⇝𝓣𝓱𝓻𝓮𝓮 🍥

1.3K 211 10
                                    

♡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


PIKIRANNYA MUNGKIN SUDAH TAK WARAS LAGI. Sejak sebuah pengakuan gila dari bibirnya membuat otaknya konslet, bagaimana bisa dengan detik yang berlalu cepat dirinya dibuat tahu itu adalah sebuah perasaan 'Jatuh Cinta' persetan dengan itu namun diripun tak bisa menyangkalnya juga bahwa hatinya mengambil alih tindakan.

Bukankah sudah kentara jelas? Sejak awal mata safir itu memandang pigura gadis tersebut dapat membuat dirinya dilanda lamunan panjang tak berujung? Jika bukan yang namanya cinta lantas apa?

"Papa!"

Suara menyentak pikiran, safir mengerling pada bocah perempuan yang duduk di sampingnya. "Kenapa Papa tidak makan?"

Alih-alih menjawab Claude melontarkan pertanyaan yang membuat netra safir bulat itu berbinar, "Kau mau ikut denganku?"

"Kemana?"

"Taman bermain."

Felix tersedak. Menatap durja Claude tak percaya apa yang didengarnya, ia benar-benar terkejut dengan apa yang diucapkan pria yang memiliki surai kuning ini. Dalam hati memang Felix merasa senang dengan ucapan itu, karena semenjak Athanasia lahir Claude semacam memberikan jarak pada anaknya dengan wanita itu. Tapi disatu sisi hal apa yang menyebabkan tingkah pria itu sebegini berbedanya?

"Mau!"

Iyah tentu saja Athanasia mau, lagipula amat sangat jarang dua orang itu menghabiskan waktu bersama. "Felix kau urus perusahaanku," netra kelabu miliknya menyipit dengan senyum mengembang pada wajah. "Baiklah Tuan."

Benda pipih diketik oleh ibu jari mengirim pesan singkat yang ia asakan mungkin akan disetujui, "Bersiap-siaplah." Kata pria itu sekilas yang diangguki oleh putrinya semangat. Kaki kecil berlari meninggalkan dua orang pria yang masih bergeming, "Jadi apa alasanmu mengajak Athy pergi bermain?"

"Tidak ada."

Felix mendengkus, "Pasti ada kan? Seseorang yang membuatmu sebegini bedanya? Kuperhatikan seharian kau selalu melamun dengan ekspresi wajah yang berubah."

Claude menatap pria crimson itu, masih belum ada jawaban yang keluar dari celah bibirnya, Felix melipat kedua tangan. "Apa mungkin kau sudah menemukan penggantinya?"

Lagi-lagi.

"Aku tidak tahu, sulit untukku jelaskan." Steik lezat diabaikan, wajah rupawan memaling dari pandangan depan. Netra safir mematuk pada pigura wanita jelita yang terpajang pada dinding, "Yah jika begitu aku merasa senang untukmu, lagipula tidak ada salahnya membuka hati lagi bukan?"

Celotehan Felix memang dapat ia terima dengan nalar, mungkin sedikit ia timbang dengan baik memang seharusnya begitu. Lagipula sudah lima tahun sosok itu tak kembali, lalu untuk apa bertahan jila tanpa kepastian? Claude memang mencintai wanita itu, namun kelamaanpun rasanya percuma jika dilanjutkan.

𝐏𝐄𝐑𝐅𝐄𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang