Still Together

101 4 0
                                    

Naya POV

Mereka bilang setiap orang dilahirkan berbeda,
tapi entah mengapa didalam kenyata'an yang kita lihat sekarang rasanya kita semua sama.

Otak kita dicuci kedalam sistem yang sama,
Mereka selalu mengharapkan kesempurnaan.
Semua orang bahkan tak bisa melihat bayangan diri mereka sendiri sekarang....

Bagaikan lampu di jalan yang tetap tegak berdiri di penghujung hari yang sunyi di tengah malam yang sepi,aku terus berusaha tersenyum cerah. Aku tak ingin ada yang melihat bahwa betapa lemahnya aku di hadapan orang-orang yang mengandalkanku, sebenarnya semua ini sangat bertolak belakang. Berlagak kuat,bertingkah seperti tak terluka, berpura-pura selalu merasa baik, aku hanya ingin menjadi kekuatan bagi orang-orang. Aku tidak boleh menjadi alasan mereka kehilangan kekuatan.

Aku kembali meletakkan beberapa piring kotor kedalam wastafel untuk dicuci, hari ini pelanggan cukup ramai berdatangan karna sang pemilik restoran membuat menu baru yang disajikan hari ini.

" Na,,, si jisung gak kamu suruh balik deluan aja, kasian tau tiap hari dah perasaan nungguin kamu mulu "

Ma'af aku tak mengindahkan perkataan temanku barusan, aku justru malah semakin asik mencuci piring-piring kotor hingga bersih.
Sudah 5 hari ini seorang laki-laki yang dimaksud oleh temanku tadi selalu menungguku hingga waktu jam kerja habis. Sudah sering aku mengingatkannya agar berhenti mengikuti, tapi sudahlah laki-laki yang tidak sengaja aku tolong waktu itu kini sudah menjadi teman baruku sekarang.

2 jam kemudian

" Jisung bangun"

Aku sudah selesai dengan pekerjaanku dan bersiap-siap akan pulang tetapi tidak lupa  menunggu jisung sampai benar-benar terkumpul nyawanya.

" Udah dibilangin jangan nungguin aku lagi masih aja ngeyel "

Jisung memilih tidak menjawab,kepalanya masih pening akibat ketiduran dalam keadaan duduk tadi.
Ia pamit kepadaku untuk mencuci wajahnya sebentar setelah itu ia siap-siap untuk mengantarkanku pulang.

Dijalan pulang tidak ada pembicaraan apapun seperti biasa, kami sama-sama larut dalam hembusan angin malam hingga kamipun sampai ditempatku tinggal yakni sebuah 'panti asuhan'.

Seperti biasa jisung menitipkan banyak makanan buat anak-anak yang tinggal dipanti, aku diamanahkan oleh jisung untuk membagikan satu-satu makanan itu pada adik-adik panti tersebut.

" Na, aku pulang,habis ini kamu langsung tidur ya besok kan kerja lagi oke gaboleh begadang "

" Iya hati-hati, gausah ngebut. Kalau udah sampai kabarin oke "

Sepeninggal jisung, aku menghampiri satu-persatu kamar adik-adikku. Memastikan mereka semua tertidur dalam keadaan yang nyenyak dan nyaman setelahnya akupun ke kamarku sendiri lekas bersih-bersih dan beristirahat.

Setengah jam berlalu semenjak aku membaringkan tubuh dikasur,aku sama sekali belum merasa mengantuk sama seperti malam-malam yang sudah lalu, disa'at seperti ini aku hanya butuh kesunyian malam guna melarutkan pikiran yang kusut. Perlahan aku keluar dari kamar menuju teras panti untuk menikmati udara malam yang menyejukkan bagi orang-orang seperti diriku.

Aku tak bisa bersandar pada apapun. Jujur, aku sangat ingin menyandarkan dan mengistirahatkan sejenak bahuku. Bahuku semakin hari semakin terasa berat, tapi siapa peduli ? ini tidak boleh ketahuan, aku tak boleh terlihat begini. Namun rasa sakit yang tak bisa aku tunjukkan mulai menyalahkan diriku yang pada akhirnya aku tersiksa oleh sesuatu yang harusnya bukan apa-apa. Meskipun pandangan orang-orang tak tertuju langsung ke arahku tetapi cara pandang mereka itu menyakitkan. Aku terus berpikir bahwa mereka terus memperhatikan dan dapat melihat apa yang selama ini aku sembunyikan. Aku takut.

[Stray kids] OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang