2| Kebetulan; kesengajaan semesta

52 4 1
                                    

Sengaja atau kebetulan, tidak apa yang penting sudah berkenalan. Bukan kesengajaan tapi memang sudah waktunya bertemu dan saling mengenal. Begitukah semesta? -r

***

Katanya jikalau kita bertemu seseorang dengan ketidaksengajaan maka itu tidak akan pernah bersatu nantinya, bukan seperti itu, kalau semesta sudah mengizinkan dan memang begitu jalan untuk dipertemukannya, bukanya harus menerima? Ya menerima.

Jalanan hari ini sedikit lengah, Hasyya sudah berada dalam mobil yang dibawa oleh kakak tirinya. Jika tidak di paksa oleh orang-orang rumah untuk berangkat bersama, ia sangat malas sekali.

Sungguh pagi yang menyebalkan. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir keduanya. Seperti inilah kakak-beradik yang tak sedarah. Bukan kakak Hasyya yang tidak ingin lebih dekat dengannya, tapi ia lah yang selalu memberi jarak dan peringatan kalau mereka berdua ini bukan kakak beradik sesungguhnya, dan Hasyya secara terang-terangan berkata tak menyukai lelaki ini dan ibunya, jadi seperti itu juga perlakuan kakak tirinya kepada Hasyya. Kalau saja hatinya menerima orang baru di kehidupannya, mungkin mereka bisa menjadi akrab seperti kakak beradik pada umumnya.

Tepat di depan gerbang sekolah mobil terhenti. Ia melepaskan seatbelt kemudian membuka pintu mobil. Tanpa pamit dan ucapan terima kasih, Hasyya menyelonong keluar dan langsung menutup pintu mobil itu sedikit bantingan. Susah memang ingin mendekat dengan seorang adik tiri ini.

Mobil kakaknya sudah melaju lagi, bersamaan dengan fokus dirinya yang kini tertuju pada seorang anak laki-laki sedang bercengkrama dengan orang tuanya. Pemandangan indah di pagi hari melihat kejadian seperti ini, seakan mengawali aktivitasnya yang selalu monoton.

Hasyya juga ingin merasakannya. Merasakan usapan di kepala dan perlakuan hangat seperti apa yang siswa itu dapatkan. Namun sekarang, yang ia bisa hanyalah tersenyum kecut lalu melangkah masuk ke arah gerbang.

Disisi lain, pemuda yang sebelumnya menjadi tontonan itu tak sengaja menatap perempuan yang pernah ditemuinya secara kebetulan.

Ya, gadis itu. Yang menjatuhkan gelang berlambang H di kursi bus malam tadi.

"Ayah hati-hati, ya." Ucap laki-laki itu, sambil menyalami tangan kanan ayahnya.

"Iya, pasti. Sana kamu masuk gih, anak ayah yang ganteng."

Anak laki-laki itu tersenyum, "Gak usah diperjelas, aku sadar aku ganteng hahaha." Diakhiri dengan kekehan kecil.

Ayah hanya menggelengkan kepala, lalu menyalakan mesin motor. Setelah itu meninggalkan anaknya ini. Gava masih setia menunggu sang ayah menjauh dari pemandangannya, setelah itu ia masuk kedalam area sekolah.

—Me n You—

Atmosfer sekolah di pagi hari tidak begitu menyenangkan, semua sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Jadi selagi bel masuk belum berbunyi, Hasyya berniat pergi ke perpustakaan. Bukan untuk membaca buku, melainkan hanya ingin.

Baru saja melangkah keluar tiba-tiba Hasyya dihadang oleh teman sebangkunya tepat di depan pintu.

"Dor!" Kagetnya tepat didepan wajah Hasyya.

Hasyya sama sekali tidak terkejut, wajahnya masih tak memunculkan ekspresi sama sekali. "Ngapain lo barusan?"

"Ngagetin lo lah!"

"Coba lagi ya."

"Lo mau kemana deh?"

"Keluar. Minggir," lengan Hasyya mendorong pelan bahu Jihan, namun justru siswi itu tetap pada posisinya. "Kemana dulu??"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Me n You | Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang