Laki-Laki Banyak Rahasia

28 2 0
                                    

"Halo kakak!" Suara teriakan nyaring seorang perempuan yang tersenyum sumringah dari koridor sekolah berhasil membuat beberapa pasang mata meliriknya sinis, tetapi orang-orang di sana tidak mempedulikannya.

Laki-laki berseragam putih abu-abu yang merasa dipanggil akhirnya berhenti dan menghela napas. Ia sudah tahu sekali siapa yang selalu mengganggunya setiap saat. "Apa bocil?"

"Ih kak tadi kakak main gitar sama nyanyinya bagus banget, Kak! Kenapa dari dulu aku minta dengerin kakak enggak pernah mau, sih? Tapi enggak apa-apa, akhirnya aku bisa dengerin! Hehehe." Sang gadis di depannya berlompat-lompat kecil kegirangan layaknya anak kecil mendapatkan permen.

"Lo ngintip ya? Ck, bego." Laki-laki tersebut mengernyit heran. Adik kelas di depannya ini memang selalu meminta untuk dinyanyikan menggunakan gitar olehnya, tetapi selalu ia tolak karena menurutnya hal tersebut buang-buang waktu dan tidak penting. Gadis di depannya ini selalu bertingkah seperti anak-anak. Pasti anak kecil ini mengintipnya saat ia sedang ujian praktek seni dan budaya tadi di kelas. Ia memang sudah kelas 12 dan sebentar lagi akan lulus.

"Awalnya enggak 'kok, kak! Tadi tuh aku pengen ke kamar mandi, eh ada suara nyanyi merdu banget-"

"Maya!" Tiba-tiba suara dari seberang memotong perkataan sang gadis yang dipanggil Maya tersebut. Maya mendengus, ia sudah tahu apa yang selanjutnya terjadi.

Tak butuh waktu lama, laki-laki yang sedari tadi Maya ajak bicara melongos pergi. Maya tahu betul kakak kelas yang selalu ia berusaha dekati, Rama, selalu menganggap semua omongannya tidak penting. Namun, Maya tidak peduli. Ia akan tetap menyukai kakak kelasnya itu. Sudah satu tahun Maya sangat menyukai Rama. Rama adalah laki-laki paling misterius yang Maya kenal. Akan tetapi, Maya tidak akan menyerah untuk mendapatkan Rama.

Maya memutar badannya untuk menghadap kepada sang pemanggil tadi. "Ada apa, Amel cantik?" Maya menaik-turunkan alisnya dan tersenyum tanpa gigi. Amel adalah sahabat Maya sejak kelas 10 sampai kelas 11 sekarang ini. Amel sudah sangat mengetahui hampir semua hal tentang Maya karena Maya sangat suka bercerita. Apalagi tentang Rama, sang pujaan hati Maya.

"Lo kenapa masih ngajak ngobrol Kak Rama? Semalem padahal lo cerita marah-marah ke gue udah enggak mau deketin Kak Rama lagi. Eh, sekarang gue liat lagi berdua-duaan lagi tuh." Amel menyindir Maya sambil menahan tawa.

Semalam, saat Maya menginap di rumah Amel, Maya bercerita meletup-letup saat Rama kembali mengabaikannya. Maya memberikan satu pak makanan yupi kepada Rama, tetapi Rama menolaknya dan pergi. Maya sangat menyukai yupi. Ketika Maya bertanya pada Rama apakah ia juga suka yupi atau tidak, Rama mengangguk. Mengetahui hal itu, Maya nyengir kegirangan, "Kak, baru kali ini cowok yang aku tanya suka yupi atau enggak, jawabnya suka! Selama ini cowok yang aku tanya enggak suka yupi semua. Aku seneng kakak suka! Nanti aku mau kasih kakak yupi!"

"Jadi lo nanya ke semua cowok, suka yupi atau enggak? Aneh lo." Rama mengernyit sambil mengetuk pelan kepala Maya menggunakan bola basket yang sedang digenggamnya. Rama memang ingin bermain basket di lapangan, tetapi dicegat Maya di koridor hanya untuk bertanya suka yupi atau tidak.

"Enggak kok, Kak! Aku cuma nanya ke temen-temen sekelas aja! Kakak jangan marah." Maya panik, ia takut Rama marah padanya.

"Ck, apaan, sih. Gue enggak marah. Dah sana, ganggu aja lo." Rama meninggalkan Maya dan menyusul teman-temannya di lapangan. Keesokan harinya, saat Maya memberikan yupi kepada Rama, Rama menolaknya. "Buat lo aja. Lo yang makan ya bocil." Setelah Maya mendapat penolakan, ia melampiaskan kesedihannya kepada Amel, sahabatnya.

****

Langit masih belum mau menunjukkan matahari karena awan pagi yang sejuk masih menutupinya. Belum ada tanda-tanda siswa yang berlalu lalang di area sekolah saat Maya masuk melewati gerbang sekolah jam setengah enam pagi. Padahal, Maya adalah siswi yang sudah berlangganan telat. Namun, hal yang membuat Maya menjadi rajin berangkat sangat pagi dan membuat Ratna, Ibunya Maya, kaget saat anaknya tiba-tiba bangun tanpa dimarahi terlebih dahulu adalah Rama. Maya mengetahui bahwa tim basket sekolah pagi ini akan latihan sebelum tanding.

Jendera Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang