Satu

465 8 0
                                    

🔞🔞🔞

28 missed call

Ponsel bermerek itu sedari tadi berdering hingga beberapa kali tapi sepertinya nada dering yang cukup kuat itu tidak masuk kedalam telinga pria yang sedang duduk namun dalam keadaan tidur didepan komputer. Sepertinya pria itu kelelahan dan akhirnya tertidur. Padahal ini sudah sangat larut. Dan panggilan yang terakhir akhirnya sampai ditelinga Aryo dan membuatnya terbangun. Pria itu sedikit kesal karena tidurnya terganggu namun Aryo harus mengangkat telepon yang ia belum tau dari siapa.

"Kakak dimana? Gak mau main sama Disya malam ini?"

Aryo tersenyum senang mendengarnya, kesalnya seketika hilang hanya mendengar cewek dari seberang sana mengatakan 'main.' Tidak seperti biasanya cewek itu terlebih dulu memintanya. Aryo langsung saja berjalan keluar menenteng jas yang biasa dipakai kantor. Keluar dari ruangan, dia mendapatkan sekretaris nya yang masih stay di tempatnya. Sudah biasa ia mendapatkan Bianca pulang larut malam karena memang mengerjakan tugas. Tapi yang Aryo lihat, cewek itu tidak seperti lagi mengerjakan tugas tapi ia malah mendengar suara dari speaker sekretaris nya itu. Tidak terlalu kencang tapi masih terdengar walaupun samar.

"Lagi nonton apa?" Tanya Aryo mendekat pada Bianca, ia penasaran dengan apa yang ditonton Bianca. Suara yang ia dengar seperti tidak asing ditelinga dan langsung mengarahkan layar komputer Bianca kearahnya namun sekretaris nya itu menarik kembali komputernya. Untungnya tidak sempat Aryo lihat tapi sekarang Bianca sangat panik, Kenapa Aryo bisa ada disini tanpa ia ketahui.

"Film pak." Jawab Bianca berbohong, cewek itu membalikkan komputernya agar layar komputernya tidak terlihat oleh Aryo. Jika saja rahasianya ini terbongkar apakah dia masih bekerja diperusahaan ini atau malah besok pagi dia akan dipinggir jalan untuk mengemis. Sungguh malang jika itu terjadi, padahal ia sudah terkenal rajin di perusahaan ini. Tapi jika ketahuan kelakuannya seperti ini, mungkin aibnya akan terbongkar semua.

Semakin Bianca berusaha menutup layar komputernya, semakin Aryo penasaran film apa yang sedang ditonton wanita berumur 23 tahun itu. Dengan gerakan cepat, Aryo membalikkan komputer Bianca mengarah padanya.

"Wow film selera kamu seru juga. Judulnya apa? Saya juga mau nonton dirumah." Goda Aryo sembari menjeda video yang sedari tadi masih berputar. Pria itu sedikit terkejut melihat tontonan Bianca, setau nya Bianca selalu pulang larut itu untuk mengerjakan tugas tapi yang kini ia lihat tidak seperti itu melainkan menonton yang tidak disangka-video dewasa. Memang Bianca sudah cukup umur untuk menonton seperti itu namun tidak disangka saja. Menarik juga

"Bapak salah paham, ini tadi tuh salah klik pak." Elak Bianca, padahal tidak apa ia menonton itu, Aryo juga tidak mempermasalahkan hal itu. Tapi Bianca malah tidak ingin hal yang dia lakukan setiap saat ketahuan orang lain.

"Salah klik tapi serukan?" Aryo menatap datar Bianca, cewek itu terlihat sangat malu. Ternyata Aryo nyebelin juga, jika saja dia tidak menjadi pimpinannya, ia akan menyiksa pria itu sekarang juga tanpa rasa kasihan.

"Pak, bapak salah paham! Dan ini gak seru sama sekali." Bianca berusaha keras agar kebiasaannya tidak terbongkar tapi bos nya malah memergokinya. Padahal selama ini ia sudah berusaha untuk menutupinya.

"Gak seru tapi ditonton hampir selesai." Aryo malah semakin memojokkan nya, haruskah Bianca mengaku pada bos nya itu. Lagipula hanya menonton video dewasa tidak akan mengancam karirnya. Tapi permasalahannya, jika Aryo mengatakan pada semua temannya, ia akan sangat malu.

"Iya Pak saya nonton ini. Maaf pak." Jengah berdebat dengan Aryo, Bianca akhirnya mengaku menonton video itu.

"Tidak apa. Saya pikir kamu selalu pulang larut karena tugas tapi nonton begini." Aryo terkekeh melihat Bianca. Ia masih sedikit terkejut melihat video dewasa berdurasi dua menit itu karena tidak seperti video dewasa yang biasa ditonton banyak cewek.

"Saya minta maaf pak." Sekali lagi Bianca meminta maaf, semoga saja Aryo tidak memberitahu semua orang. Ia harus tetap menjaga image nya agar orang berteman baik dengannya bukan malah memanfaatkannya.

"Yasudah kamu pulang, jangan dilanjut." Peringat Aryo kemudian berjalan keluar.

"Baik Pak." Bianca masih menunduk mengutuk dirinya sendiri. Padahal sebelum menonton tadi, dia sudah meriksa seluruh tempat dan tidak ada orang tapi kenapa bos nya malah bisa memergoki nya.

🔥

Baru kali ini Aryo baru sampai dirumah sampai pagi. Rasa lelah mendominasi tubuhnya apalagi akibat tertidur dalam keadaan duduk. Ia pun segera menaiki tangga menuju kamarnya. Begitu membuka kamar, kedatangannya disambut oleh Disya. Aryo baru ingat kalau Disya ingin bermain bersamanya namun dia merasa lelah.

"Malam ini main dikamar kakak." Saran Disya tersenyum bahagia atas kedatangan Aryo. Ia sudah bersiap menunjukkan tubuhnya yang sexy dibalik selimut yang kini menutupi tubuhnya.

"Kakak capek." Aryo masih didepan pintu, melihat adik tirinya itu. Namun jawaban Aryo membuat gadis itu kesal. Lihat saja nanti, jika ia membuka selimut dan menunjukkan tubuhnya apakah Aryo akan menolaknya. Disya yakin seratus persen kakaknya itu tidak akan menolak.

"Tapi kak, Disya butuh 5 juta." Disya menurunkan selimut yang tadinya ia pakai untuk menutupi tubuhnya, dan kini tubuhnya sudah terlihat oleh Aryo. Gadis itu sama sekali tidak memakai pakaian sama sekali, ia kemudian duduk agar seluruh tubuhnya dilihat oleh Aryo. Dan itu berhasil membuat Aryo ingin menikmati seluruh nya.

"Pintunya jangan lupa dikunci kak." Ujar Disya mengingat kan saat melihat kabut gairah begitu membara di kedua mata kakaknya. Aryo langsung mengunci pintu dengan tergesa lalu berjalan cepat menuju ranjangnya. Aryo langsung saja merangkak memposisikan tubuhnya diatas tubuh Disya dengan kedua siku menjadi tumpuan berat badannya.

Yang pertama kali Aryo serang adalah bibir Disya, kemudian leher dan sampai ke dada membuat Disya terus mengerang kenikmatan. Menurut Disya, Aryo adalah pemain hebat untuk urusan ranjang. Pria itu bisa selalu membuatnya puas.

Tanpa diperintahkan, Disya membantu melepas pakaian yang Aryo kenakan. Mulai dari kemeja sampai celana yang pria itu kenakan. Aryo masih tetap bermain di dada Disya, belum beralih ke lain tempat. Disya sendiri menunggu Aryo memainkan dilain tempat namun Aryo tidak bergerak sama sekali. "Kak pindah!"

Mendengar suara Disya yang sedikit mendesah membuat Aryo semakin bergairah namun rasa lelahnya lebih mendominasi. "Malam ini cukup." Putus Aryo menyudahi. Pria itu jatuh tertidur di samping Disya.

"Kenapa? Disya masih belum puas." Disya bertanya penasaran, tidak biasanya Aryo bermain tidak sampai ke intinya. Tidak seperti di malam sebelumnya dan Disya ingin membangkitkan gairah Aryo kembali dan duduk tepat diatas milik Aryo. Pria itu yang tadinya menutup matanya kini menatap Disya yang lagi memainkan miliknya. Pria itu tetap diam, membiarkan Disya bermain sendiri. Dia sudah sangat lelah, tenaganya bahkan sudah seperti tidak ada sama sekali.

Aryo kembali membuka mata dan menatap Disya yang kini mencoba memasukkan miliknya ke milik adiknya itu. Jangan sampai Disya membuatnya semakin lelah. Pria itu duduk kemudian mengangkat Disya. Gadis itu akhirnya tersenyum senang namun di menit itu pula senyumannya hilang karena Aryo tidak lanjut bermain melainkan mengantarnya balik kekamar dengan menggendongnya dalam keadaan telanjang.

"Kakak capek. Besok kita lanjut dan besok pagi sampe di ATM kamu."

The PlayerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang