Seoul, 15 Januari 2021.
Sebuah tangan kecil terangkat ke atas rak perpustakaan, jemarinya menari menelusuri setiap jengkal huruf pada buku yang berderet. Saat manik rusanya membingkai buku bersampul ruang laboratorium, lekas senyum manis yang membius hadir singkat di bibirnya. Buku itu di bawa pada pangkuan tangan, berbaur dengan buku cetak tebal yang lain. Kemudian kakinya melangkah menuju meja, menghempaskan benda mati itu tanpa kelembutan. Hingga bunyi mengganggu cukup keras terdengar, sampai membuat beberapa pasang mata mahasiswi yang ada di sana memandangnya dengan berbagai macam guratan.
Lantas, surai madu miliknya segera turun menutupi wajah saat kepalanya menunduk untuk meminta maaf. Para mahasiswi kembali sibuk dengan aktivitas mereka. Sadar karena tak lagi menjadi pusat perhatian, ia lekas mendaratkan bokong pada salah satu bangku panjang. Berkutat sepenuhnya pada tugas mendadak yang baru saja diberikan oleh dosen paling galak seantero Fakultas Kedokteran, tempatnya menimba ilmu sekarang.
"Jadi, dosen kekurangan rambut itu menyuruh kita membuat rangkuman dari buku setebal ini?"
Gadis yang sedari tadi duduk manis menanti mulai melontarkan keluhan. Jemari mungil berlapis cat kuku berwarna hitam bergerak acak pada keyboard Notebook. Tampak sangat tidak berminat dan bersemangat. Apa lagi melihat deretan huruf yang ada pada buku, seakan mengejek dan menertawakan.
"Dasar dosen tua. Apa dia pikir kita ini robot? Seenaknya saja memberi tugas. Sudah aku bilang sedari dulu, kita tidak akan tenang jika bertemu dengannya."
Gerutuan masih hangat terdengar. Namun si gadis bersurai madu lebih memilih diam ketimbang ikut berargumen. Sudah menjadi makanan sehari-hari selama tiga tahun masa kuliahnya dihiasi oleh keluhan dan celotehan tak sopan dari sahabatnya. Tergolong kasar dan jahat, namun ia tak terlalu mempermasalahkan. Tahu jika sahabatnya itu memang memiliki gaya bahasa yang apa adanya, tidak direkayasa dan to the point.
"Aish, seharusnya rambutnya di botak saja. Supaya makin licin. Jika nanti aku diberi kesempatan melihatnya tidur di kelas, maka aku akan memotong habis secara diam-diam."
Erangan frustasi dan kesal dalam waktu yang bersamaan semakin menggila terdengar. Sampai membuat para mahasiswi kembali memandang mereka, karena telah mengganggu aktivitas membaca mereka untuk yang kedua kalinya.
"Harap tenang, Suzy. Sekarang kita sedang di dalam perpustakaan. Jangan sampai penjaga galak itu mengusir kita karena suaramu yang berisik," ujarnya sambil berbisik geram. Sedari tadi bibirnya sudah gatal sekali ingin menyumpal mulut sahabatnya yang bernama Suzy dengan buku pada tangan.
"Sorry, Park Jiyeon. Aku tidak bisa menahan rasa yang meluap-luap dalam dada. Sepertinya harus segera dilampiaskan. Bagaimana bisa dia melakukannya setelah mengadakan kuis secara besar-besaran. Dia tidak pernah memberi kita waktu untuk istirahat. Baru kemarin malam aku tidak tidur karena menghafal. Sekarang dia kembali membuat darahku memanas seperti air mendidih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hallelujah
RomansaCover : @GENIUS_LAB Kisah ini terinspirasi dari Film India terbaik "Mujshe Dosti Karoge" dan Drama Korea terpopuler "The Heirs". Ingat, terinspirasi bukan berarti plagiat. Akan banyak scane berbeda yang author sajikan. Jadi, jangan sampai ketinggal...