1| arah; menuju yang tak berarti

52 4 4
                                    

Arah menunjukan tujuan, tujuan yang tak berarti untuk dituju, maka berhenti. -r

ㅡMe and Youㅡ

Alunan lagu bersenandung menggema dengan merdu, menghayati setiap lirik dan bait. Secangkir kopi hangat di hidangkan, euphoria didalam tempat ini sudah berubah, tak sehangat kopi yang telah di sajikan dan alunan musik pun berubah seperti perasaan yang telah lama usai, namun masih saja merasa.

Setiap orang mempunyai rasa berbeda, juga tujuan berbeda, dan setiap tujuan itu tak harus sampai kepada akhir, mungkin sebuah akhir tak harus menjadi bagian yang dituju. Sudah melangkah pun cukup.

Dari atas panggung kafe sudah berdiri seorang laki-laki remaja dengan gitar di bahu, membawa suasana yang baru, petikan dari senar menghanyutkan siapa saja, suara dengan khas pun terdengar sangat begitu merdu, terbawa dalam setumpuk ketidak adilan yang menyertai. Seperti ada ruang untung menuju yang tak berarti. Semua bertepuk tangan, menunjukan lagu yang dibawakan pemuda tadi telah usai, lagu berikutnya di mainkan.

Perempuan yang duduk di dekat jendela, sedari tadi hanya mengamati laki-laki diatas sana, kopi yang ia pesan tentu saja sudah dingin seperti malam hari ini. Setelah jam menunjukan angka seperempat malam, akhirnya ia berdiri untuk pulang, tidak terasa. Tentu saja, mendengarkan suara yang sudah menjadi candu untuk sekarang, dan berkutik dalam pikiran untuk berhenti dalam tujuan yang masih lama untuk sampai itu mustahil.

Kafe ini sudah tidak ada pengunjung, hanya dia yang tersisa ternyata dan tentu saja  laki-laki yang menyanyi itu, setelah melirik dari penjuru kafe ia menuju keluar kafe, kopi yang dipesan pun tak ia minum sedikit pun. Malam ini sangat dingin juga merasa, sedikit lamban untuk berjalan agar menikmati lebih lama apa yang harus ia siapkan untuk hari esok.

Duduk di Halte bus, menggerakkan kedua kaki dan menundukkan kepala kebawah, tangan disimpan ke samping. Hari ini terasa berat, helaan napas terdengar sangat lelah. Sampai ia tak sadar bahwa tangan kiri yang ia letakan kesamping tidak sengaja terkena pemuda yang duduk disampingnya. Pemuda itu pun mengamati baik-baik perempuan ini, sedikit tersenyum.

Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya bus tiba. Ia menaiki terlebih dahulu dan men tap sebuah kartu lalu memilih tempat duduk yang nyaman—kursi ketiga dari belakang hanya menyisakan dua kursi untuk dua orang. Kakinya melangkah maju dan duduk tempat di sebelah jendela untuk menikmati malam yang sunyi di kota besar metropolitan ini.

Bus pun akhirnya berjalan perlahan seperti enggan untuk terburu-buru, layaknya menjalankan hidup tak usah terburu-buru dan tergesa-gesa. Menikmati setiap proses dan langkah yang dilewati maka itu arti hidup sesungguhnya. Seperti menerima dan diterima, melanjutkan atau berhenti. Semua itu hanya pilihan, pilihan yang harus dipilih atau mencari sebuah kata baru untuk memulai.

Disamping perempuan ini, seorang pemuda juga sedang mengamati arah jendela. Tidak, bukan hanya jendela perempuan yang disebelahnya pun ikut ia amati. Sang pemuda mengeluarkan sebuah benda pipih dari saku celananya dan memilih sebuah lagu yang pas untuk malam ini. Mengeluarkan headset dari kantung hoodie hitamnya itu lalu menempelkan kearah telinganya, juga perempuan disebelahnya. Perempuan yang sedari tadi melamun itu tertohok kaget, ia melirik kearah samping dan benar saja ada seorang pemuda yang sangat tampan sedang tersenyum kearahnya, didepan pemuda itu ada sebuah tas yang berisi gitar, ia mengernyitkan kedua alisnya dan bersuara.

"Maaf?" Dengan nanda kebingungan.

"Coba dengerin lagunya dan buat keinginan dalam hati lalu pejamkan mata kamu." Tutur pemuda itu.

Me n You | Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang