Chapter 6 : The Grey Eyes

4.2K 744 83
                                    

.

.

Pemuda pirang itu keluar dari ruangan Madam Pomfrey 15 menit kemudian. Selama ia berada di dalam, Harry dapat mendengar omelan wanita tua itu. Namun, pemuda itu tidak dapat menangkap dengan jelas ucapan wanita itu karena suaranya teredam oleh dinding kastil yang cukup tebal.

"Kau tahu? Kau benar-benar membuat kekacauan di kelas Ramuan tadi," ucap sosok pirang itu begitu duduk di kursi sebelah ranjang Harry. Tentu saja tanpa meminta izin terlebih dahulu untuk duduk.

Harry hanya diam. Memilih untuk mendengarkan apa hal yang akan dikatakan oleh si Malfoy selanjutnya. Tapi kelihatannya Malfoy memilih untuk tidak mengatakan apa pun lagi. Harry melirik ke arah lengan kemeja Malfoy. Masih ada sedikit noda darah, namun sepertinya sudah ditangani karena Harry melihat balutan perban di balik lengan kemeja itu.

"Kenapa kau mencari Madam Pomfrey?" tanya Harry memecah keheningan mereka. Sekali lagi ia penasaran dengan apa yang terjadi pada pewaris Malfoy di hadapannya.

"Meminta beberapa tetes dittany," jawab Malfoy sambil menatap ke arah jendela.

"Untuk luka di lenganmu? Seberapa parah?" Harry terlihat penasaran.

Rasa penasaran si rambut hitam membuat Malfoy merasa sedikit aneh, namun tidak membuatnya merasa terganggu. Malah ia merasa sedikit senang karena ia merasa dikhawatirkan. "Tidak terlalu parah. Kali ini Nott tidak terlalu fokus saat memberikan kutukan pemotong. Tidak seperti sebelumnya."

"Sebelumnya?" Kedua manik zamrud itu membola.

"Ya, kau tidak perlu khawatir," ujar Malfoy menenangkan keturunan terakhir Potter itu.

"Aku tidak khawatir," ucap Harry dengan alis tertaut.

"Kau terlihat khawatir," ujar Malfoy dengan nada yang datar.

"Aku tidak!" bela Harry.

"Yah, terserahmu saja," Malfoy mendengus pelan, terlalu malas untuk menanggapi Harry. Padahal sejak tahun pertama sampai kelima tiada hari tanpa perdebatan keduanya.

Keduanya kembali hening sambil melakukan kegiatan yang sepertinya digemari oleh keduanya, menatap pemandangan sekitar Hogwarts melalui jendela. Warna jingga sudah mulai menghiasi langit sekitar Hogwarts. Menandakan senja akan tiba sebentar lagi.

"Sebaiknya kau memberitahu McGonagall sebelum para Slytherin itu melakukan hal yang lebih parah," ucap Harry lagi. Dia kembali memainkan selimutnya dengan kedua jari telunjuknya. Matanya ia fokuskan pada Malfoy yang masih fokus dengan pemandangan di luar jendela. Sebelum Malfoy balas menatap Harry.

Harry tertegun melihat kilau kelabu di mata Malfoy. Kilau itu seakan memerangkapnya. Memberikan dia sesuatu hal yang belum pernah ia terima, namun ia dapat memastikan ia menyukai hal tersebut.

"Tidak," ucap Malfoy singkat.

Sekarang giliran Harry yang mendengus pelan.

Matahari mulai terbenam beberapa saat kemudian. Kilau keemasannya bersembunyi di balik bukit-bukit sekitar Hogwarts. Kilau itu juga menghiasi permukaan Danau Hitam yang tenang. Keduanya dapat melihat beberapa hewan yang mulai mendarat kembali ke Hutan Terlarang, dan juga beberapa hewan yang mulai terbang meninggalkan hutan.

"Aku akan ke aula sekarang," ucap Malfoy kemudian berdiri. Tanpa menunggu respons dari Harry pemuda pirang itu langsung berbalik. 

"Malfoy!" panggil Harry menarik atensi pemuda bermanik kelabu itu.

Malfoy berbalik menatap Harry tanpa mengatakan apapun.

"Bolehkah aku ke aula bersamamu?" tanya Harry sedikit berbisik. Terlihat takut akan reaksi selanjutnya dari pewaris Malfoy itu.

The Day We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang