♡
DIRI TENGGELAM DALAM LAMUNAN. Kalimat si pria surya masih menggema dalam otaknya terus memutar bagai kaset rusak dengan satu lolosan nafas lelah keluar jemari memijit pelipis pening.
Ada mata safir bulat yang diam-diam memperhatikan hingga celetukan membuat kepalanya beralih, "[Name]? Kau sakit?" Athanasia—perempuan lima tahun itu berdiri didepan sang wanita dengan menempelkan karantala kecil miliknya pada dahi.
"Aku baik-baik saja, bagaimana dengan sesi menggambarmu?"
"Ah! Kau benar," katanya sedikit terpotong karena ia beranjak mengambil buku gambar dengan coretan pensil dipermukaan. Kini jemari telunjuknya menunjuk subjek yang digambar, "Lihat! Ini Papa, ini aku, dan ini dirimu [Name]!"
Wajah Athanasia kepalang berbinar pancarkan pendar khas bahagia anak-anak menunjukkan hasil dari usaha tangannya, "Gambar yang sangat bagus Athy!"
Tepukan tangan diberikan sebagai apresiasi, lengkungan senyum terulas manis pada wajahnya. "Benarkah?"
"Hum itu benar, bagaimana caramu menggambar dengan bagus seperti itu?" Daksa mungilnya beranjak, duduk disamping sang wanita. "Aku belajar sendiri dengan Felix yang terkadang membantuku," ujarnya yang sekarang sibuk dengan sesi menggambarnya lagi.
Mata indahnya tekuri tangan itu bergoyang diatas kertas polos, diakhir pekan pria itu meminta dirinya menjaga Athanasia sementara dia dan Felix pergi untuk kunjungan perusahaan. Sedikit berpikir kenapa tak mengajak dirinya yang notabene sebagai sekretaris pribadinya?
Namun pria itu berkata bahwa tak ingin Felix terus-terusan menjadi babysitter Athanasia dirumah, yang langsung dua orang itu menghilang dengan mobil yang dikendarai oleh pria crimson tersebut.
"Athy apa kau merasa kesepian?"
Entah kenapa pertanyaan itu terlontar dari bibirnya, perempuan cilik tersebut sontak meneleng padanya. "Sangattt. Papa tidak pernah menemani Athy bermain, terkadang Felix pun sama saja. Para maid pun mempunyai kesibukan, jadi aku bermain sendiri tapi sekarang tidak apa-apa karena [Name] akan menjadi Mama Athy!"
Tubuh mungilnya menghambur memeluk wanita itu, ia bergeming dengan hati yang ragu. Bagaimana bisa dirinya mengatakan 'Tidak' dengan bocah yang terlalu mengharapkan kehadirannya?
Suara ketukan membuat dua kepala menoleh, "Biar aku yang buka kau disini saja." Anak itu mengangguk. Tungkai kaki beranjak dari sana, menuju sumber suara ketukan yang masih dilakukan jika bertanya kenapa tidak ada maid yang membukakan pintu? Karena pria itu membiarkan pelayan libur dihari pekan. Cukup manusiawi.
Gagang pintu diturunkan lantas ditarik kedalam, mata dapati figur familiar wanita cantik berdiri anggun bak model. "Halo aku Diana, apa kau pembantu baru di rumah kami?"
Bukan fatamorgana ataupun ilusi optik yang dilihat matanya sekarang, wanita itu benar-benar kembali disaat gadis ini sudah diambang batas percaya dengab opsi yang dipilih. "Bukan, aku Sekretaris Presdir."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐄𝐑𝐅𝐄𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍
Fanfiction˚ ༘♡ ⋆。˚ 𝒄𝒍𝒂𝒖𝒅𝒆 𝒅𝒆 𝒂𝒍𝒈𝒆𝒓 𝒐𝒃𝒆𝒍𝒊𝒂 ↳completed. ❝teruntuk dua manusia bodoh yang tak menyadari sebuah perasaan.❞ ©𝐮𝐤𝐢𝐲𝐨. 𝐄𝐬𝐭 : 2021/01/26 ©𝖬𝖾𝖽𝗂𝖺/𝖿𝖺𝗇𝖺𝗋𝗍𝗌 𝖿𝗈𝗋 𝖼𝗈𝗏𝖾𝗋 𝗎𝗌...