Tawa dibalik bangku

25.5K 270 51
                                    

kenalin Nola, Elin, Ditha, Aina itulah nama kami, Keempat sahabat sehidup semati “katanya sih gitu”. Banyak yang bilang kami berempat ini adalah kumpulan cewe-cewe cantik “itu sih kata cermin sama adik kelas kami yang endak mau kena semprot”. Oh iya, cerita kami ini berawal kira-kira tiga tahun yang lalu, waktu itu kami bertiga sama-sama daftar kesebuah sekolah yang sama. Entah takdir atau cuman kebetulan saja, sejak perkenalan pertama kami, sampai kami di terima di sekolah yang baru kami kami berempat seakan tidak terpisahkan. Bahkan sampai-sampai kelas dan tempat duduk kami berempat berdekatan, tapi memang waktu itu hubungan antar kami berempat waktu kami masih kelas satu tidak selengket sekarang. Semenjak perkenalan kami yang pertama kami  berempat sudah di takdirkan bersama. Hampir setiap moment kami lalui bersama dengan penuh tawa. Tahun-tahun pertama persahabatan kami berlalu begitu cepat, tahun-tahun ketika kepolosan kami mulai berganti dengan sedikit kedewasaan. Walaupun persahabatan kami berempat ini sudah seperti adik-kakak tapi yang hampir tidak ada rahasia diantara kami, kalau untuk sifat dan kesukaan kami berempat ini sangat bertolak belakang. Walaupun, ada sebuah kegiatan yang disukai tiga dari kami tapi, kalau soal sifat jangan harap kami bisa cocok. Misalnya si Nola, dia orangnya agak keras iya maklum orang medan tapi diantara kami berempat dialah yang paling pinter jadi biasanya kalau ulangan kami suka nyontek sama dia (jangan ditiru ya kebiasaan yang buruk), lalu si Elin dia sifatnya masih kayak anak-anak tk tapi diantara kami berempat  dialah yang paling imut jadinya dia  kami jadikan bahan candaan maklum elin itu anak bontot, ada juga si Aina tampang sama bodynya sih sudah kaya anak SMA tapi otaknya agak sedikit miring jadinya, dia sering ketawa-ketawa sendiri gitu, dan yang terakhir itu si Dita anaknya si kalau di bandingin kami semua dialah yang paling cantik tapi di juga yang paling manja dan dia juga yang paling banyak buat cowok patah hati. Tapi itulah kelebihan persahabatan kami, karena di tengah semua perbedaan itu kami tetap bisa menyatukannya dan merubahnya menjadi banyak cerita-cerita persahabatan yang beribu warna.

Tahun –tahun pertama persahabatan kami di sekolah ini kami lalui dengan banyak sekali cerita, ada yang sedih ada juga yang senang bahkan ada juga yang sampai bikin ngakak setenganh mati. Untungnya di sekolah kami tidak ada system rolling jadi kami berempat bisa selalu beresama-sama tanpa takut harus terpisah karena kena rolling. Kami berempat ini masuk kelas yang paling terkenal di sekolah kami, iya kami masuk kelas IIV1 kelas dambaan semua siswa dimanapun karena biasanya yang masuk kelas ini adalah anak-anak yang encer-encer dan walaupun tidak encer tapi dibela-belain supaya bisa masuk kelas ini supaya bisa dianggap encer. Dari kami  berempat, jujur kalau menurut kami cuman si Nola yang pantes masuk kelas ini karena menurut kami dialah yang paling pintar diantara kami berempat. Tapi entah taktdir atau cuman kebetulan kami bertiga juga masuk kelas yang bisa dibilang kelas anak elit ini. Tapi disini kata elit itu kebalikannya kelas elit angkatan kami ini justru kalau kata guru-guru kami adalah kelas paling parah dan yang paling lengkap bagaimana tidak, di kelas kami semua tipe anak adan mulai dari yang paling jenius, yang pinter, yang nakal, yang alim, sampai yang paling bodoh juga ada. Kelas kami ini adalah raja dari semua kelas, kelas kami ini adalah raja ribut, raja nakal, bahkan sampai-sampai ada beberapa guru yang masuk kekelas kami keluar-keluarnya berlinangan air mata. Katanya sih gak tahan sama kami, tapi kami juga tidak tahu apa yang menyebabkan itu semua mungkin karena sebagian besar dari murid laki-laki di kelas kami nakal-nakal sekali. Hah… sudahlah tidak usah di pikirkan karena ini cerita kami berempat.

Kelas IIVpun berlalu, persahabatan kami berempatpun bertamabah erat. Bahkan ketika kami duduk dikelas IIIV persahabatan kami tidak hanya di lingkungan sekolah saja tapi lebih dari itu diluar sekolahpun kami berempat mulai sering jalan-jalan bareng bahkan kami nginap bergiliran. Maklum ketika kami naik kelas IIIV ini orang tua kami mulai sedikit kasih kelonggaran izin bagi kami. jadi otomatis dengan itu persahabatan kami pun mulai jadi semakin lengket. Tapi namanya juga persahabatan pasti ada saja yang namanya ngambek-ngambekkan marah-marahan dan galau-galauan dan si Nola sama si Dita yang paling sering kaya gitu dan sebabnyapun beragam tapi beberapa hari juga kami sudah saling minta maaf karena sadar kesalahan masing-masing dan baikan lagi. Di kelas IIIV ini juga kami semua sedikit demi sedikit mulai mengenal yang namanya cinta-cintaan, kami masing-masing juga mulai pacar-pacaran ala anak sekolahan dan yang paling sering matahin hati dan di patahin hatinya adalah si Nola sama si Dita. Kami berempat biasanya sering bercanda ria tertawa bersama dan ngalar ngidul bersama biasanya sih di deretan bangku paling belakang pas jam istirahat dan juga kalau ada jam kosong sambil di temenin sama keriuhan kelas kami yang sudah seperti pasar di pagi hari. Memang bagi kami berempat kelas IIIV adalah saat-saat dimana kami bebas bercanda,tertawa, bermain, dan melakukan semuanya bersama-sama karena kelas IIV adalah waktu kami untuk bisa sedikit bersantai.

Tak terasa saat-saat menyenangakan penuh canda tawa itupu telah berlalu karena kami sudah naik kelas IX, kelas dimana kami harus mulai serius untuk menentukan arah masa depan kami. tapi walau begitu semua cerita-cerita persahabatan kami tidak berhenti sampai disini, apalagi sekarang kami berempat sudah sepakat membentuk sebuah geng yang kami namai “GIGOS”. Dari sini kami juga mulai lebih mengenal arti persahabantan yang sebenarnya kami mulai menghadapi banyak peristiwa baik itu susah, sedih, senang tapi kami selalu berusaha menghadapi semuanya bersama-sama karena kami percaya kami ini adalah sahabat sejati. Di kelas IX tak banyak yang dapat kami lakukan bersama karena memang kami semua disibukkan dengan kegiatan-kegiatan persiapan untuk menghadapi Ujian Nasional yang sudah di depan mata. Tapi kami selalu berusaha untuk selalu mencuri-curi kesempatan di sela-sela kegiatan kami yang super duper padat ini. Di sela-sela waktu itu kami gunakan untuk hanya sekedar bermain bersama dan tak lupa selfie bersama untuk mengabadikan setiap moment-moment kebersamaan kami berempat, sebenarnya selfie itu adalah kebiasaan kami sejak lama. Di tengah-tengah serunya canda dan tawa kami tiba-tiba kami harus menerima sebuah kenyataan, kalau salah satu dari kami memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya di luar kota, mendengar itu semua kami sangat sedih dan  terpukul karena dengan semua itu otomatis canda tawa dan semua cerita-cerita persahabatan kami berempat yang penuh warna akan berakhir sampai disini karena kami beremapat akan terpisah. Beberapa hari kami sempat sedih dan tidak saling bicara, hingga akhirnya kami bertiga memutuskan untuk membujuk Elin untuk mengurungkan niatnya melanjutkan sekolahnya di luar kota, sekuat tenaga kami bertiga berusaha sekuat tenaga membujuknya untuk mengurungkan niatnya itu. Tapi kembali kami bertiga harus kembali menelan kekecewaan karena dia tetap ingin meneruskan rencananya itu, hingga akhirnya kami putus asa dan kami memutuskan untuk mengikhlaskannya pergi. Dan kini menjelang UN kami berusaha untuk terus dekat dengannya, karena kami tak ingin melewatkan sedetikpun waktu bersamanya untuk mengisi bagian-bagian terakhir cerita penuh canda dan tawa persahabatan kami yang penuh warna ini sebelum ia pergi meninggalkan kami nanti ketika cerita kami akhirnya akan tamat.Tak akan adalagi semua canda tawa kami, tak akan adalagi semua tawa kami tak aka nada lagi tawa dibalik bangku dan semua yang kebiasaan yang kami lakukan bersama selama ini tak akan lengkap karena kami tak lengkap, kami tak bersama-sama lagi seperti dulu dan semua cerita persahabantan kami yang penuh canda tawa dan berwarna akan berakhir dan hanya akan menyisakan kenangan dan luka yang menyakitkan yang akan abadi di hati kami masing-masing.

Hari demi hari telah berlalu tak terasa UN pun telah selesai dan juga pertanda bagi kami bahwa saat –saat kebersaamaan dan cerita-cerita persahabatan kami hampir tamat, dan ditengah-tengah semua itu kami sepakat untuk membuat sebuah film tentang cerita kebersamaan kami yang berisi foto-foto kami berempat selama kami bersama, semua foto-foto konyol, lucu, sedih dan banyak lagi moment-moment kebersamaan kami yang kami jadikan sebuah film kenang-kenanangan kami berempat “GIGOS”. Semua cerita kebersamaan kami saat-saat kami masih bersama mengukir cerita. Kami berempat berjanji tak akan pernah memutuskan tali persahabatan yang telah kami rajut sejak lama, hingga akhirnya harus diputuskan oleh sebuah perpisahan. Dan akhirnya hari perpisahan itupun tiba kami berempat berpelukkan erat sambil menagis terisak-isak mengenang semua kenangan cerita-cerita persahabatan kami yang penuh canda tawa dan berwarna. Keesokkan harinya setelah hari perpisahan itu kami bertiga pergi menemui teman kami Elin untuk mengucapkan salam perpisahan sambil tak lupa menyerahkan Copian Film “GIGOS” film kenang-kenangan persahabatan kami padanya, kami pun kembali berpesan padanya janganlah pernah melupakan semua cerita persahabatan yang kita bangun di balik bangku, jangan lupakan kami bertiga dan jangan memutuskan kontak dengan kami. kamipun bilang padanya kalau kami bertiga akan sangat-sangat kangen dengan semua tingkah lakunya yang kekanak-kanakkan yang sering kami jadikan bahan candaan itu.

Beberapa bulan telah berlalu setelah hari perpisahan itu, dan kami dengar dia sudah bersekolah di salah satu sekolah terbaik di kotanya sekarang begitupun dengan kami. Kamipun tetap saling berhubungan satu sama lain, walaupun kami sudah tidak bisa bersama seperti dulu lagi tapi setidaknya kami masih bisa saling mengobati rasa kangen satu sama lain. Kami tetap bersahabat hingga saat ini walaupun bentuk persahabatan kami sudah tidak seperti dulu lagi.

27 januari 2021

Kumpulan cerpen persahabatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang