Semilir angin sore menyapu lembut kulit seorang gadis yang nampak sedang serius membaca novelnya di belakang kampus tempatnya kuliah.
My Weapon, itulah judul novel yang saat ini di bacanya.
Dalam hati meggerutu serta mengutuk sang antagonis yang kelewat kejam sesama saudaranya sendiri, tetapi sekejam-kejamnya ia, si pemeran utama pria jauh lebih kejam.
Tak ragu pria itu melepaskan timah panah tepat di pusat nyawa berada pada tokoh antagonis dengan smirk terpampang di wajahnya, membuat sang antagonis kehilangan nyawa saat itu juga.Amia, nama gadis itu berdecak, si Serana ini tidak tau kah ia bahwa sang pemeran utama pria terkenal akan kekejamannya dan kebengisannya, berani menyentuh miliknya maka ucapkan 'hai' pada sang malaikat penjaga kubur.
Menutup novelnya yang berakhir keduanya hidup bersama, Amia memutuskan untuk bermain wifi sebentar sebelum berangkat kerja.
Tak lama dirinya pun bangkit, kakinya melangkah menuju ke arah gerbang kampus.
Di kota metropolitan ini, Amia tinggal bersama paman dan bibinya.
Orang tuanya sudah meninggal akibat kecelakaan pesawat di saat ia masih duduk di bangku Sma.
Tinggal bersama keluarga yang masih mempunyai darah dari salah satu orangtuanya, tak membuat Amia nyaman. Dirinya tak pernah merasakan kasih sayang dari keluarga itu, yang ia dapatkan hanya tekanan."Aahh, ingin ku menghilang saja dari dunia ini." desahnya dengan langkah pongah.
Tiba-tiba petir berbunyi sangat keras hingga membuat Amia dan beberapa orang terlonjak kaget. Kepalanya menengadah, menatap langit kebiruan di atas sana.
"Perasaan ngga mendung deh." gumamnya kembali melanjutkan langkahnya. Masih ada waktu sekitar 25 menit untuk masuk bekerja dan hanya butuh waktu 15 menit untuk Amia sampai disana.
Angin berhembus kencang, sangat kencang hingga Amia merasa tubuhnya seolah ikut terbawa angin.
"Kenapa mendadak ada angin kencang?" gerutunya saat sudah sampai di trotoar untuk menahan angkutan umum.
Tak Amia sadari di belakangnya sebuah pohon berukuran sedang, menunjukkan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Orang-orang di sekitarnya berteriak, membuat Amia kepo. Amia menyerngit kala melihat tatapan mereka yang di tujukan untuknya, orang-orang itu sedang berteriak padanya?
Na'as, sebelum menyadari, Amia merasakan hantaman kuat dari belakang tubuhnya di susul wajahnya berbenturan dengan aspal jalanan.
Sakit!
Sangat sakit.
Segerombolan dan teriakan orang-orang mulai datang mengerumuninya yang sudah lemah tak berdaya.
Perlahan matanya menutup, dapat di rasakan sesuatu mengalir dari kepalanya.Saat itulah semuanya gelap.
"Kak Serana.." Amia mengerjap saat mendengar suara lirih itu.
Dimana ia?
Di rumah sakit?
Apakah ia selamat dari pohon tumbang itu?Gadis itu mengerjap beberapa kali saat dirasakan pergerakan dari seseorang yang terbaring lemah di atas brankar.
"Tunggu, aku panggilin dokter dulu." pamitnya segera meninggalkan Amia dengan segala kebingungannya.
Amia mengedarkan pandangannya, ruangan berwarna putih, pasti dirinya berada di rumah sakit.
Pintu kembali terbuka, menampilkan seorang dokter dengan dua perawat di belakangnya tak lama di susul gadis yang pertama Amia lihat saat sadar dan dua orang paruh baya yang di yakininya adalah pasutri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aiserana: Transmigrate To Villain Figures Pindah Ke ICANNOVEL
HumorPindah ke ICANNOVEL Rank: #1 in petualangan (14/04/2021) #1 in humoris (14/05/2021) #2 baper (31/07/2021) JANGAN LUPA UNTUK FOLLOW... Amia tidak menyangka bahwa insiden pohon tumbang yang merenggut nyawanya, bisa kembali terban...