| Chapter II |

42 6 1
                                    

Yuki sedang memperhatikan jalan yang dilewati oleh mobilnya. Pohon-pohon besar yang menjulang tinggi, daun yang lebat menyatu dengan ranting pepophonan itu dan cahaya matahari yang masuk melewati sela-sela daun. Roda mobilnya melaju cepat, menginjak ranting dan dedauan kering yang jatuh berguguran menghiasi tanah. Mobil yang dinaikinya berjalan keluar dari hutan yang membatasi antara dunia immortal dan dunia manusia.

"Bisakah kau diam sebentar saja?!" Kesal Yuki karena sedari tadi Denki bernyanyi terus-terusan dan tidak menyetir mobilnya dengan benar.

"Ayolah Yuki, kita baru saja keluar dari kerajaan setelah sekian banyak pekerjaan dan masalah yang harus di urus, sekarang kita akan menikmati liburan dari urusan pekerjaan." Balas Denki santai dan berjoget tidak jelas.

Wajah Yuki yang sudah datar jadi semakin datar, menatap Denki di depannya dengan tatapan dingin dan tajam.

"Diam!" Ucap Yuki datar.

Namun Denki tetap berjoget dan bernyanyi, tidak menyadari raut wajah dan tatapan Yuki yang menakutkan.

Yuki menendang sandaran punggung jok yang diduduki Denki dengan kaki jenjangnya. Saking kencangnya tendangan Yuki, jok yang ditendangnya menjadi rusak alias jebol, dan Denki yang menduduki jok tersebut terbentur stir mobil.

"Sshh! Aw!" Denki mengelus dahinya yang terbentur stir mobil.

Denki menghentikan mobilnya, lalu menoleh ke belakang ingin protes. Tetapi ketika melihat Yuki yang sedang menatapnya datar, ia tidak jadi untuk menyuarakan isi hatinya dan menatap nanar sandaran punggung jok mobil yang baru ia beli seminggu yang lalu.

'Uangku... Hiks!'

Denki pun menginjak gas kembali dan menjalankan mobil yang mereka naiki, tanpa adanya sandaran punggung untuk pengemudi.

Yuki kembali memperhatikan jalan. Melihat gedung-gedung pencakar langit, kendaraan yang berlalu lalang walau tidak banyak, karena jalan raya yang sedikit sepi, dan genangan air bekas hujan yang menghiasi jalan.

Setelah beberapa menit di jalan, akhirnya mereka pun sampai di kampusnya. Yuki turun di depan pintu gedung kampus, sementara Denki ia memarkirkan mobilnya yang rusak, walau tetap terlihat indah di luar.

 Yuki turun di depan pintu gedung kampus, sementara Denki ia memarkirkan mobilnya yang rusak, walau tetap terlihat indah di luar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yuki berjalan memasuki kampusnya, pintu otomatis baru saja terbuka dan Ochako langsung memeluk Yuki.

"HUAAA KANGENNN!!" Rengek Ochako, memeluk Yuki erat.

Yuki sedikit tersentak, karena Ochako yang tiba-tiba saja memeluknya. "Sama." Balas Yuki, membalas pelukan Ochako.

"Hee?? Jahat sekali aku tidak diajak berpelukan juga..." Cibir Aoi.

Yuki tersenyum tipis, sangat tipis hingga tidak ada yang bisa melihatnya. Ia melepaskan sebelah tangannya dari pelukan Ochako, dan membawa tagannya ke depan, mengisyaratkan Aoi untuk mendekat dan ikut berpelukan.

Should I Trust U?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang