3. Present

580 97 13
                                    

surat ketiga

4 Mei 2010

Sampai sekarang aku masih heran, bagaimana bisa Haechan yang periang itu tahan dengan ku yang cuek dan irit berbicara.

Seminggu setelah kedatangannya, Haechan masih tetap berusaha mendekatiku dengan berbagai cara, padahal aku sendiri terus-terusan menghindar.

Namun hari ini ada yang berbeda.
Tidak seperti hari-hari sebelumnya, Haechan kali ini tidak menawariku bekal makanan yang ia buat. Katanya sih, dia merasa sungkan karena bekal yang dia bawa tidak se-spesial seperti sebelum-sebelumnya.

Yang lebih mengherankan, kali ini aku malah meminta bekal yang dia bawa.

Jangan berpikir macam-macam. Aku hanya penasaran dengan masakannya yang kata teman-teman kelas, enak.

Sedikit saran saja. Jika kau ingin mencicipinya, makanlah dengan porsi nasi lebih banyak.

ーーーーーー

4 Mei 2010

Aku menatap Haechan yang terlihat ragu mengeluarkan kotak bekalnya.

"Mark, kau tidak ke kantin?"

"Tidak, ada apa?"

Haechan sedikit berdecak "Tidak apa. Hanya heran, biasanya kau kan langsung ke kantin saat bel istirahat berbunyi."

"Kau juga. Tidak biasanya merecokiku agar mau mencoba bekalmu."

Aku memicing saat Haechan hanya terdiam mendengar ucapanku. Sepertinya surat itu benar lagi.

"O-oh itu karena hari ini bekal yang aku bawa berbeda dari yang biasanya, haha," ucap Haechan canggung.

Aku menaikan satu alis "Apa bedanya?"

"Uhm.... ya berbeda, lebih sederhana?" jawabnya bingung.

"Kalau begitu aku mau mencobanya," ucapku yang langsung membuat Haechan terkejut.

"Eh??! Kenapa? Maksudku tumben sekali."

Aku tersenyum mengejek, "Kenapa ya? Hm mungkin hanya untuk memastikan kalau kau sendiri yang memasak bekal itu."

Haechan menggerutu lalu memberikan kotak bekalnya dengan sedikit kesal, "Jadi selama ini kau tidak percaya?"

Aku membuka kotak bekal sedikit was-was. Bekal apa yang Haechan bawa hari ini? Sampai-sampai diriku di masa depan menulis surat tentang ini.

Ah, ternyata hanya nasi putih dan telur goreng. Benar-benar bekal yang sangat sederhana karena biasanya Haechan membawa bekal yang berisi bermacam-macam lauk.

Karena surat kali ini terlihat mencurigakan, aku akhirnya terpaksa menuruti saran yang tertulis surat itu.

Sementara itu, Haechan hanya diam sambil menatapku heran saat aku menyedok secuil telur dengan nasi yang cukup banyak.

Awalnya tidak ada yang aneh namun saat aku mengunyah makanan itu ketiga kalinya...

"Uhuk-uhuk."

ASIN!!

Haechan panik melihat aku yang tersedak, "Mark, kau tidak apa-apa?"

Berapa kilo garam yang Haechan tuang ke sebutir telur yang malang ini?

Akhirnya aku menelan paksa makanan itu lalu meminum sebotol air yang Haechan sodorkan.

"Kita makan di kantin saja."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

10 Years Ago [Markhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang