Rumah Seperti Apa yang Kau Sebut? [Author POV]

89 10 2
                                    

Dan seharusnya lo tahu betul kalau rumah itu harus diciptakan, bukan terlahir tiba-tiba.
〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️✴️〰️〰️〰️〰️〰️〰️〰️

Sambal goreng cumi pete masih menjadi makanan favorit bagi Tama. Tapi siang ini selera makannya benar-benar buruk. Tiga orang di hadapannya adalah biang masalah utama. Diikuti oleh adegan mesra pasangan suami istri baru di bar dapur sana. Kalau Tama ditanya apa yang ingin ia lakukan sekarang, niscaya ia akan berkata dengan lantang bahwa ia ingin kabur.

"Gak makan?" Salah satu dari tiga lelaki itu bertanya, matanya jelalatan pada paha ayam yang tidak Tama sentuh barang setitik, "Kalau gak laper buat gue ya!"

"Hus!" Lelaki satunya lagi, yang memakai kacamata, menepis lengan adiknya. Si adik cuma meringis sambil tetap melanjutkan makan siang yang tinggal sedikit.

"Sopankah begitu, wahai Kakak Manda?"

"Berisik Joyko!"

"Anjir, faber castle kali ah."

"Dek, mulutnya dijaga!" Terdengar suara teriakan lembut dari bar dapur. Joy meringis kecil, diikuti bahak tawa dari Ramanda.

"Tuh, makanya yang sopan. Yang gak Mas Kelvin?"

Kelvin cuma menggeleng kepala maklum karena sudah bertahun-tahun menghadapi tingkah laku kedua adiknya.

"Kalau kalian keselek, rasain sendiri, ya."

Ancaman Kelvin berhasil membungkam kedua adiknya. Ramanda dan Joy ingat betul kalau beberapa tahun ke belakang, tragedi tersedak karena terlalu banyak ngomong saat makan hampir merenggut nyawa keduanya.

Saat itu, Ramanda duduk di tingkat akhir SMP, sedangkan Joy sedang sibuk mengurusi ospek. Memang semesta seringkali bercanda. Ketua pelaksana Ospek saat itu adalah Ramanda. Namun, Joy tidak serta merta mampu memanfaatkan kekuatan orang dalam. Ramanda sangat pelit informasi. Sedikit pun tak pernah ia membocorkan jawaban dari tebak-tebakan makanan yang harus Joy bawa. Otomatis Joy frustrasi. Ditambah Mas Kelvin sedang mempersiapkan sidang skripsi untuk beberapa hari ke depan.

"Kak, gue traktir ciki deh nanti."

"Ogah, lo pikir harga diri gue setara dengan makanan ringan penuh micin?" Ramanda berkilah, ia melangkah semangat menuju dapur. Mama sedang masak nasi goreng sambal cumi pete saat itu. Entah mengapa, beberapa hari ke belakang Mama sering sekali membuat sambal cumi pete.

"Pelit banget sih sama adek sendiri!" Joy menjerit sambil meremas kepala. Betapa mengenaskan hidup anak yang satu itu.

"Dih, lo kan-"

"Kak..." Ramanda langsung menutup mulut ketika Mama datang dengan sebakul nasi goreng harum. Oh baiklah, nasi goreng Mama cukup untuk menyuap mulutnya agar tidak berkata yang buruk-buruk pada Joy.

"Joy, kalau gue kasih tau sekarang, lo gak akan ada pacuan buat mikir. Masih bocah jangan dibiasain mengandalkan orang dalem. Ya gak, Mas?"

Mas Kelvin yang baru datang mengangkat alis, "Kesambet apaan, Ram?"

"Diihh!" Ramanda melengos, "Gue kan mau ngikutin jejak Mas Kelvin. Sang motivator keluarga. Anak cerdas kebanggaan Mama."

Retoris [Fiksi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang