Bagiku, Haksa bukan hanya teman biasa. Untuk ukuran seseorang yang sudah kenal sejak lama, tentu aku sudah mengetahui apa saja tentang Haksa. Tentang apa saja yang dia sukai dan tidak dia sukai. Dan juga Kepribadiannya yang menyenangkan bahkan bisa membuat orang-orang disekitar tertarik untuk mengenalnya lebih dekat. Aku salah satu orang yang tertarik untuk menjadi dekat dengannya, mungkin karena aku sedang beruntung makanya hanya aku yang benar-benar menjadi teman dekatnya sekarang ini.
Jika ditanya pernah naksir sama Haksa aku jawab, bukan pernah tapi masih. Aku kenal Haksa sudah hampir 7 tahun. Kami masuk di SMP yang sama. Aku saat kelas 1 SMP itu teman sebangkunya ya Haksa! Selama masa SMP itu aku bareng Haksa, ya gak bareng terus juga. Aku pun punya teman perempuan begitu juga Haksa. Dia juga punya teman lelaki yang hobi ngajakin dia main Sepakbola di lapangan yang kotor...em, penuh lumpur.
Saat masa SMA, aku masih bareng Haksa tapi beda kelas. Aku ambil MIPA sedangkan Haksa mengambil kelas IPS. Makanya sekarang aku di jurusan Kedokteran dan Haksa berada di jurusan Manajemen.
Haksa terkadang main ke kelasku makanya dia bisa akrab dengan teman lelaki di kelasku. Sudah aku bilang, Haksa itu hebat dalam bersosialisasi. Salah satu hal yang membuat aku menyukai seorang Haksa.
Tentang keluarganya, Haksa tumbuh di keluarga yang berada dan harmonis. Segala kebutuhannya tercukupi walaupun terkadang Haksa seperti anak yang melarat tidak mendapatkan uang jajan bulanan. Dia lebih memilih untuk memoroti ku walaupun terkadang dia juga membelikan aku makanan yang lebih dibanding apa yang aku beri.
Seperti saat ini aku dan temanku, Reysha sedang makan di kantin fakultas dan Haksa datang tanpa diminta tiba-tiba duduk di sebelah ku lalu menggeser piringku. Aku hanya merelakan makanan ku itu tanpa berusaha untuk mengambilnya kembali karena aku tahu, Haksa tidak akan semudah itu mengembalikannya. Ngeselin kan?
"Bukannya sekarang kamu ada jadwal?" Tanya aku bingung sembari menunggu pesanan makanan ku datang. Haksa menggelengkan kepala lalu melirik ke arah Reysha yang sudah paham tingkah Haksa.
"Enggak ada jadwal, dosennya minta ganti jam. Btw, hai Rey. Gue ganggu waktu pacaran lo sama Denara ya?"
"Ganggu banget tau gak lo? Lagian deket deket mulu sama Teresha. lagian Jaden danJohan mana?" Reysha bertanya sambil melanjutkan sesi makannya. Aku pun juga bingung, biasanya duo itu ikut kemana Haksa pergi.
"Oh, lagi ambil jatah mereka. Biasa, bolos"
"Kamu gak ikutan?"
"Maunya sih gitu, tapi tadi pagi ada yang ngerengek minta dianter ke kampus karena bangun kesiangan." Ujar Haksa meledek. Piring di hadapannya sudah tandas tidak tersisa. Rasanya mau aku toyor itu kepala.
"Ikhlas gak?"
"Ikhlas.. eh itu makanan lo dah sampe, Ra."
Ternyata benar, makanan yang aku pesan sudah siap. Untung saja makanan Reysha belum habis, setidaknya aku tidak seperti makan sendiri.
Haksa membereskan barang-barang nya, bersiap siap untuk pergi. Aku hanya menoleh ke arah Haksa.
"Mau shalat dulu, lo lagi gak shalat kan? Entar gue jemput disini. Kita ada mata kuliah umum bentar lagi."
Aku hanya mengacungkan jempol sambil tetap meneruskan makanku.
"Oh iya Rey, lo pulang habis ini? Temenin Denara dulu sampe gue beres shalat. Ini anak gak suka ditinggal sendirian" pesan Haksa.
"Iya, tenang aja, Sa. Cewek lo gue jaga nih."
Haksa hanya tertawa sambil menganggukkan kepala. Tidak tahu saja telingaku sudah merah banget. Enteng betul itu mulut ngomongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelions
Teen Fiction[ONGOING] "Kata siapa teman gak bisa jadi teman hidup? Sini ngopi dulu sama gue." Started : 01 March 2021 Finished : - © Vlhmrara