Jangan lupa vote sebelum baca ya!
Dua hari Jimin melawan masa kritisnya. Dan akhirnya dia bisa survive. Memilih bertahan, mungkin karena dia ingat kici sangat membutuhkannya.
Jimin terbangun dengan keadaan Jungkook yang menggenggam erat tangannya. Jungkook sedang tertidur, tapi dia menangis dalam tidurnya. Dan Jimin tidak bisa menahan air matanya melihat Jungkook, dengan keadaan seperti itu, bahkan masih memakai baju yang sama seperti yang terkahir kali dia ingat.
Jimin perlahan ingin menarik tangannya dari genggaman Jungkook, tapi ternyata itu membangunkan Jungkook.
Jungkook yang melihat Jimin yang telah sadar itu langsung menangis dan terus mencium tangan Jimin. Dia bahagia, Jiminnya berhasil bertahan.
"Sayang makasih udah bertahan. Makasih udah lahirin kici. Makasih udah sadar."
"Maafin aku sayang, aku minta maaf atas semua kesalahan yang udah aku buat. Maaf udah nyakitin kamu. Maaf udah buat kamu jadi kayak gini. Maaf untuk semuanya, Jimin. Tapi tolong jangan tinggalin aku. Aku mohon" Jungkook tidak bisa mengendalikan dirinya lagi. Dia kalut dengan rasa takutnya.
Jimin hanya diam, dengan air mata yang terus mengalir di pipinya. Rasa sakit itu belum bisa dia lupakan.
"Sayang jangan nangis. Maafin aku, maaf sayang."
Jimin masih membisu. Seakan menulikan pendengarannya.
Setelah mendengar semua penjelasan Jungkook. Jimin sadar Jungkook sangat merasa bersalah atas apa yang dia lakukan. Dan Jimin bisa melihat seberapa takut Jungkook untuk kehilangan dirinya.
"Jeon Jungkook" Jimin berucap pelan.
"Iya sayang? Kamu mau apa? Kamu butuh sesuatu?"
"Kita akhiri semuanya disini ya. Kici ikut aku. Makasih untuk semuanya sampai hari ini."
Gelap. Tidak ada yang bisa digambarkan lagi untuk keadaan Jungkook sekarang. Semua dunia Jungkook runtuh, gelap. Tuhan, kalau bisa jemput dia saat ini juga. Dia sudah tidak sanggup.
"Jimin tolong, jangan"
Suara Jungkook terdengar pelan. Badannya bergetar hebat. Bahkan tangisnya sudah tidak mengeluarkan suara lagi.
"Jeon Jungkook, tolong ha-"
"Jimin please. Jangan panggil aku Jungkook, panggil aku Koo lagi, Ji. Kita pulang kerumah bareng-bareng sama kici ya? Kita udah dekor kamar buat kici kamu ingat? Tolong ada di setiap aku buka mata Ji. Tolong sambut pagi aku sama senyum kamu Ji. Tolong buatin aku sarapan. Tolong sambut aku waktu aku pulang kerja lagi capek. Tolong cuddle sama aku sampe kamu tidur. Tolong tetap stay disamping aku, Ji." Ucap Jungkook lirih di akhir. Dia sudah tidak tahu harus bilang apa lagi agar Jimin tetap tinggal disampingnya.
Jimin terpaku. Memorinya seakan memutar kembali kenangan mereka. Mengingat manisnya rumah tangga mereka sebelum Jungkook membuat kesalahan itu. Jimin takut lukanya tidak akan sembuh. Jimin takut kalau kejadian ini akan terulang. Jimin punya banyak kekhawatiran.
Tapi Jimin berpikir, kici pasti membutuhkan ayahnya. Jungkook juga pasti membutuhkan dia dan kici. Selain itu. Ini juga kesalahan pertama yang dibuat Jungkook. Seharusnya Jimin bisa untuk menolerirnya. Dan Jimin berusaha untuk itu. Dia berusaha mempercayai Jungkook, lagi.
Jimin melihat Jungkook yang masih tetap memegang erat tangannya sambil tertunduk dan menangis. Jimin ingin mengelus kepala suaminya itu.
"Koo" panggil Jimin pelan.
"Ji? Iya sayang?"
"Mau peluk"
Mendengar itu Jungkook lega. Dia bersyukur kepada Tuhan karena Jimin masih memberinya kesempatan, dan dia berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.
Dengan senyum yang terukir di bibirnya, dengan cepat Jungkook mendekap Jimin dalam pelukannya."Ayo kita liat kici. Kici pasti kangen kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry. [kookmin] ☑️
Fanfiction⚠ Short story ⚠️ bxb ⚠ mpreg ⚠ jm!bot , jk!top ⚠ angst(?)