Bertemu lagi

74 9 0
                                    

Bi Ira menemui Raya di kamarnya, melihat Raya yg sedang melamun sendiri di depan jendela membuat bi Ira selalu merasa iba, kasihan & tentu saja tidak tega dengan keadaan Raya.

"neng.. boleh bibi masuk?" bi Ira. Raya mengangguk sebagai jawaban.

"neng,, tadi ada yg anterin ini buat neng. Mau bibi buka?" bi Ira.

"apa bi? Bibi bukain aja." Kata Raya.

Bi Ira membuka kotak berbentuk persegi itu & menemukan selembar kertas putih berisi tulisan tangan & satu buah kalung cantik berliontin R sebagai inisial nama Raya.

"kalung neng, cantik sekali.. terus ada suratnya juga, mau bibi bacain?" bi Ira.
Raya mengangguk tak sabar ingin mendegar isi surat yg akan bi Ira bacakan.

'Dear Raya'

Ray, aku tau kamu marah, aku tau kamu kecewa, tapi demi Tuhan aku ga pernah ninggalin kamu, aku ga pernah lupain kamu.

Kamu tau? Dari dulu aku mencintai kamu tanpa alasan, jadi bagaimana mungkin tiba² aku ninggalin kamu?

Aku sayang sama kamu Ray, sayang banget.
Dan aku terima kalo kamu anggap aku mati, kalau itu bikin kamu bahagia aku rela mati buat kamu. Maaf.

Nanti aku titip mata aku buat kamu, aku akan berikan mata aku secepatnya.
Aku bilang sama kamu bukan karna aku ingin ucapan terimakasih dari kamu, tapi karna aku ingin kamu jaga mata aku baik baik.

Semoga dengan ini kamu bisa melihat warna warna dunia lagi.
Aku mencintaimu Raya.

Bi Ira membacakan isi surat itu dengan mata berkaca kaca.

"bi apa surat itu dari Mondy?" Tanya Raya panik, bi Ira menjawab YA! Surat itu memang dari MOndy beberapa menit yg lalu.

"bibi tau kemana Mondy pergi?" Raya.

"bibi ga lihat neng, tapi den Mondy bawa mobil putih, kayanya belum jauh dari sini." Bi Ira.

"aku harus kejar Mondy bi, aku ga mau dia kasih matanya buat aku." Ucap Raya sambil berjalan keluar dengan tongkatnya.

Bi Ira mengekor Raya, tentu saja bi Ira tidak akan membiarkan Raya pergi sendiri, ia membantu Raya memanggil taksi dan mencari mobil Mondy.

"Semoga den Mondy belum jauh ya Allah.." doa bi Ira dalam hati.

Sepanjang jalan ia terus menggenggam tangan Raya yg dingin & bergetar. Air mata Raya mulai mengalir di ujung matanya, kesedihan tentang Mondy yg selama ini di pendamnya kini ia lampiaskan dengan air mata.

**

Raya terus menanyakan pada bi Ira apa dia sudah melihat mobil Mondy atau belum, tetapi jawaban bi Ira masih sama, ia tak melihat mobil Mondy sejak tadi.

Kecemasan Raya pun semakin memuncak, ia tak ingin terlambat mencegah Mondy mendonorkan matanya, ia masih bisa hidup dalam keadaan buta sekalipun.

"bi, bibi yakin mobil Mondy ga ada? Apa dia balik ke Bandung bi?" Raya.

"bibi ga tau neng, mendingan sekarang kita pulang dulu, tadi den Mody minta nomor hp bibi. Siapa tau nanti den Mondy menghubungi bibi kan.. nanti bibi kasih tau neng Raya kalo den Mondy telpon bibi." Ucap bi Ira.

Raya pun pasrah, ia menurut pada bi Ira untuk pulang kembali.

Di depan rumah Raya, sudah ada seseorang bertengger di depan pagar. Mondy! Dia kembali lagi, padahal baru satu jam yg lalu dia datang dan sekarang sudah kembali lagi.

Bi Ira yg melihat Mondy langsung girang bahagia, namun Mondy mengisyaratkan agar bi Ira tidak memberi tahu Raya bahwa ada Mondy disana.

"bi, kalo Mondy telpon jangan lupa kasih tau aku ya, aku masuk duluan." Ucap Raya.

Mondy mendengarnya setengah kaget, ternyata Raya masih mau bicara padanya.

"iya neng, masuk duluan aja." Bi Ira.

Mondy langsung mewawancarai bi Ira saat Raya sudah masuk ke dalam.

"bi, tadi Raya bilang.. apa dia masih mau bicara sm aku bi?" Tanya Mondy dengan senyum mengembang di bibirnya.

"iya den, barusan kita abis cari den Mondy, tp ngga taunya den Mondy disini." Ucap bi Ira.

Dia pun menceritakan pada Mondy tentang Raya yg tidak mau Mondy mendonorkan matanya.

Ide gila muncul di kepala Mondy, ia meminta izin pada bi Ira untuk tinggal dirumah Raya tanpa sepengetahuan Raya, ia ingin menjaga Raya sekaligus menghabiskan waktu setiap harinya bersama Raya meskipun Raya tidak tau.

"duh tapi den, kalo abah tau bias ngamuk sama bibi, abah kan engga lama di Bandung" Bi Ira.

"bibi tenang aja, itu Mondy yg tanggung. Gimana?" Mondy.

Dan mereka pun sepakat untuk Mondy tinggal di rumah Raya sementara abah tidak di rumah & sebelum Mondy memberikan matanya untuk Raya.

Mondy menempati kamar tamu yg berada di sebelah kamar Raya, dia ingin selalu ada di dekat Raya.

"eh den Mondy inget ya, jangan macem²!" ancam bi Ira diiringi tawa Mondy.

**

Mondy sedang memperhatikan Raya yg termenung di depan jendela kamarnya, ia tak mendekat pada Raya, hanya memandangnya dari pintu saja.

Ia tak pernah melihat Raya seperti itu sebelumnya, dulu ia gadis yg periang, apapun yg dilakukan nya pasti akan membuat Mondy tertawa, Raya gadis yg konyol dulu. Dia cuek pada apapun, asal hatinya bahagia saja.

"aku ga pernah lihat kamu seperti ini dulu." Batin Mondy.

"Sejak kecelakaan itu, neng Raya seperti itu den." Ucap bi Ira pelan.

Mondy yg tak sadar kehadiran bi Ira di buat terkejut.

"apa setiap hari Raya begini bi?" tanyanya.
Bi Ira mengangguk sebagai jawaban. Mondy kembali terdiam dalam lamunannya.

"Maafin aku Ray.." gumamnya.

Bi Ira masuk memberikan segelas cokelat panas favorite Raya, sambil mengusap pundak Raya.

"ini bibi buatkan cokelat panas neng, biar rileks. Hehe" bi Ira.

"bibi.. makasih ya.. Oya bi, apa Mondy belum telpon bibi juga?" Tanya nya.

"belum neng, pokonya nanti kalau den Mondy telpon, bibi langsung kasih ke neng." Bi Ira.

"bi, aku telpon bibi ya, nanti kasih hp nya ke Raya, aku telpon di luar." Bisik Mondy setelah bi Ira keluar & bi Ira pun mengangguk lalu kembali ke kamar Raya.

Telpon berdering, bi Ira langsung memberikan hp nya pada Raya.

"neng, ini kayanya den MOndy yg telpon, soalnya bibi ga kenal nomr nya." Ucap bi Ira sambil menyodorkan hpnya, Raya menerimanya dengan senyum.

"halo.. bi, Raya gimana kabarnya?" Tanya Mondy pura².

"ini gue Mon.." jawab Raya.

"Raya.. kamu apa kabar sayang?" Mondy.

"langsung aja Mon, gue ga suka basa basi. gue ga mau lo kasih mata lo buat gue, gue ga butuh belas kasihan lo atau tebusan dari lo. Gue udah cukup bahagia dengan keadaan gue asal lo jauh² dari gue. Lo tau Mon, 3 tahun ini gue ngelupain lo. Dan sekarang dengan tiba² lo dateng mau kasih mata lo buat gue? gue ngga butuh! tolong camkan itu." Raya.

"Ray,, kata siapa aku mau kasih mata aku buat kamu? aku juga ga mau ngasih cuma² mata aku buat orang sombong kaya kamu! Ya emang tadinya aku pikir aku bisa nebus kesalahan aku sama kamu dengan mata aku, tapi denger kamu bilang kaya gitu aku ga minat lagi. Kamu terlalu sombong Ray, dan aku masih sayang mata aku untuk aku kasih ke kamu." Mondy.


Bersambung..

TAKDIR HIDUPKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang