Chapter 6

553 94 35
                                    

Untuk menepati janjinya, akhirnya Jaehyuk mengajak Doyoung pergi ke toko hewan. Tentu saja setelah mendapatkan ijin dari Bunda.

Jaehyuk mengayuh sepedanya pelan, salah satu janji yang harus Jaehyuk tepati agar Doyoung diperbolehkan pergi dengannya.

Waktu menunjukkan pukul 10 pagi, jalanan masih sepi, belum ramai dengan hiruk pikuk mobil yang lewat silih berganti.

Satu tangannya mengenggam tangan Doyoung yang sedari tadi memeluk erat pinggangnya. Bunda bilang kalau ini adalah pengalaman pertama Doyoung mengendarai sepeda.

"Doyoungie, tidak apa?" Jaehyuk menghentikan sepedanya di pinggir jalan untuk memeriksa keadaan Doyoung. Diusapnya pelan tangan yang masih setia melingkar di pinggangnya.

"Tidak apa." Jawaban yang sangat singkat, tapi mampu membuat hati Jaehyuk lega karena itu berarti Doyoung baik-baik saja.

"Sabar ya, sebentar lagi kita sampai." Kembali Jaehyuk kayuh sepedanya menuju ke tempat tujuan.

Tidak sampai 10 menit, mereka sudah berada didepan toko hewan.

Jaehyuk melepaskan pelukan Doyoung dan turun dari sepeda, tersenyum menatap Doyoung yang masih menunduk sambil memainkan jari-jarinya.

"Doyoungie, sudah sampai. Ayuk, kita pilih kelincinya."

Mendengar binatang kesukaannya disebut, Doyoung medongak dan menemukan senyuman Jaehyuk yang sangat familiar.

Tanpa membuang waktu, Doyoung pun turun dari sepeda, menerima uluran tangan Jaehyuk dan masuk ke dalam, siap untuk membeli kelinci.

--








Mereka sudah menghabiskan hampir satu setengah jam didalam toko hewan.

Doyoung yang tidak berhenti mendatangi setiap etalase toko untuk melihat berbagai macam binatang yang dijual dan Jaehyuk yang mengikuti Doyoung sambil berbincang dengan si empunya toko.

Melihat senyum Doyoung yang tidak pernah hilang dari wajahnya membuat Jaehyuk tidak masalah menghabiskan waktu selama apapun disini.

"Pacarnya ya Mas?"

"Hah? Eh, bukan Pak."

"Kalau pacarnya juga ga apa. Manis, Mas. Cocok sama Mas."

Jaehyuk menjawab dengan senyuman dan berjalan ke arah Doyoung, yang sudah sibuk mengamati kawanan kelinci yang ada di etalase terakhir.

"Doyoungie mau yang mana?"

Jaehyuk ikut berjongkok di sebelah Doyoung.

"Yang putih, yang cokelat."

"Doyoungie mau dua? Tapi Doyoungie harus merawat dua-duanya ya? Doyoungie tidak boleh pilih kasih."

Doyoung menatap Jaehyuk dan kandang kelinci itu bergantian, setelahnya kembali menunduk, memikirkan perkataan Jaehyuk barusan.

"Yang putih."

"Nanti kalau kita sudah terbiasa, Jaehyuk janji akan membelikan Doyoungie yang cokelat. Oke?"

Jaehyuk mengusak surai Doyoung dan memberikan jari kelingkingnya seperti yang biasa dia lakukan.

Tautan di jari kelingkingnya dan anggukan mantap didapat Jaehyuk sebagai jawaban. Jaehyuk kembali mengusak surai Doyoung, gemas dengan sikap si manis.

"Aku bayar dulu ya. Doyoungie mau disini dulu atau mau ikut ke kasir?"

Jaehyuk berdiri dengan membawa seekor kelinci putih kecil yang sudah mereka pilih ke arah kasir yang terletak di ujung belakang toko.

"Jaehyukkie."

"Ahahaha iya. Yuk, Doyoungie yang bawa kelincinya ya."

Jaehyuk membiarkan Doyoung berjalan terlebih dahulu. Ia tahu didalam hatinya Doyoung sangat amat gembira.

Lompatan-lompatan kecil yang mengiringi langkahnya sudah menjadi suatu bukti yang cukup kuat untuk membenarkan pernyataan Jaehyuk.

--




















"Ruto."

Itulah jawaban Doyoung ketika Jaehyuk bertanya nama yang sudah Ia siapkan untuk si kelinci kecil.

Mereka berdua sedang berada di pekarangan indekos, menatapi bintang di langit malam, sesekali diselingi oleh obrolan ringan.

Sebenarnya, Jaehyuk yang lebih banyak berbicara. Doyoung memilih untuk mendengarkan dan memberikan atensinya pada si kelinci yang sedang mengunyah daun bayam.

"Loh? Kenapa Doyoungie mau memberi nama Ruto?"

"Ruto, teman. Doyoungie, sayang."

Doyoung menjawab tanpa menatap Jaehyuk, sibuk mengelus bulu putih si kelinci.

"Doyoungie, lihat kesini sebentar."

"Eung?"

"Biasanya, kita memilih nama untuk sesuatu yang kita sayang berdasarkan hal-hal yang membuat kita senang dan bahagia. Contohnya Miki. Kenapa Doyoungie memilih nama Miki?"

Jaehyuk berbicara sepelan mungkin agar Doyoung mengerti maksud dari perkataannya.

"Milkita. Susu. Miki."

"Doyoungie sangat suka susu cokelat 'kan? Karena itu Miki diberi nama Miki."

Doyoung mengangguk mendengar pernyataan Jaehyuk.

"Sekarang, kalau Doyoungie memberi nama Ruto, ketika melihat si kelinci, Doyoungie merasa senang atau sedih?"

Perlahan hidungnya mulai memerah, air mata sudah berkumpul di pelupuk mata.

"Doyoungie tidak boleh menangis. Doyoungie anak yang kuat."

Bibirnya Ia kerucutkan agar air mata tidak jadi menetes.

Doyoung akan berusaha untuk tidak menangis, dia adalah anak yang kuat. Ia juga tidak mau Jaehyuk sedih karenanya.

"Doyoungie harus memilih nama yang bisa membuat Doyoungie terus bahagia. Kira-kira siapa?"

"Jaehyukkie."

"Eeeii, maksud Doyoungie aku mirip kelinci?"

Tawa Jaehyuk disambut oleh gelengan dan gelak tawa dari Doyoung.









"Bagaimana kalo Dobby saja?"

"Malam, Bunda."

"Malam, Nak Jaehyuk."

Bunda duduk di sebelah Doyoung, mengusak surai anaknya dan mengecup keningnya singkat.

"Bagaimana? Agar Doyoung selalu teringat kenangan indah dengan mendiang Ayah."

Doyoung menatap Bunda, sekilas raut bingung terukir diwajahnya. Namun, tak berselang lama, raut bingung tergantikan dengan raut gembira.

"Ayah. Doyoungie sayang Ayah. Dobby."

Akhirnya nama Dobby pun dipilih menjadi nama si kelinci putih.

Ini adalah malam minggu pertama Doyoung dengan rutinitasnya yang baru,









menatapi bintang di langit malam sambil bermain dengan Dobby dan mengobrol dengan Jaehyuk.



|-|
























































akhir-akhir ini jaebby semakin keterlaluan ya😳
persentase oleng ke jaebby: 95%
ayolah harubby, tunjukkan momen kalian😭

MALAIKAT MEMBERIKAN JAWABANNYA | TREASURE JAEBBY (JAEHYUK x DOYOUNG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang