Broken

1 0 0
                                    

"Terbawa amarah akan begitu merepotkan. Bahkan menjadi beban yang semakin memberat di tahun kemudian." - Menjeda Rasa

"Kamu tega selingkuhin aku?" Kilatan mata Sagara membuat kegembiraan Zanna yang telah menunggunya sirna seketika. "Kamu nyari apa dari laki-laki seperti dia?" Sagara menunjukkan ponselnya yang telah terpampang foto seorang lelaki yang Zanna kenal.

Zanna menutup rapat bibirnya. Ia baru pernah melihat Sagara semarah ini. Padahal, Zanna berani menjamin jika Ia dan Arjuna hanyalah teman biasa.

"Mas Gara, please, dengerin aku. Aku sungguh tak melakukan perbuatan nista itu." Zanna berbicara dengan nada panik. Ia takut rencana indahnya menghabiskan masa tua dengan Sagara musnah gara-gara fitnah keji ini. Otaknya mencari cara menenangkan Gara, sampai terlupa bahwa ponsel dalam genggamannya terjatuh.

Secepat kilat Gara mengambil ponsel hitam metalik itu. Membuka pola yang sebelumnya Ia tahu, tapi akses ditolak. Menahan amarah, Gara mengulurkan ponsel Zanna. "Kenapa diganti? Kamu nyembunyiin sesuatu disitu? Oh, aku sudah memilikinya disini." Gara menyentuh pelipisnya pelan. Matanya hampir berkaca-kaca. Seakan tak percaya, Zanna yang dikenal sangat baik olehnya mengkhianati hubungan mereka.

"Padahal aku sudah menyiapkan ini." Gara mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah kotak beludru warna merah yang dikenal sebagai kotak perhiasan. Zanna hanya menatap nanar. Ia di posisi terpojok saat ini. Percuma saja jika terus memaksa Gara mempercayai dirinya. Bukti apapun yang dimiliki Gara saat ini kemungkinan sangat valid, walaupun Zanna tak tahu seperti apa bentuknya.

Gara berdecih lirih. "Percuma ya, kebersamaan kita selama ini. Buang-buang waktuku saja. Harusnya kamu paham Za, aku begitu benci yang namanya perselingkuhan."

Dua benda yang berada dalam genggaman Gara pun terlepas. Menghantam pasir di pinggir pantai yang berwarna keemasan. Zanna berpandangan mata dengan Gara. Tiga detik dan Gara menyerah. Ia membalikkan badan menuju tempat di mana mobilnya diparkirkan. Zanna terduduk lemas dengan tangan yang mengepal erat.

Zanna terbangun dari tidurnya. Mimpi tentang peristiwa itu seringkali menyapanya jika Ia terlalu lelah. Keringat dingin mengalir dan bibir Zanna masih terasa bergetar. Ia meraih segelas air yang selalu disiapkannya menjelang tidur. Diteguknya perlahan hingga merasa lebih tenang. Meraih ponsel yang masih baik-baik saja walau pernah dijatuhkan Gara, Zanna membuka folder foto yang takkan pernah Ia hapus.

Semua foto dari masa awal pacaran hingga foto sunset yang menjadi foto terakhir dalam kisah mereka masih tersimpan rapi. Zanna mengingat-ingat dosa dan kesalahannya selama ini. Bisa-bisanya Ia dihadapkan pada masalah yang dibuat-buat. Seakan ada dendam membara yang tersulut dan kini membakar dirinya.

Zanna tertawa di keheningan malam. Ia merasa bahwa terlalu bodoh dalam menghadapi masalah ini. Lima bulan berlalu dan dirinya masih meratapi lelaki yang pergi sambil mencabik-cabik harga dirinya. Harusnya Zanna membuat rencana yang indah untuk mengakhiri semua ini. Membalas sakit hati pada entah siapa yang telah dengan kurang ajar merusak hubungan cintanya.

"Kamu bodoh, Mas. Bodoh," isak Zanna seraya menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Bukti macam apa jika hanya selembar foto yang aku bisa jelaskan sebabnya."

Sehari setelah Sagara meninggalkannya, Zanna menerima foto dari Arjuna yang mengatakan bahwa kemungkinan sebab foto ini yang menjadi bukti yang dimiliki Gara. Membalas Arjuna dengan kecepatan kilat, menanyakan beberapa hal, tapi Zanna kalah cepat dengan tombol blokir dari Arjuna. Benar dugaannya, ada oknum yang bermain untuk memisahkannya dari Gara.

***
Setahun berlalu sejak hubungannya berakhir, Zanna masih sendiri. Ia ingin membuktikan bahwa selingkuh tak pernah menjadi bagian dalam hidupnya. Tapi berbeda dengan Sagara. Kabar pertunangan dengan seorang perempuan yang Zanna kenal tersebar luas.

"Kalau belum jodoh, memang akan dipisahkan bagaimanapun caranya, Mbak Za," ucap Mbak Yus terdengar prihatin.

Zanna hanya terdiam. Ia memberikan daftar belanjanya pada Mbak Milah yang dengan cekatan menyiapkan semuanya. Zanna sudah mencoba lebih pagi hari ini, tapi nyatanya sudah banyak pembeli yang juga datang lebih awal. Alhasil, telinganya dipenuhi dengan ocehan khas ibu-ibu gosipers yang membicarakan acara pertunangan mantan kekasihnya tadi malam.

"Kata Bu Subagyo sih, Mbak Za duluan ya yang ninggalin Mas Gara. Hati-hati karma lho, Mbak." Zanna menatap lurus ibu muda di depannya itu. Seketika ruangan menjadi hening. Antara penasaran bahkan tidak percaya pada berita yang baru saja landing ini.

Zanna mencoba tenang. Ia akan sedikit memberikan pelajaran kepada mereka yang seenaknya saja menyebarluaskan berita yang mengecap dia buruk. "Kebenaran itu ada banyak versi. Terserah penonton saja mau mengikuti yang mana. Tapi yang pasti, kalian lihat sendiri kan. Apa pernah saya dekat lagi dengan lelaki selama ini? Kalau versi mereka saya berselingkuh dan menghancurkan hubungan yang sudah lama dibina, kenapa saat ini saya tidak bersama laki-laki lain?"

"Kali aja cuma lewat ponsel, Mbak Za."

"Saya tahu sih, pasti bakal banyak yang mikir seperti ini. Tapi apa gunanya memiliki pasangan yang tidak bisa diajak bertemu? Mas Gara sudah menawarkan pernikahan yang saya idamkan, lalu tiba-tiba saya memilih laki-laki yang pekerjaannya saja tidak jelas. Logikanya lho, kurang syukur banget kan kalau seperti itu kejadiannya?"

"Penjelasan dari Mbak Za lebih masuk akal sih menurutku," ucap Mbak Millah si pemilik warung. "Perempuan butuh kepastian dan Mas Gara sudah mau memberikannya. Kurang sempurna apa lagi Mas Gara?"

"Jangan-jangan semuanya perbuatan Bu Bagyo?" Opini itu tersebar bagai asap. Zanna pamit undur diri selagi Ia bisa menahan air mata. Bisa-bisanya Ia lupa pada kenyataan bahwa ibunya Sagara awalnya begitu menentang hubungan mereka.

Sampai berjalan tiga tahun lamanya pun, Bu Bagyo masih sedikit enggan pada Zanna. Beberapa kali Zanna bertamu, tak pernah ada obrolan yang serius. Hanya menemui dan berbasa-basi sebentar, setelah itu Gara yang mengajaknya bicara.

"Apa Bu Bagyo setega itu padaku?" desis Zanna tertahan.

======
Terima kasih sudah mampir yaa
See you 💕

310121

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menjeda RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang