Blind date gagal, lalu apa?

122 25 22
                                    

     

    Hari ini berat banyak kerjaan. Biasanya juga iya sih. Tapi hari ini lebih satu tingkat diatasnya. Pelanggan yang berdatangan rata rata pengin kaktus dan mawar putih. Kata Dea, itu bisa jadi karena trend jaman sekarang. You know, mereka ngasih bunga mawar putih ke orang tercintanya dan di upload ke laman instagram dilengkapi dengan lagu Roses blooms For you karya lana del rey.

Untungnya, kesibukan hari ini bisa timku atasi di toko. Aku juga ikut membantu melayani pelanggan yang rata-rata anak sekolahan. Mereka sepertinya tertarik dengan tanaman-tanaman yang mudah dirawat.

Esha luv is calling...

"Halo?" Aku menyalakan speaker. Karena sekarang sedang mengoleskan salep di kedua tangan yang terkena duri dan menempelkan beberapa koyo dipunggung. Tanganku nggak sanggup pegang ponsel juga.

"Rose, temen gue ada yang mau kenalan nih. Lo mau kan?" Nada bicara Daniesha seperti nggak mau dibantah. Punggungku semakin lemas.

Aku berhedam sebelum menjawabnya. "Iya, tapi jangan salahkan aku kalau mereka kabur lagi."

Aku bilang begitu biar Esha nggak kesal lagi. Sebelum-sebelumnya dia kesal sendiri karena laki-laki yang dia pilihkan malah kabur pas tahu aku umur 28. Katanya ovariumku udah basi. Maksudnya???

"Hm, ada anak temen om Libra yang mau lihat bunga di toko lo, bisa?"

Badanku langsung tegak mendengarnya. Lupakan dulu lah basa-basi tadi. Dengan tatapan berbinar aku mengangguk —walau Esha nggak bisa melihatku— senang.

"Bisa kok! Kasih aja nomor adminku."

Saking seringnya dia mendapatkanku pelanggan (istilahnya mencarikan rejeki) Esha punya nomor beberapa karyawanku di HP kesekiannya. Dia dan keluarganya berperan besar dalam kemajuan usaha yang baru kurintis.

Aku bersyukur bisa berkenalan dengan Esha, dan keluarganya. Keluargaku saja nggak sepeduli itu. Mereka tahunya kemari pas lagi butuh ngutang saja. Kalau ditanya, pake acara basa-basi nanyain kapan nikah nggak? nggak dong, mana berani. Aku emosian loh orangnya walaupun lebih sabar dari Daniesha. Ya balance lah.

"Yaudah kalau gitu, bye Rose."

"Bye! makasih Esha."

Saat sambungan sudah terputus aku menahan napas saking senangnya. Ugh aku sudah nggak sabar ketemu costumer yang bakalan nanya-nanya tentang tanamanku!

Dea (admin)
Mbak, ada yang chat di wa katanya dia mau mendiskusikan jenis bunga dan tanaman langsung dengan mbak.

You
Okay! Dia bilang namanya siapa, nggak?

Dea (admin)
Pak Erenathan. Katanya, untuk rumah baru dia dan istrinya. Dan juga istrinya cukup picky kak.

Picky, ya? Hm, aku harus list bunga yang sekiranya bakalan istrinya suka. Biasanya sih mereka nggak ambil pusing, yang penting cara merawatnya mudah dan nggak makan waktu.

You
Okay De, suruh dia yang atur pertemuannya. Kirim lewat email atau pesan ya, alamat tempatnya, thank you ^^

Dea (admin)
Okeeei Mbak!🌹🌹🌹

Aku tertawa melihat emoji andalannya. Tepatnya emoji andalan anak kantor. Dengan euforia yang masih menggebu, aku mulai me-list  bunga dan tanaman yang recommended.

**


"Memangnya kenapa kalau kamu lebih tua?"

Aku berdeham canggung saat pria di depanku ini terdengar marah. Aku nggak tahu harus gimana lagi biar kencan buta yang kesekian kali ini bisa berjalan lancar. Dan mungkin aku nggak mau mengusahakannya.

Different PathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang