Kelas seungcheol benar-benar sangat berisik sekarang dikarenakan guru yang mengajar mereka tidak bisa hadir dan digantikan dengan tugas lain. Persetan dengan tugas, yang penting tidak ada guru, mereka bisa santai sepuasnya, 'pikir para siswa'. Seungcheol sudah mengerjakan tugas tersebut, dia lebih memilih mengerjakannya, tidak terlalu tertarik bergabung dengan teman-temannya. Dirinya sekarang malah melamun memandang ke luar, jendela. Posisinya tepat dibelakang dekat jendela yang memperlihatkan halaman belakang sekolah. Tidak ada yang spesial.
"Permisi seungcheol", seseorang menyapanya. Seungcheol mengalihkan pandangannya menatap orang tersebut.
"Uhmm, namaku doyeon", ujar orang tersebut doyeon menjulurkan tangannya. Seungcheol membalas uluran tersebut tanpa menjawab sepatah katapun, toh dia juga sudah tau namanya.
"Begini, besok adalah ulang tahunku jadi aku ingin mengundangmu,,", ujar doyeon terpotong oleh seungcheol.
"Besok aku ada les, setelah itu aku ada acara keluarga. Mungkin lain kali. Selamat ulang tahun untuk besok", ujar seungcheol kembali menatap ke luar jendela.
Doyeon membuka mulutnya terkejut. Kesal sangat, ingin mengumpat pasti. Tapi dia harus menjaga martabatnya di depan anak baru yang tampan dan super sulit ini. Doyeon menghembuskan nafasnya, dan tersenyum, "kalau begitu, aku berikan undangan ini untukmu. Kalau saja kau ternyata bisa datang", ujar doyeon sembari memberikan undangan tersebut.
"Terima kasih", jawab seungcheol tanpa menoleh..
"Ayolah minghao", ujar dokyeom hampir berbisik.
Minghao masih sibuk mencatat apa yang diterangkan guru di depan.
"Hey, aku itu pria baik. Sungguh, kau sudah mengenalku tiga hari ini, aku baik bukan", ujarnya lagi sambil menarik kaos lengan minghao.
Minghao tidak berkutik, terus saja sibuk mencatat.
"Minghao pleaseee,,,", oke kali ini kesabaran minghao habis.
"Tsk, kau bukan seleranya. Lebih baik cari yang lain", ujar minghao kesal namun dengan berbisik.
"Kan belum dicoba, ayolahh", dokyeom kembali merajuk.
Minghao menghembuskan nafas, "jika sesuatu terjadi padamu, aku tidak mau tanggung jawab", ujar minghao sambil menyodorkan ponselnya yang tertera nama Arin disana, bidadari yang didambakan dokyeom.
Dokyeom tersenyum konyol sembari mengambil ponselnya dan menyalin nomor tersebut di handphonenya..
"YASSS,, NICEEE,, FINISHH", ujar taeyong lalu merebahkan tubuhnya di lantai ruang paduan suara.
"Aku tidak percaya, membersihkan ruang paduan suara ternyata melelahkan dari pada ruang dance", monolog taeyong."Untukmu sebagai bayaran karna sudah membantu", seulgi mengulurkan minuman dingin pada taeyong.
"Sungguh?? Ini bayaranku?? Kau hanya memberiku minuman dingin??", Celetuk taeyong.
"Ishh kalo tidak mau ya sudah", kesal seulgi mengambil kembali minuman tersebut.
"Bercanda,, aishh kau itu sensitif sekali", ujar taeyong terkekeh dan mengambil kembali minuman tersebut.
Taeyong lalu meminum minuman tersebut dalam sekali teguk. Benar-benar sangat kehausan dia."Hai, apakah semua sudah selesai", jawab seseorang tiba-tiba masuk ke ruangan tersebut.
"Bagus jaehyun-a kau datang ketika kami selesai", jawab joshua.
"Aku kan sudah bilang ada kelas tambahan mendadak. Aku jga sudah berusaha lari secepat mungkin setelah kelas selesai", ujar jaehyun lalu berdiri tepat di bawah ac.
"Oke waktuku habis, aku harus kembali. Benar-benar sangat merindukan kamar", ujar taeyong seraya berdiri lalu keluar dari ruangan tersebut.
"Oh ya terima kasih", ujar joshua sambil berteriak.
"Kenapa anak dance bisa sampai disini?" Tanya jaehyun.
"Kau pikir kami berdua sanggup menyelesaikan kekacuan disini hanya berdua", jawab seulgi yg dijawab 'oh' dari jaehyun.
"Arin masuk ekskul apa?"
"Dance"
"Dia suka apa?"
"Bersandiwara"
"Aishhh jawaban macam apa itu"
Dokyeom terus saja mengorek-ngorek tentang arin. Dimulai setelah jam istirahat, sampai sekarang jam pulang sekolah, pertanyaannya selalu seputar arin.
"Lalu laki-laki seperti apa yang dia suka?"
"Tidak teridentifikasi"
"Kau ini menyebalkan sekali sih"
Minghao menghembuskan nafas, "lalu aku harus menjawab apa? Faktanya memang seperti itu. Kau kan sudah aku beri nomor ponselnya tadi, kenapa tidak langsung bertanya saja?", Kesal minghao.
"Hehe,, aku gugup", cengenges dokyeom."Doooooo Reeeeee Miiiiii,,,,,"
Dokyeom dan minghao berhenti mendengar ruang dari ekskul paduan suara yang mulai berlatih. Pelan-pelan mereka mendekatkan telinga mereka di pintu tersebut."Yaa dokyeom-a,, kau berfikir apa yang aku pikirkan?", tanya minghao.
"Eohhhh,,, suara mereka semua sumbang", jawab dokyeom.
"Benar. Kita harus memaklumi, mereka masih di awal. Mungkin", jawab minghao.
Dokyeom berfikir sejenak, "bukankah setidaknya suara mereka harus bagus?"."Apa yang kalian lakukan?", Ujar seseorang mengagetkan mereka.
"Kalian salah satu anggotanya?", Tanya orang itu lagi.
"Uhmm,,, itu,, kami hanya lewat", jawab minghao dan anggukan dari dokyeom.
"Kalo lewat tinggal lewat, tidak perlu menguping seperti itu. Sekarang pergilah", jawab orang tersebut lagi.
Dokyeom dan minghao lalu mengangguk dan pergi. Orang tersebut lalu masuk ke ruangan tersebut.
"Aishh dasar cebol menyebalkan", ujar dokyeom..
"Mingyu-a, kau benar-benar akan menjadi pangeran sekolah pasti nantinya. Banyak sekali teman sekelas bahkan luar kelas, yang terus terpesona padamu tadi", ujar seseorang.
Mingyu hanya tersenyum menimpali.
"Ahhh aku jadi iri", ujar orang tersebut lagi.
"Jangan seperti itu daehwi-a. Kau pikir dirimu tidak tampan", ujar mingyu kepada orang tersebut yang ternyata daehwi.
"Aishh itu adalah jawaban yang diucapkan hanya untuk menyenangkan hati", ujar daehwi yang dijawab pukulan ringan oleh mingyu.Daehwi merupakan teman mingyu sekelas. Mereka mulai mengobrol akrab di hari kedua sekolah. Sebenarnya mingyu cukup geli sendiri berteman dengan seseorang bernama daehwi ini. Wajahnya cukup imut, lebih pendek darinya. Terlihat seperti anak SD. Jika mingyu berjalan dengannya, mingyu merasa seperti seorang bapak yang mengantarkan anaknya ke sekolah. Kebetulan juga, daehwi juga ikut basket. Informasi yang diberikan daehwi kepada mingyu tentang kenapa dia memilih basket adalah karena dia ingin menjadi lebih tinggi, walaupun daehwi sebenarnya lebih suka musik, dan membenci olahraga.
"Ya sudah, ayo kita pulang", ajak mingyu.
Mereka lalu keluar dari toilet tersebut, dan menemukan jeonghan. Si ketua osis berdiri di depan mereka dengan wajah datar.
"Di dalam masih ada orang?", Tanya jeonghan.
"Kosong sunbae", jawab daehwi.
Jeonghan menganggukkan kepala lalu masuk ke dalam toilet.
Mingyu dan daehwi saling menatap bingung lalu memilih untuk segera meninggalkan toilet.
"Selamat sore ssaem", sapa daehwi dan mingyu pada guru mereka yang kebetulan berpapasan.
"Sore, kalian kenapa belum pulang. Ada ekskul?", Tanya guru tersebut.
"Ah tidak ssaem, kami baru saja dari toilet. Sekarang akan pulang", jawab daehwi.
"Ahh, begitu ya sudah sekarang cepat kembali", ujar guru tersebut tersenyum sambil menepuk pundak mingyu, lalu melenggang masuk ke dalam toilet..
"Kau bilang hari ini tidak bisa datang. Kenapa sekarang malah datang, menghindari membersihkan ruangan kan?", Tanya seulgi sinis.
"Curigaan sekali, ibuku sudah ada yang menjaga. Ya sudah aku kembali saja kesini" ujar woozi.
Woozi melihat dengan seksama para anggota baru yang sedang berlatih. Dirinya hanya mengamati, menyerahkan anggotanya yang lain seperti jaehyun dan Joshua untuk melatih. Ya untuk hari ini hanya mereka bertiga plus woozi yang baru saja datang untuk melatih. Sisanya minggu depan.
"Tidak kusangka banyak juga yang ikut", ujar seulgi.
"Yang mana yang namanya seungkwan?", Tanya woozi.
"Seungkwan,, tadi,, ah itu yang paling depan paling kiri", tunjuk seulgi. Woozi mengikuti arah yang dimaksud seulgi lalu menganggukkan kepalanya.
"Kenapa?", Tanya seulgi.
"Joshua kenal dia, katanya dia benar-benar bagus", ujar woozi.
"Eoh, sudah terlihat. Anak itu tadi masuk ke ruangan sambil bernyanyi lagu kebangsaan. Suaranya lumayan, walaupun dia menyanyi dengan bergumam", ujar seulgi, dijawab anggukan olah woozi.
"Walaupun begitu,,,,", woozi menggantungkan kalimatnya.
Seulgi menatap woozi menunggu dia melanjutkan, "begitu apa?"Woozi menatap serius para anggota baru tersebut.
"Walaupun begitu,, jika mereka bersatu seperti sekarang suara mereka benar-benar sumbang".
KAMU SEDANG MEMBACA
CAN WE BE TOGETHER??
FanfictionJika hidup adalah pilihan, lalu, apakah pilihan tersebut dapat kita lakukan? Walaupun pilihan tersebut tidak sesuai seperti apa yang kau, mereka harapkan? Tapi jika pilihanmu sama seperti apa yang aku pilih, apakah kau bersedia berjuang bersama? At...