Bagian Pertama

12 1 2
                                    

FRIENDSHIP ISN'T ABOUT WHO FIRST, BUT ABOUT THOSE WHO ARE CARVING ENDLESS STORIES OF FRIENDSHIP.

---------------

"Ayas tunggu! Kamu jalannya kecepetan tahu," ujar gadis dengan rambut sebahu itu sedikit kesal.

"Kamu jalanya kayak siput sih," ujar lelaki tinggi itu diiringi kekehannya. "Jangan cemberut dong, manisnya ilang lho."

Si gadis memukul pelan lengan lelaki itu, "Ya habisnya Ayas nyebelin."

"Uuuuu pacar siapa sih ini? Lucu banget." Lelaki itu mengacak rambut si gadis.

Berbalut seragam putih abu dua sejoli itu terlihat sangat menggemaskan. Gadis dengan rambut sebahu itu terlihat sangat manis, tidak terlalu tinggi namun sangat pas dalam dekapan si lelaki, hidung mancung juga kulit putih bersih, bibir beroleskan lip balm glossy terlihat sangat menawan. Arlyndya, atau akrab dipanggil Indy adalah nama si gadis, ah terkecuali sang lelaki tampan memanggilnya Alyn, nama kecil mereka. Sedangkan lelaki bertubuh tinggi itu bernama Athalas, memiliki bibir yang cukup tebal sehingga banyak orang yang menyebutnya kissable, alis rapih, hidung mancung, juga rahang kokoh membuat sosok Athlas menjadi pusat perhatian. Badannya sangat atletis, si atlet beladiri juga ketua gang ternama di sekolahnya. Ayas, nama panggilan yang diberikan Alyn semasa kecilnya. Mereka bertetangga, bersahabat dan sekarang naik tahta menjadi status berpacaran.

"Pacarnya Atlas, cowok paling nyeremin di GIS," ucap Indy menyebutkan singkatan sekolah mereka, GSS, Geotama International School.

"Ah makin gemes aja," ujar Atlas.

"Eh iya yang lain pada kemana ya?" tanya Indy, mereka sedang membuat janji dengan para sahabat bobroknya.

"Yha kalau gak jalan sambil bucin ya kemana-mana dulu," jawab Atlas, bukan rahasia kalau mereka sering terlambat.

"Halo pasangan gumuy, maaf ya baru datang ini nih Eza telat banget jemputnya," ujar seorang gadis dengan baju ungunya. Panggil saja dia Gita, si ratu rekomendasi skincare.

"Apa sih, kamu yang dandanya seabad," elak laki-laki di sebelah Gita, itu Reza biasanya dipanggil Eza. Mereka tidak satu sekolah, bisa dikatakan Atlas dan Reza beda tongkrongan.

"Udahlah, paham kok gua siapa yang bikin lama," ujar Indy.

"Hehe, tau aja lo. Tadi katanya Nanaz udah berangkat," ujar Gita.

"Tuh Nanaz datang sama Milo," tunjuk Indy.

"Dah lama nih ngab?" tanya seorang gadis tomboy, dengan celana sobek-sobek, jaket ditambah sepatu Nike Air Jordan sangat menjadi ciri khas penampilanya. Dzeesca, biasa dipanggil Zee namun entah mengapa orang-orang memanggilnya Milo, mungkin karena sama-sama brand susu, kenapa tidak prenagen saja? Dia merupakan sepupu Atlas.

"Udah tahu kita telat masih aja nanya ege," ujar gadis anggun berwajah ayu, Nanaz. Penampilanya sangat modis, dengan warna-warna pastel di setiap pakaiannya. Cewek lembut yang mengincar Kean si otak berjalan.

"Heh tidak, seenggaknya Niu, Bang Regan, Kean, Rara juga Rafa belum datang," ujar Milo.

"Padahal abang gua berangkat dari pagi dah jemput Niu," ucap Indy, selaku adik dari Regan.

"Kean kemana ya? Eh At, dia ikut nongkrong gak?" tanya Nanaz.

"Kagak kali, dia meles ketemu mak lampir kayak lu." Atlas tersenyum.

"Eh sialan lu! Gua udah dandan cakep begini demi menarik seorang Keano si anak perpus," ujar Nanaz sambil mengibaskan tangannya.

"Mimpinya aja dapet Kean, disuruh ngisi soal fisika aja lu bilang mampus," ledek Gita.

"Eits mana ada itu, gua anak IPS mana ada belajar Fisika," bela Nanaz.

"Terus Kean anak IPA bisa tuh ngerjain tugas Sosio punya gua," ucap Atlas.

"Heih, beda cerita lah, Kean otaknya encer kayak kuah bakso," ujar Nanaz tak mau kalah.

"Udah-udah, kita tunggu aja mereka!" lerai Eza, dia selalu menjadi penengah dan paling pendiam.

"Raja gak kesini?" tanya Atlas, tentu saja pertanyaan ini untuk Milo kekasih sang Raja.

"Lagi sibuk dia, biasa lah lu tahu dia ngapain," ujar Milo dengan muka datarnya.

"Paham kok gua," ujar Indy.

"Eh Naz! Siap-siap tuh motornya Kean woy," ujar Gita sambil menyenggol lengan Nanaz.

"Dah cantik kok gua," ujar Nanaz.

"Kemana dulu Kean? Telat ae lu!" ujar Milo.

"Beliin Rein bobba dulu," ujar Kean, Rein adalah adik Kean yang berusia empat tahun.

"Weh Rein udah bisa ngunyah boba? Bocil gen Z," ujar Indy.

"Wih calon adek ipar memang top," ujar Nanaz, sambil tersenyum manis.

Kean mengacak rambut Nanaz, "Adek ipar darimananya woy?!"

Nanaz dan Kean memang dekat sejak masuk SMA mereka sering bertengkar, Nanaz yang suka dengan Kean dan Kean yang juga menyukai Nanaz namun gengsinya terlalu tinggi.

"Pacar bukan, tapi kok uwu," ledek Indy.

"Uwu-uwu, ndasmu uwu! Ini gua acak rambut dia bukan ngelus," bela Kean.

"Tapi itu manis sekali," ucap Nanaz sambil tertawa.

"HALLO TEMAN-TEMAN! MAAF TELAT NIH RAFA TELAT JEMPUT," ujar seorang gadis yang baru datang dirangkul oleh sang pacar.

"Gak usah alesan deh kalian, dah tahu kok jalan-jalan dulu," ujar Gita.

"Hehehe ya maaf," ujar gadis itu.

Rara dan Rafa, Rara si anggun yang kemana-mana selalu mengenakan rok. Rafa si dingin bermulut pedas, kalau kata Nanaz sih mulut seblak level ghost paper.

"Kak Regan sama Niu gak bisa ikut kumpul nih," ujar Indy setelah membuka gawainya.

"Lah kenapa?" tanya Gita.

"Ini Mamanya Niu nyuruh mereka kondangan," ujar Indy.

"Ngakak banget Kak Regan kondangan, biasanya susah banget tuh," ujar Nanaz.

"Namanya juga bucin, apapun rela," ucap Rafa.

Meskipun kurang lengkap tapi tak mengurangi keseruan mereka, canda tawa menghiasi perkumpulan mereka kali ini, mulai dari Indy dan Atlas yang menjalani keuwuan, Rara dan Rafa yang menjadi duta bucin nasional, Gita yang meledek Nanaz yang sedang menggoda Kean. Eza yang hanya diam, dia memang tak banyak bicara, dan tak lupa Milo yang asyik melakukan panggilan video bersama kekasihnya, Raja.




////////

Halo, bagian pertama untuk membuka cerita, terima kasih sudah membaca.

Jangan lupa tinggalkan jejak ya!

Vote, komen dan Share.

Siapa tokoh favorit kalian???

Salam hangat,

Cessa.

2 From A to ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang