PROLOG

12 0 0
                                    

Shepora31 Januari 2018

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Shepora
31 Januari 2018

°°°°°

Baru saja kemarin aku kembali mendapatkan kontak teman lamaku lewat sosial media. Kami sudah cukup lama tidak bertemu, meski pada kenyataannya masih satu kota. Dulu kami satu universitas, berbeda fakultas, tetapi akrab karena satu organisasi.

Hari ini, ia mengajakku untuk makan malam. Aku menerimanya, dan ku rekomendasikan salah satu restoran favoritku di Argon, ia tidak keberatan. Kebetulan hari ini aku bertugas jaga pagi, jadi waktu malam akan cukup luang seharusnya. Maka ku putuskan sepulang dari rumah sakit untuk langsung bertemu dengannya.

Ku parkiran mobil di halaman parkir Argon's Staresto -yang dipenuhi dengan hiasan bintang dan kumpulan keluarga bahagia yang ikut menghiasi suasana di dalam restoran. Argon's Staresto sengaja memiliki desain se-klasik mungkin dengan tatanan retro dan vintage yang cukup kental. Banyak warna gelap yang mendominasi, cokelat misalnya, selaras dengan menu hidangan yang paling populer disini, dessert Star Chocolate Panna Cota. Dan aku suka.

"Rara.."

Sebuah suara memanggilku dari arah belakang, disusul dengan suara dentuman pintu mobil yang ditutup.

Aku menoleh ke arah sumber suara, lalu melambaikan tangan.

Namanya Rio. Teman lama yang aku maksud, yang kini adalah seorang fisikawan Laboratorium Pusat Kota Argon. Namanya terkenal sepenjuru kota. Dinobati sebagai ahli teknologi muda bersama beberapa temannya yang ikut unggul.

Ia memelukku ketika kami sudah berhadapan. "Apa kabar? Kamu semakin cantik," bisiknya.

"Kebiasaan menggoda tidak hilang dari dulu, " Aku memukul bahunya sedikit kencang. Ia mengaduh.

"Jadi, ini," Ia menunjuk restoran dihadapan kami, "Restoran yang kamu rekomendasikan?"

Aku mengangguk.

"Kalau ini aku sudah sering mendengar dari teman-teman satu pekerjaan. Katanya hidangannya enak. Tapi, baru kali ini aku akan merasakannya."

"Kalau gitu, mari kita buktikan apa kata teman-temanmu."

Ia hanya membalasnya dengan senyuman. Lalu kami masuk ke dalam restoran.

Banyak yang kami bicarakan di tengah-tengah menyantap makanan yang akhirnya ia puji kenikmatannya. Dia masih sama seperti Rio yang dulu aku kenal, Rio si Kutu Buku dengan kacamata tebal yang menghiasi, hanya saja ia bertambah keren dan semakin gagah saat ini. Bagus lah, katanya ia berkencan setelah sekian lama berstatus lajang. Definisi culun lambat laun sudah hilang dari dirinya seiring berjalannya waktu.

"Ra, kamu belum jawab pertanyaanku di awal. Apa kabar?" tanya Rio ketika pelayan mengambil piring kotor kami dari meja.

"Kabar baik. Kamu bagaimana?"

TIME REMNANTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang