Memoar

3 0 0
                                    

Aku tak tahu mengapa dari dulu aku selalu mengalami kisah pertemanan yang cukup rumit.

Saat SD saja aku sudah harus merasakan yang namanya ditinggalkan oleh sahabat sendiri karena dia sedang dekat dengan orang lain. Namun, aku juga sadar diri bahwa saat itu aku juga turut bertanggung jawab atas hal tersebut.

Waktu itu, aku masih kelas 2 SD. Di tahun keduaku tersebut aku memiliki adik kelas yang juga masih ada hubungan saudara denganku. Berhubung dia masih dalam masa adaptasi akhirnya dia kemana-mana bersamaku. Aku tak keberatan dengan hal itu bahkan aku senang.

Kita sering menghabiskan waktu istirahat bersama, tertawa bersama seperti anak yang tiada beban. Bahkan sampai sekarang aku masih ingat kejadian yang selalu berhasil membuatku senyum-senyum sendiri saat mengingatnya.

Akan tetapi di lain sisi ternyata ada sosok yang aku lupakan. Dia adalah sahabatku. Kita yang dulunya sering kemana-mana bersama jadi jarang karena aku harus terus bersama saudaraku sampai dirasa dia sudah cukup beradaptasi dan berani melakukan sesuatu dengan teman-teman sekelasnya.

Siapa sangka karena hal tersebut, sahabatku dekat dengan teman sekelasku lainnya dan akhirnya dia lebih memilih bersama dengan teman barunya dan meninggalkanku.

Namun, jangan salah, dengan adanya kejadian tersebut bukan berarti kami menjadi musuhan. Kami tetap berteman tapi tidak sedekat sebelum hal itu terjadi.

Kini aku sangat berterima kasih dengan sahabatku tersebut karena adanya kejadian itu aku jadi mendapat pelajaran berharga dimana kita jangan sampai menyia-nyiakan orang yang sudah berada di samping kita.

Sampai sekarang pun kita masih sering berhubungan meskipun hanya lewat WhatApp maupun sosial media lainnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 28, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Tugas Kampus AwanWhere stories live. Discover now