"Aku hanya mampu melangitkan namamu tanpa kamu tau, tapi apa masih ada harap untuk aku yang selalu menginginkanmu dari yang pernah menyakitimu?"
****
"Tugas dari bu Mala kamu sudah, Key?" tanya seorang wanita berkerudung hitam panjang.
"Alhamdulillah, udah kok Nai. Kamu sendiri?" tanya balik Keyla pada sahabatnya di kampus itu.
"Alhamdulillah, udah juga kok." Wanita itu tersenyum, dengan wajahnya yang ke arab-araban, berkulit putih mulus, hidung mancung, serta matanya yang hitam legam membuat gadis bernama lengkap Naila Putri Arda itu banyak di kagumi oleh laki-laki.
Naila yang selalu berpakaian Syar'i lengkap dengan cadar yang selalu menutup wajah cantiknya. Keyla mengenal Naila pertama kali saat mereka berada di mushola kampus untuk sholat zuhur.
"Mm, Nai, aku pamit duluan, yah, udah sore takutnya abang udah jemput di depan" seru Keyla pamit.
"Iya, silahkan, Key, hati-hati, yah!" jawab Naila dengan anggukan dan senyuman yang terlihat dari matanya yang menyimpit.
Keyla pergi meninggalkan taman kampus yang sejak tadi di jadikan tempat belajar setelah jam pulang kuliah bersama Naila. Ke adaan taman yang tidak begitu ramai, dan angin yang meniup kencang membuat mereka menjadikan taman saat menunggu jam kelas mereka.
Keyla sampai di tempat parkiran, menatap keseluruh sudut mencari keberadaan Ardi--abangnya, atau pun mobilnya. Tapi, nihil Ardi belum kelihatan di mana-mana. Apa laki-laki itu lupa menjemput adiknya? Atau masih ada pekerjaan di kantor lalu dia lupa mengabari Keyla?
"Assalammualaikum, Key" ucap seseorang dari samping dan mengagetkan Keyla.
"Eh, iya, wa'alaikumsallam." Keyla langsung menoleh ke sumber suara.
Kini di sampingnya, Raka berdiri dengan senyuman tapi matanya tidak lagi memandang Keyla sesuka hati, laki-laki itu lebih banyak menunduk dan melihat ke arah lain.
"Kamu mau pulang, yah?" tanyanya.
"Iya, Ka." Keyla meremas buku yang di dekapnya sejak tadi, akibat rasa canggung yang ada di antara mereka. Keyla pun memilih menatap lurus ke depan untuk mengurangi rasa gugupnya.
Keyla kembali kaget saat tiba-tiba handphone-nya berdering dan menampilkan nama Ardi sepagai penelpon.
"Wa'alaikumsallam, abang di mana?" tanya Keyla.
"Maaf, Dek, abang enggak bisa jemput dulu, soalnya abang masih ada kerjaan di kantor. Nanti tolong bilangin umi sama abi juga, yah, kalo abang kayaknya bakal pulang malam,"
"Ouh, gitu. Yaudah, Bang, nanti Keyla kasih tau mereka,"
"Yaudah, kamu pulangnya hati-hati, ya, Dek! Assalammualaikum."
"Iya, Bang, wa'alaikumsallam." Setelah Ardi memutuskan sambungan teleponnya, Keyla mendengus. Sekarang dia harus pulang naik apa?
"Gimana kalo ... aku antar pulang aja?" tawar Raka.
Keyla hampir lupa, sosok laki-laki itu masih ada di dekatnya dan pasti mendengar obrolan Keyla dengan Ardi barusan.
Keyla masih diam, dia bingung harus jawab apa. Jam sudah menunjukkan pukul 16:42, langit juga sepertinya akan turun hujan. Kalau pun Keyla ingin naik ojek online, Keyla tidak punya kuota untuk pesannya. Apa Keyla minta bantuan Naila saja? Tapi rasa tidak enak hinggap di hatinya, apalagi sekarang gadis itu juga sudah entah di mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKI-LAKI MASJID (END)
SpiritualBagaimana saat takdir melibatkanmu pada tiga orang yang membuatmu bingung menentukan pilihan? Saling menjaga demi cinta, dan rela melepas demi bahagia. Dan bagaimana kisah Keyla Azahra yang berusaha untuk menjadi putri yang baik dan juga menjadi wan...