Painful Eyes

924 104 8
                                    

Malam hari di musim dingin adalah malam yang paling menyiksa. Suhu yang mendekati angka nol, serta angin yang berhembus demikian kencang terasa menusuk hingga ke tulang. Setiap orang yang berada di luar akan mempercepat langkah mereka untuk mencari sebuah tempat yang hangat.

Hal yang dilakukan juga oleh pria tampan dengan tinggi proporsional. Jika bukan untuk reuni teman-teman satu sekolahnya, ia mungkin tidak datang.

Selain karena cuaca dingin... Ada hal lain yang akan menyakiti hatinya lagi.

"Ya! Han Seojun. Sini!"

Teman-teman yang satu geng dengan Seojun tidak pernah berubah setiap kali ia menampakkan batang hidungnya. Selalu ramai dan penuh canda. Bahkan pengunjung kafe lainnya sampai menoleh ke arah Seojun. Ia malu karena perbuatan teman-temannya, tapi justru disinilah kebahagiaan itu terselip.

Mereka jarang bertemu, karena kesibukan pekerjaan. Bahkan jadwal manggung Seojun sangat padat hingga sulit mengambil jeda. Untuk saat ini ia akan memanfaatkan momen ini dengan baik, bersama teman-temannya.

Seojun duduk di bagian ujung dari meja yang sudah disediakan. Dihadapannya masih ada dua bangku yang tidak terisi dan ia langsung tahu siapa yang akan mengisi keduanya.

"Wah... Seojun-ah kau makin tampan saja. Dengan wajah seperti itu, kau pasti banyak mendapatkan wanita. Apalagi kau pintar menyanyi... Wahhh"

Mendengar pujian yang dikatakan temannya, Seojun hanya tersenyum getir. Kalimat 'mendapatkan banyak wanita' terasa aneh baginya. Karena selama sepuluh tahun ini rasanya belum ada yang mampu mengisi hatinya lagi.

"Mungkin dahulu pernah..."

Seojun hendak menuang soju dalam gelasnya, namun suara pintu kafe menghentikannya. Sejoli yang masih dimabuk asmara itu memasuki kafe dan duduk dihadapan Seojun.

Pengisi dua bangku kosong.

"Setelah sekian lama kenapa masih terasa sakit untukku?"

"Jukyung-ah... Kudengar ada yang ingin kau sampaikan. Katakanlah!"

Ya... Dua sejoli itu adalah Suho dan Jukyung, sudah sepuluh tahun hubungan mereka. Mereka tetap kokoh bagai batu karang, bisa dilihat bahwa hubungan mereka akan mengarah ke jenjang yang lebih serius.

"Aku melamar Jukyung kemarin dan dua minggu lagi kami akan menikah,"

Suho yang menyatakan kabar gembira tersebut, disambut antusias oleh teman-temannya. Ya, semuanya gembira...

Kecuali satu orang... Yang duduk dihadapan pasangan berbahagia tersebut. Seojun terdiam dan menatap keduanya...
.
.
.
.
Malam semakin larut beberapa dari mereka sudah mabuk, sisanya asik mengobrol. Terkhusus para wanita yang sibuk menanyai Jukyung tentang lamaran Suho.

Seojun sempat menenggak soju yang ada di gelasnya, sebelum beranjak keluar dari kafe. Ia butuh sedikit udara segar. Entah apa yang membuatnya pengap berlama-lama di kafe.

"Huffft"

Helaan nafas yang ia hembuskan terlihat seperti asap putih. Ia menarik resleting jaketnya sampe sebatas dagu, sungguh malam yang sangat dingin.

Tug

Tuh

Seojun merasakan ada benda kecil yang jatuh di atas kepalanya. Ia segera mendongak, menatap langit malam.

Salju

Salju pertama turun di tahun ini.

Matanya menyusuri setiap salju yang berjatuhan, di jalan, atap kafe dan ranting pohon yang kering diseberang jalan. Saat itulah ia melihat seseorang yang sudah lama menghilang dari teman seangkatannya.

Our Happiness | Seojun & Soojin's FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang