Jaehyuk mendengarnya.
Suara teriakan Doyoung yang kadang diselingi dengan gumaman nama seseorang.
Haruto.
Siapa Haruto? Mengapa Doyoung memanggil seakan dia sangat membutuhkannya untuk hadir saat ini?
Jaehyuk memutuskan untuk keluar dari kamarnya ketika dia sudah tidak mendapati adanya suara teriakan lagi.
Melewati ruang tamu, Ia menemukan Doyoung yang sudah terlelap didalam dekapan Bunda. Hatinya tidak tega melihat bagaimana bekas air mata masih jelas terlihat di wajah manis tersebut, seperti menyiratkan rasa sakit yang luar biasa.
Bunda masih terus mengelus bahu Doyoung lembut, agar anak bungsunya itu semakin terlelap.
Sadar akan kehadiran Jaehyuk, Bunda tersenyum dan memberikan isyarat pada Jaehyuk untuk duduk. Terlihat sekali raut kelelahan dari wajah wanita berusia 50 tahunan itu.
"Bunda, mau saya bantu bawa Doyoung ke kamarnya?" Walaupun dirasa bahwa berat badan Doyoung tidak seberapa, Jaehyuk yakin sekali Bunda tidak akan kuat membawa tubuh anaknya itu kembali ke kamar.
"Terima kasih ya, Nak Jaehyuk." Bunda menghapus sisa air mata di wajah Doyoung lalu mengecup kening dan kedua pipi gembil anaknya.
Dengan hati-hati, Jaehyuk mengangkat tubuh Doyoung dari pangkuan Bunda. Benar dugaannya, ternyata Doyoung memang tidak begitu berat.
Setelah memastikan bahwa gendongannya cukup stabil, Jaehyuk bertanya dengan suara kecil dimana letak kamar Doyoung.
"Di sebelah kamar Bunda, Nak Jaehyuk."
Jaehyuk mengangguk mengerti, kemudian mulai berjalan dengan sangat hati-hati agar tidak membangunkan Doyoung yang berada di dalam dekapannya.
Ketika sampai, Bunda segera membuka lebar pintu kamar Doyoung, sehingga Jaehyuk bisa lebih leluasa untuk bergerak.
Jaehyuk meletakkan tubuh Doyoung diatas tempat tidur, pelan sekali agar pergerakannya tidak menganggu tidur si manis. Dinaikkannya selimut sampai sebatas bahu, agar Doyoung tidak kedinginan dalam tidurnya. Ditaruhnya boneka kelinci yang diberikan oleh Bunda ke dalam pelukan Doyoung, agar tidurnya menjadi lebih nyaman.
Setelah dirasa bahwa semua sudah sebagaimana harusnya, Jaehyuk melangkah mundur, memberikan ruang pada Bunda yang memilih untuk duduk di pinggir tempat tidur, kembali memandangi anak bungsunya yang sudah terlelap.
Memperhatikan sekeliling, Jaehyuk melihat patung-patung kelinci yang tersusun rapi membentuk piramida di satu meja khusus, tepat disebelah meja tulis Doyoung yang menghadap ke arah jendela.
Terdapat peta dunia yang besarnya hampir menandingi meja tulis tempat peta tersebut diletakkan, dengan banyaknya coretan nama-nama ibukota di setiap negara yang ditandai oleh stiker kelinci. Di tembok kamar, tertempel banyak sekali lukisan-lukisan kelinci, dari lukisan kartun sampai lukisan yang sangat realistis.
"Nak Jaehyuk,"
Panggilan Bunda pun mengakhiri waktu Jaehyuk untuk mengamati kamar Doyoung.
"Mari. Nak Jaehyuk tidak ada rencana berpergian malam ini?"
Bunda bertanya sambil berjalan ke arah pintu, membukanya dan menyuruh Jaehyuk untuk keluar lebih dahulu.
"Tidak, Bun. Masih letih dari perjalanan jauh tadi."
"Kita ngobrol sebentar, mau?"
Jaehyuk yang sedang meregangkan otot tangannya, segera melihat Bunda kemudian tersenyum dan mengangguk.
"Boleh, Bunda."
"Nak Jaehyuk mau dibuatkan minum apa?"
"Bunda, tidak usah repot-repot. Harusnya saya yang bertanya Bunda mau minum apa? Saya buatkan teh hangat, ya? Bunda pasti letih."
Mendapat anggukan dari Bunda, Jaehyuk segera berjalan ke arah dapur untuk membuat dua teh hangat yang akan menemani mereka mengobrol.
|-|
alur ceritanya kubuat pelan dan santai ya, karena aku maunya satu chapter maksimal 500 kata, biar ga kepanjangan☺️
lagi mikir, masa ceritaku happy ending semua?🤔jaebbyku😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
MALAIKAT MEMBERIKAN JAWABANNYA | TREASURE JAEBBY (JAEHYUK x DOYOUNG)
FanfictionJaehyuk yang dengan sabar menuntun Doyoung untuk keluar dari labirin yang memenjarakannya. Lebih baik baca "Malaikat Juga Tahu" - chapter 5 di Could It Be Love biar ga buta-buta amat. Tapi, harusnya bisa sih kalau langsung mulai baca, paling bingung...