#5 Dia minggu

13 3 0
                                    

Sepanjang kegiatan aku lebih sering melamun mengingat perkataan Fira tadi. Namun pikirku teman aja belum karena seperti biasa. Kenal, temenan, PDKT-an lalu jadian. Gitu siklusnya.

Tak terasa acara tersebut sudah selesai dilaksanakan. Aku pun resmi jadi siswa SMA Karya Bakti. Dunia baru bagiku dan mungkin semua orang juga berpikiran seperti itu.

Semenjak masuk sekolah dan belajar aku tak begitu mendekatinya. Aku menghargai dia punya pacar meski aku tak tahu dan tak kenal siapa pacarnya. Namun kami sering mengobrol ketika jam istirahat, meski bukan mengobrol tentang kita. Tetapi  hanya mengobrol tentang hal-hal lain seperti kesukaan masing-masing. Tak dapat dibohongi mengobrol berdua denganya aku nyaman meski disekeliling banyak gangguan. Yah maklum dikelas pas jam istirahat. Ada yang kerasukan raja gendang, nyanyi-nyanyi gak jelas. Dan semenjak sudah belajar aku tak begitu dekat dengan Rega karena kita beda kelas. Dia duduk dikelas IPS.

Di kelasku aku duduk dengan Dika teman baruku. Dia cukup terbuka ke semua orang, dan baik juga. Dia juga lagi deket sama orang sekelas namanya Risti. Risti orangnya cukup ceria murah senyum juga.

Seminggu sudah aku belajar di sekolah itu. Cukup nyaman aku juga betah di sekolah itu. Hari minggu pun aku rasanya pingin ke sekolah. Biasa sih, kalau kata kakak kelasku, kelas satu itu pasti lagi semangat-semangatnya.

Hari minggu itu aku isi dengan mengerjakan tugas yang besok diperiksa kecuali Fisika dan Kimia aku belum terlalu paham. Aku biasanya chat Denya untuk sekadar basa-basi. Namun, aku tau sekarang dia punya pacar dan gawat kalau pacarnya tau.

Sesudah selesai tugas kecuali Fisika dan Kimia. Aku lagi malas kemana-mana, jadinya aku hanya main game saja kalau gak gitu paling nonton Anime Boku No Hero Academia tapi aku bukan Wibu  hanya suka sama satu Anime itu saja. Saat sedang asik main game tiba-tiba ada notifikasi dari Denya.
"Hai, Wil. Tugas pelajaran agama sudah selesai?" Begitu isi pesannya.
"Udah," kataku.
"Sini dong, ajarin aku!"
"Aku gak tau rumahmu."
"Kita ketemuan di Cafe Milk aja, tau kan?"
"Oh iyah. Aku segera ke sana!"

Aku yang tadinya males menjadi semangat, entah kenapa chat darinya seperti obat malas bagiku. Apalagi di suruh nyamperin, hehe. Setengah jam aku berjalan kaki akhirnya aku pun sampai di Cafe Milk. Di sana Denya sudah menunggu.

"Lama banget sih, kamu!" Denya menatap mataku.
"Maaf, soalnya aku jalan kaki."
"Hah, kenapa jalan kaki?" tanya Denya.
"Aku belum bisa mengendarai motor." Aku sedikit malu.
"Oh ya udah. Ayo!"
"Hah masih jauh nih?" tanyaku.
" Itu deket, kok." Denya berjalan ke arah depanku.

Entah mimpi apa aku semalam. Aku bisa ke rumahnya secepat ini, yah... meski cuman sekedar belajar.
Denya langsung pergi ke dapur, sementara aku disuruh duduk di ruang tamu.

"Datang juga kamu Wil." Fira datang dari arah dapur dengan membawa segelas air putih.

"Kamu juga disini." Aku melihat Fira.

"Iya kan, ngerjain tugas Fisika sama Kimia, soalnya aku gak ngerti. Untung ada Denya dia lumayan pintar kalau Kimia sama Fisika." lugasnya. "Nih minum! Kata Denya kamu jalan kaki, yah?" Fira meletakkan gelas ke meja."

"Iyah jalan kaki, pantesan Denya tau kalau aku lumayan bisa dalam pelajaran agama, ternyata tau dari kamu, yah?" Aku membawa gelas dan meminum airnya.

"Iyah dari siapa lagi." jawab Fira

"Kalau Denya yang ngasih minum gak bakalan aku minum langsung." Aku meletakkan gelas di atas meja.
"Kenapa?" tanya Fira.
"Yah malu aja, beda kalau sama kamu paling aku jadi malu-maluin." Aku sedikit cengengesan.

Denya pun datang dari arah dapur dan tiba-tiba meminta maaf.

bersambung

FriendzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang