Lost

2 3 0
                                    

00:30....

----------------++++-------------
Sekarang udah jam setengah 1 pagi namun hujan ini masih belum berhenti juga, sepertinya hujan ini tidak berniat untuk berhenti,kilatan dan bunyi petir semakin bergemuru, semenjak kami selesai makan siang tadi hujan ini tidak pernah mau mereda sedikitpun, angin malam terus menerus menerpa kulit kami yang terasa sangat dingin, serasa tulang-belulang kami sudah beku semua, wajah kami terlihat sangat pucat dengan bibir yang berwarna keunguan, ditambah lagi kami hanya makan tadi siang dan itupun kami hanya makan roti lapis dan beberapa camilan, itu tidak mungkin cukup untuk mengganjil perut kami sampai pagi dan kami tidak memiliki persediaan makanan siap saji lagi, apa lagi pakaian kami semua basah kuyup akibat hujan awat ini yang membuat perut kami serasa mual dan tubuh kami yang menggigil, sungguh nasib kami benar-benar sial, mau tidur tapi tidak bisa karna terlalu dingin dan pakaian yang basah kuyup.

"Ka-lau...se-per-ti...i-ni..ki-ta bi-sa...ma-ti kedi-nginan di si-ni!!.." ucap salah satu temanku dengan suara yang terdengar menggigil.

"Ter-us...ki-ta..ha-rus...gi-ma-na??" kataku lirih berusaha membuka mulut yang kaku seperti mau beku akibat terlalu dingin.

"Ke-napa sih na-sib ki-ta sesi-" kata-kata Sasya terpotong karna dua teman kami yang bernama Intan dan Fhadila tiba-tiba ambruk dengan mata tertutup.

Seketika kami lansung terkejut dan menoleh, ntah mereka mati kedinginan atau hanya sebatas pingsan. Kami semua lansung mendekatinya dan memeriksa keadaannya, tanpa menunggu aba-aba aku lansung menyentuh nadinya yang terasa begitu dingin seperti Es balok untuk mengetahui apakah mereka masih hidup apa sudah mati

Dan seketika aku lansung tercengang memetung ketika mengetahui keadaan mereka. Pikiranku mulai melayang sana sini, sesaat aku terkejut karna teman-temanku mulai mengguncang tubuhku yang mematung.

"Hey Alisa kenapa kau jadi mematung? Cepat katakan apa yang terjadi pada mereka? Apa mereka baik-baik saja??" tanya Sasya masih dengan suara bergetar kedinginan mengguncang tubuhku yang mematung.

Dengan berat hati dan rasa sedih, gelisah yang menguasai diriku, akupun mulai membuka suara.

"Fha-dila...dia...masih hidup....tapi kon-disinya...sangat....le-mah, jika dia terus...berada di...sini....ma-ka..di-a...akan ma-ti-" aku menjeda kalimatku dan mulai melanjutkan dengan suara yang bergetar hebat. "Sedang-kan...i-in-tan diaaa....dia su-dah...ma-ti-" lanjutku dengan air mata yang mengalir dan perasaan sedih, khawatir, gelisah, takut, tegang dan ntah lah semuanya tercampur yang bergejolak dalam hatiku. Aku takut jika kami semua terus-menerus disini maka kami semua akan bernasib sama seperti mereka, termasuk juga diriku.

Sungguh aku benar-benar takut. Seketika itu setelah mereka mengetahui keadaan kedua temanku, sontak mereka lansung terkejut dan mematung sama sepertiku. Semuanya tenggelam dalam pikiran masing-masing, ntah apakah yang mereka rasakan dan pikirkan sama sepertiku atau tidak, intinya kami semua mematung tanpa ada yang mengomentari sehingga keadaan menjadi tegang dan hening hanya terdengar suara petir dan derasnya hujan.

Setelah beberapa saat terdengar suara tangisan dari salah satu teman perempuanku di tengah-tengah keheningan kami.

Hiiks...hiikss...hhiikkss...

"Kalau..seperti...ini...terus...ma-maka...ki-ta...se-mua...akan...ma-ti-" kata Nisa ditengah-tengah tangisannya..

"Udah janga nangis Nisa, ini emang udah thakdirnya dan thakdir kita, kita emang tidak tau, apakah kita akan selamat disini atau bernasib sama seperti ke-7 teman-teman kita, intinya kita harus tetap tenang dan tetap berusaha untuk bertahan hidup di tengah-tengah maut yang terus mengintai kita!!!." seru Fixzo mencoba menenangkan namun masih terdengar bergetar.

WORST CAMPINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang