P R O L O G

12 1 0
                                    

"Dia telah menjadi pelindung yang gagal, untuk seorang putri yang kini harus menerima kenyataan terpahit dalam hidup nya."

***
02.00

     Natan berlari ke lantai atas setelah mendengar informasi dari salah satu pelayan klub. Orang yang tengah di carinya itu berada di ruang kamar nomor 115. Satu yang ada di pikiran Natan saat ini, untuk apa gadis itu berada di sana?

Tok...tok...tok...

"Argh!"

Natan berdecak frustasi. Sudah ketukan ketiga kali, tetapi tidak ada yang menyahut ataupun membukakan pintu, dimana gadis itu?

Lagi, untuk terakhir kali nya Natan mencoba mengetuk pintu kayu coklat berpapan tulisan 115 itu, berharap kali ini orang yang tengah Ia cari membukakan pintunya, dan menjelaskan apa yang sebenarnya gadis itu lakukan di sini.

Natan mengacak-acak rambutnya frustasi, kegelisahannya sudah semakin memuncak sekarang. "Tin,Lo dimana?"

Kali ini terpaksa Natan harus mendobrak paksa pintu itu, perasaannya sudah campur aduk, dia khawatir dengan gadis yang di cari nya itu. Dia sudah kehilangan akal untuk melakukan cara-cara lain selain mendobrak pintu dihadapannya ini dengan sesegera mungkin. Karena sudah pasti pihak hotel tidak akan memberikan kunci cadangan hotel, dengan alasan bermacam-macam.

Sebelum mendobrak paksa pintu tersebut, Natan meminta izin kepada Staf hotel untuk mendobrak pintu kamar 115, dengan alasan khawatir terjadi sesuatu di dalam. Menurut salah satu satpam yang bertugas berjaga di sekitar kawasan hotel, Ia juga melihat seorang perempuan seperti Satin dalam kondisi mabuk, dan di bopong oleh seorang Pria yang satpam tersebut kira adalah kekasihnya, karena itu Ia tidak mencurigai apapun.

Dari beberapa keterangan yang ada, itu sangat mendukung Natan untuk mendapatkan kunci cadangan kamar 115. Tetapi pihak hotel tetap teguh pada pendiriannya, bahwa hal tersebut dilarang, karena menyalahi aturan mengenai privasi penginap. Mereka menjelaskan bahwa keterangan yang ada belum menjadi keterangan yang cukup untuk memberikan kunci cadangan sesuai ketentuan peraturan hotel ini.

Namun, bukan Natan namanya jika tidak nekat dan keras kepala. Ia memilih tidak menggubris semua penjelasan pihak manajemen hotel, dan kembali menuju kamar 115 untuk mendobrak pintu itu secara paksa.

Brak

Natan tercengang, badan nya melemas seketika, tidak ada yang bisa menjelaskan ekspresi apa yang Natan tunjukan sekarang. Semuanya terasa mengejutkan ketika Natan melihat sosok gadis yang di cari nya tengah terbaring di atas ranjang dengan dilapisi selimut yang menutupi setengah tubuhnya yang tidak mengenakan sehelai benangpun.

Natan langsung meminta Staf untuk segera mencari tau siapa yang memesan kamar hotel ini. Natan menjelaskan bahwa Ia mengenal siapa perempuan di dalam kamar ini, dan Natan yakin bahwa terjadi tindakan asusila di kamar ini.

Setelah itu Natan langsung berlari ke arah ranjang berlapis kain sprei putih itu, mata nya berkaca-kaca melihat apa yang seharusnya tidak di lihatnya, dan apa yang sebelumnya tidak pernah ada di bayangannya.

"Tin..."

Panggil Natan dengan suara pelan yang tertahan, bahkan untuk membangunkan gadis itu saja Natan tidak sanggup. Apa yang akan terjadi jika gadis di hadapannya ini terbangun, kenyataan buruk apa yang akan gadis ini hadapi selanjutnya.

Natan menyelimuti tubuh satin hingga menutupi seluruh bagian tubuhnya yang terbuka dengan selimut yang tersedia di sana, dia memandang sendu, khawatir, bingung, dan segala tatapan campur aduk untuk gadis itu. Natan tau ini bukan suatu hal yang di sengaja, apalagi mendengar keterangan dari salah satu pelayan yang sempat melihat Satin beberapa jam lalu seperti berteriak sebelum masuk ke dalam kamar.

Perasaan nya sekarang penuh dengan amarah dan kekhawatiran. Natan marah karena tidak tau siapa yang melakukan hal ini pada sepupu nya, dan khawatir akan seperti apa reaksi sepupunya setelah terbangun nanti. Akan seperti apa perasaannya jika mengetahui bahwa dia sudah di rusak oleh manusia tidak bertanggung jawab.

Aroma alkohol juga terasa sangat menyengat di indra penciuman Natan. Padahal dia tidak meminum alkohol sejak tadi, kini Natan semakin yakin bahwa Satin dalam pengaruh alkohol, dan gadis itu pingsan karena tidak sanggup menahan reaksi dari alkohol tersebut. Karena memang Satin tidak pernah menyentuh apalagi meminum minuman beralkohol sama sekali, sebelumnya Natan selalu melarang nya, meskipun gadis itu selalu merengek untuk mencobanya.

"Nat..."

Dua orang lelaki yang baru saja datang, tertahan langkah nya di bilik pintu saat melihat Natan tengah menangis merintih dan terlihat sangat frustasi.

Mereka berdua mendekat perlahan, lalu melihat ke arah ranjang dimana terdapat seorang gadis yang kini tengah di balut selimut putih. Mereka tau siapa gadis itu, bahkan mereka sangat mengenal gadis itu. Gadis yang sejak tadi mereka cari keberadaannya.

Keduanya pun bingung dengan apa yang terjadi sebenarnya, terakhir Natan meminta mereka untuk bersama-sama mencari Satin disekitar area klub dan hotel.

Salah satu dari mereka berdua berniat menanyakan apa yang terjadi sebenarnya dengan Satin "Nat, Satin kenapa?"

Natan menggeleng lemah, dia pun tidak tau dengan apa yang terjadi sebenarnya. "Gua gagal jagain Satin".

***
Welcome to the story of Nat & Sat
Hey! semoga kalian menikmati ceritanya ya!

Nat & SatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang