuliah gua termasuk orang beruntung. Jauh dari orang tua juga buat kuliah disini itu makin terasa berat. Pokoknya gak seindah tulisan tulisan di novel deh.
Gua hari ini Cuma jalan jalan santai aja sekitar apartemen, bosen juga kalo kerjaannya Cuma di kampus sama ngedeprok di apartemen. Abang juga kuliahnya disini udah mulai jalan. Enak banget si jadi tu orang, kuliah S2 kedokteran pake LPDP pula. Bayangin aja uang saku bulanan yang di terima walaupun gak sebesar dari bokap tapi buat bali ke indo bisa buat nyicil rumah tuh kayaknya.
"1 Americano" ucapku kepada pelayan café tersebut. Selesai memesan aku memutuskan untuk mencari tempat duduk yang menurutku nyaman. Mataku jatuh pada sebuah kursi kosong yang didepannya duduk seorang malaikat pujaan ku. Anjir zafran kok lu jadi bucin anjir.
"Boleh duduk disini gak?" ucapku, dia meletakkan bacaaanya ke meja lalu menatapku. Sumpah cantik banget Ya Allah. Dia kemudian mengedarkan pandangannya menysir seisi ruangan cafee tsb.
"silahkan" kemudian aku langsung duduk di depannya, mengeluarkan Notebook ku untuk mengerjakan beberapa tugas, seenggaknya biar didepan Balqis keliatan rajin dikit lah.
"Silahkan di nikmati" ucap pelayan café tersebut yang datang membawakan pesanan ku. Yang hanya ku balas dengan senyuman.
"Hey teroris, dimana kau menyimpan bom mu" Astagfirullah ucapan yang sangat kasar menurutku, apa alasan orang bule itu sampai tega mengeluarkan bahasa seperti itu kepada ku dan Balqis.
"Jangan di tanggapi biarkan saja" ucap Balqis pelan
"Tapi dia...."
"Sudah biarkan saja"
"Hey Bitch!! Listen To me. Go away from my country! Or you can stay here if you take off your fucking hijab, I can help you for that" ucapnya sangat kasar langsung menarik paksa jilbab yang ada di kenakan oleh Balqis walaupun balqis melawan dengan tidak membiarkan wanita itu menarik paksa hijab yang ia kenakan
"Hey!! Take off your hand. Apa dia mengganggu mu? Apa kau di rugikan dengan hijab yang ia kenakan?" bela ku
"Ya!! Itu sangat mengganggu mereka adalah teroris"
"Cukup!! Nyonya kau silahkan pergi dari sini, kau yang memulai keributan" ucap manager café tersebut yang sigap mengambil tindakan
"hey why me? Dia yang harus pergi. Usir teroris itu dari sini" teriakny sambil menunjuk nunjuk Balqis yang sudah menangis dipelukan seorang wanita.
"Pergi atau kau kulaporkan polisis karena mengganggu ketertiban umum"
"sialan kalian akan ku ingat ini" Ucap wanita itu lalu akhirnya pergi meninggalkan café itu. Sungguh inilah yang kumaksud kuliah di Amerika tidak seindah novel atau film film. Aku menghampiri Balqis yang masih menangis ketakutan di pelukan wanita pelayan café itu.
"Hey kau oke? Aku antar kau pulang" ucap ku hanya ditanggapi anggukan kecil darinya. Langsung kubayar semua minuman termasuk minuman Balqis. Langsung ku ajak dia meninggalkan café terebut. Sebenarnya gua juga gak tau si pastinya dimana apartemen Balqis Cuma ya gua sosoan tau aja haha.
"Kelewatan, gedung apartemenku yang itu" tuhkan bener kelewatan
"oh lewat ya haha, maaf aku gak tau" ucapku
"Terimakasih" ucapnya lalau turun dari mobilku
"Hati hati ya langsung istirahat aja" ucapku kemudian, gua nunggu dia masuk apartemen dulu abis itu pulang. Hah ternyata emang Amerika negara yang keras. Dimanapun emang ada anti muslim tapi sejauh ini yang kuketahui Amerikalah yang paling menentang imigran dari negara muslim.
TBC
Mohon dukungan terhadap cerita ini
jangan lupa vote dan comentnya. silahkan kritik sesuka hati asalkan kritiknya bersifat membangun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Stop
General FictionBercerita tentang seorang playboy yang perlahan mulai Insyaf karena kejadian" yang dia alamai dalam hidupnya, dan pertemuannya dengan seorang gadis yang lngsung menjungkir balikkan hidupnya. Alur cerita maju mundur. Antar part kadang nyambung kada...