•Part 4•

7.4K 878 59
                                    

-Nama Panggilan-
.
BxB | MPreg | Percakapan Dewasa–
Don't Like, Don't Read😊

BxB | MPreg | Percakapan Dewasa–Don't Like, Don't Read😊

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu menunjukkan tengah malam. Haechan menyamankan posisinya di dada telanjang Jaemin. Malam panas setelah berbulan-bulan tidak dilakukannya membuat Haechan lelah. Setelah mendapatkan izin dari dokter, Jaemin dengan semangat langsung membawa Haechan ke kamar.

"Tadi aku mainnya tidak kasar kan, sayang?" Jaemin bertanya dengan nada pelan. Tangannya mengusap perut Haechan yang tampak kian membesar itu.

"Ayah tidak kasar kan?"

"Tidak. Ayah mainnya lembut," balas Haechan menirukan suara anak-anak. Atensinya melihat Jaemin yang kini tengah menatapnya. Senyum di wajahnya kini terlihat jelas.

"Terima kasih karena tidak bermain seperti biasanya."

Satu ciuman dari Jaemin tepat di kening Haechan.

"Aku mana tega menyakiti calon anak kita. Asal nanti setelah dia lahir, kita bermain seperti biasa ya?" Kedua alis Jaemin naik turun.

Wajah Haechan memerah. Jaemin itu liar, tapi dirinya juga liar. Membayangkan itu saja sudah membuat Haechan malu. Siapa yang gila bermain di ruang keluarga, teras belakang, dapur dan bahkan kolam renang? Ya mereka berdua dengan tingkat hormon yang sangat-sangat tinggi. Bahkan ruang kerja Jaemin juga menjadi sasaran empuk.

"Tapi sepertinya kebiasaan kita harus dihilangkan," kata Haechan.

"Yang itu. Yang suka main di mana aja. Malu kan kalau dia lihat," katanya lagi menunjuk perut besarnya.

Jaemin tersenyum.

"Kita kan punya penthouse. Kita titip saja nanti dia di rumah Ayah dan Ibu. Sekalian bulan madu entah keberapa, Chan."

Jangan lupakan Jaemin pernah membeli penthouse dengan alasan yang seperti tadi. Takut bila calon anak mereka nanti pulang sekolah dan lihat hal-hal yang tidak boleh dilihatnya di ruang keluarga nanti. Kan sangat tidak lucu ketika dirinya dan Jaemin tengah mendesah mesra dan enak, terus dilihat oleh sang anak. Haechan tidak mau itu terjadi.

"Dari pada kita panggil dengan sebutan dia, bagaimana kalau kita panggil dia dengan Cung?" usul Jaemin yang membuat Haechan menatap bingung.

"Kenapa Cung? Kenapa tidak dengan sebutan baby, seperti Jeno dan Renjun?" tanya Haechan kemudian.

"Kenapa harus sama seperti mereka?" tanya Jaemin dengan senyumnya.

"Mereka itu telalu pasaran. Panggilan baby itu terlalu biasa dan siapapun memanggil calon anak mereka dengan sebutan itu."

Haechan mengangguk mengerti.

"Bagaimana kalau Icung? Cung terlalu gimana gitu. Enakan Icung," usul Haechan yang diangguki oleh Jaemin.

"Icung ... Icung ... anak ayah nanti lahirlah dengan sehat ya. Jangan menyusahkan bunda nanti pas mau keluar. Ayah mau kalian selamat nanti ya dan berkumpul lagi." Jaemin mengusap lembut perut Haechan.

"Terima kasih karena sudah mau bersabar dan kuat sampai saat ini." Jaemin memeluk tubuh Haechan. Merapatkan tubuh tanpa busana di bawah selimut dengan tubuh Haechan yang sama seperti dirinya untuk memeluknya.

"Dia pasti akan menjadi anak kita yang hebat."

Haechan membalas pelukan Jaemin dan menyamankan posisi kepalanya.

"Terima kasih kembali karena selalu menjadi penyemangatku." Tangan Haechan bergerak mengitari dada Jaemin. Malu sebenarnya, tetapi ingatkan dirinya yang juga sama mesumnya.

"Ayah Icung mau ronde kedua?"

"Ayah Icung mau ronde kedua?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pregnant • JAEMHYUCK✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang