"udah beres kelasnya, Sha?"
Suara dari telepon menyaut. Kedengaran suara grasak-grusuk sesaat yang bikin aku sedikit tertawa.
"hati-hati, adek tungguin. jangan buru-buru kaya gitu. iya, ini baru keluar dosennya. Abang gak kerja?" tanya ku. tapi diujung telepon tidak ada sahutan.
"Bang Arksan?"
"eh iya, sebentar Sha. Abang lagi nyari kunci mobiiiil"
suara Arksan terdengar jauh. kayanya bang Arksan emang lagi cari kunci mobilnya. aku berjalan keluar dari kelas dengan tangan yang masih memegang hape. Bang Arksan masih mencari kunci mobilnya, sepertinya.
tiba-tiba ada yang menepuk pundak ku. aku menoleh cepat, menatap pelaku dengan cengiran khasnya, Haksa. aku balik jalan, aku tahu kalau Haksa akan tetap mengikuti ku. sudah jadi kebiasaannya.
"nungguin bang Arksan, Ra?"
Haksa ini ketimbang memanggilku Teresha kaya yang lain, dia lebih milih memanggil ku dengan nama belakang, Adenara. aku sebenarnya gak masalah. yang bermasalah itu bang Arksan. katanya "si Haksa manggil kamu beda dari orang-orang. kaya panggilan spesial. apa abang manggil kamu Ade aja ya? ih tapi mama manggil kamu Ara! kayanya abang yang orang asing!"
cemburu rupanya. tentu saja aku balas dengan pukulan di lengannya. Ade kan nama laki-laki! abang mah digebuk cuma ketawa doang, kesel banget lihatnya.
"iya, nunggu bang... eh iya halo. dah ketemu?
"halo. haloooo. Teresha? adeeeeek?"
"bentar, Sa. iyaaaa, halo? dah ketemu, bang?" aku mengalihkan pandanganku dari Haksa. Haksa menganggukkan kepala namun tiba-tiba berhenti. aku refleks ikutan berhenti. Aku lihat Haksa sedang merogoh isi tasnya namun fokusku lagi di bang Arksan.
"udaaaah. ada Haksa disana ya? suruh dia temenin kamu dulu. sepuluh menit deh abang sampainya." terdengar suara tutupan pintu mobil. sepertinya bang Arksan sudah mulai jalan ke sini. aku hanya menjawab dengan deheman dan meminta untuk menutup panggilan. bahaya untuk abang dong kalau masih telponan?
"Nih minum dulu, Ra."
Haksa memberiku susu kotak rasa coklat, sedangkan punya dia rasa vanila. yah, aku terima dengan senang hati.
aku dan Haksa berjalan ke kantin fakultas Ekonomi. ini sih udah jam makan siang dan kantin pasti rame banget! antri deh ini. "Haksa, aku skip deh. males banget nunggu sepi." aku berhenti sambil menarik ujung baju lelaki itu. Haksa melirik ke arah ku lalu ke arah kantinnya kemudian lelaki itu membuang susu kotakan ke tempat sampah dengan melemparnya.
aku masih memegang ujung bajunya. "jadi mau kemana, Ra? mau ke MCD?" tanya Haksa sambil melepaskan tanganku di ujung bajunya. "jangan ditarik tarik dong. melar entar baju gue woi." lanjut Haksa dengan cengiran bodohnya itu.
"ayo." ajak ku.
"hah? kemana?"
"tapi ke MCD."
Haksa melirik ke arah belakang ku dan menjawab, "Abang lo udah mau nyampe. besok aja, gue temenin."
*
Abang Arksan lagi di kamarnya, pasti lagi main PS. Bingung, kalau minggu gini suka gabut. rasanya aku mau keluar, jalan-jalan. mama sama papa pagi-pagi gini pasti lagi lari pagi. aku jalan ke kamar abang untuk mastiin kalau penghuninya masih bernafas dan tebak? apa yang aku lihat?
ORANGNYA GAK ADA DI RUMAH, MANA RAPI BANGET INI KAMAR.
"ABAAAAANG!" Teriak ku.
Gak ada sautan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelions
Teen Fiction[ONGOING] "Kata siapa teman gak bisa jadi teman hidup? Sini ngopi dulu sama gue." Started : 01 March 2021 Finished : - © Vlhmrara