🍁02 : Enervate🍁

718 66 68
                                    

Park Jiyeon melirik kemeja hitam yang melekat pada tubuh, berharap jika tidak berantakan sebab tadi ia memakai dengan tergesa-gesa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Park Jiyeon melirik kemeja hitam yang melekat pada tubuh, berharap jika tidak berantakan sebab tadi ia memakai dengan tergesa-gesa. Tangan rampingnya bergerak untuk menguncir rambut, sedangkan kakinya yang berbalut sneakers dan celana putih berlari menuju gerbang rumah sang majikan saat dirasa jika dua orang sudah menantinya cukup lama di depan. Dan benar saja, penampakkan audi putih dengan Songkang yang bersandar pada pintu mobil sambil melipat tangan dan Suzy yang menguap adalah hal yang pertama kali dilihatnya kala sampai di sana.

"Akhirnya kau datang juga," seru Suzy mendengus.

Jiyeon tak langsung menggubris. Ia sibuk menormalkan napasnya yang bergemuruh cukup hebat. "Sorry. Aku ketiduran," balasnya polos. 

Lantas, Suzy memutar matanya malas. Rasanya dia ingin sekali memakan Jiyeon hidup-hidup sekarang. "Seharusnya kau bilang dulu kalau menginap di sini. Aku tidak perlu menunggumu semalaman sampai mengantuk seperti ini. Ck, menyebalkan sekali!" ketusnya berdecak.

Benar, kemarin malam Suzy sampai tertidur di sofa karena menunggu Jiyeon tanpa kepastian. Mungkin dia bisa saja tidak bangun lantaran baru memejamkan mata jam 4 pagi, sehingga terlambat masuk kelas pagi. Tapi untungnya Songkang datang sebagai pahlawan, pria itu memang rutin menjemput Jiyeon, baik mereka punya kelas yang sama atau tidak. Akhirnya, mereka memutuskan untuk pergi ke rumah majikan Jiyeon. Tentunya, setelah Suzy menceritakan bagaimana Jiyeon bisa terdampar di sana kemarin malam.

"Pestanya terjadi cukup lama. Aku tidak mungkin pulang malam-malam seperti itu," ungkap Jiyeon mencari pembelaan. Kali ini tangan kanannya bergerak untuk merapikan rambut, namun sebuah tangan kekar lebih dulu mendarat di pipinya. Jiyeon menoleh, dan di sana Songkang terlihat telaten menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. Tak hanya itu, dia juga menyeka keringat Jiyeon yang ada pada dahi.

"Apa gunanya ponselmu? Kau bisa menghubungiku!" Suzy masih saja melontarkan omelan yang bagi Jiyeon sangat membuat kepala pusing.

"Sudahlah Suzy. Kau tidak boleh menyalahkan My Sweety terus menerus," bela Songkang menengahi. Jangan ditanya lagi bagaimana reaksi Suzy. Dia hampir saja mau muntah mendengar kalimat manis dari pria itu. Sedari dahulu, Songkang memang selalu berada di pihak Jiyeon. Walaupun Jiyeon yang bersalah, tetap saja gadis itu yang dibela.

Dasar budak cinta.

"Menyebalkan." Suzy menghentakkan kakinya. Jika kalah berdebat dengan Jiyeon maupun Songkang, dia memang selalu melampiaskan dengan cara menggemaskan seperti itu.

Jiyeon hanya bisa menggelengkan kepala tak habis pikir. "Lupakan saja. Kita harus berangkat sekarang. Sebentar lagi kelas akan di mulai," ujarnya melirik jam mahal yang melingkar di pergelangan tangan. Tentu saja mahal, sebab Songkang yang membelikan benda itu untuknya. Dan Jiyeon selalu memakainya ke mana-mana.

"Jiyeon?"

Mereka yang hendak masuk ke dalam mobil sontak menoleh pada suara berat dari arah belakang. Di sana berdiri Taehyung dengan setelan olahraga, celana training hitam dibalut baju kaus putih merek ternama. Sepertinya pria itu habis lari pagi, terbukti dari handuk kecil yang melilit leher dan keringat yang membanjiri wajahnya.

HallelujahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang