Chapter 14 : Already December Pt. II

3.4K 651 102
                                    

This chapter is dedicated for my bestest friend, Alma. I feel so lucky to have u in my life💙

.

.

Melihat pemuda bermarga Potter itu meninggalkan perpustakaan dengan tergesa-gesa, membuat beragam pemikiran berkeliaran di dalam kepalanya. Hatinya meringis. Apakah Potter marah karena ia dengan lancangnya mencium Pahlawan Dunia Sihir itu? Draco benar-benar merutuki kebodohannya. Saat ini ia merasa sama bodohnya dengan seorang Gryffindor yang paling bodoh.

Namun di balik itu semua, ia juga memuji dirinya yang telah berhasil mencium Potter. Pemuda berambut hitam berantakan itu telah menjadi objek obsesinya sejak tahun kedelapan dimulai. Draco merasakan sesuatu yang mirip dengan kenyamanan setiap kali berada di tempat yang sama dengan Potter. Walaupun ia tetap memasang topeng tak pedulinya setiap kali ia bersama pemuda berambut hitam berantakan itu.

Ia dapat dengan mudah menyimpulkan bahwa ia adalah seorang Slytherin sejati. Seorang Slytherin akan mendapatkan apa pun yang mereka mau. Dan Draco baru saja mendapatkan hal yang ia mau. Benar-benar tipikal Slytherin sejati.

Tanpa ia sadari, kakinya sudah membawanya ke hadapan pintu masuk Asrama Slytherin tepat 3 menit sebelum jam malam dimulai. Pintu yang dihiasi oleh ukiran ular besar yang indah itu baru akan terbuka apabila seseorang yang hendak masuk memberikan kata kunci yang tepat. Kata kunci yang hanya para Slytherin yang mengetahuinya.

"Sanguinis Pura!" ujar Draco yang kemudian membuat ukiran ular itu bergerak. Bergerak meminggir sehingga menghasilkan sebuah lubang yang dapat dilewati oleh dua orang berbadan besar secara bersamaan.

Draco disambut oleh ruangan dengan berbagai dekorasi bernuansa hijau, hitam, dan perak. Ruang tengah Slytherin yang dihiasi oleh jendela raksasa yang memperlihatkan isi Danau Hitam itu terasa senyap seperti biasanya. Hal ini dikarenakan mayoritas penghuni rumah ular ini adalah keturunan bangsawan, membuat hampir tidak pernah ada keributan konyol yang terjadi. Draco melihat beberapa orang terlihat sibuk melakukan aktivitas mereka sebelum ke kamar masing-masing.

Merasa sangat lelah sekaligus bahagia secara bersamaan, Draco memutuskan untuk langsung ke kamarnya. Kamar yang ia tempati seorang diri karena tidak ada satu pun siswa Slytherin yang ingin sekamar dengan seorang mantan Pelahap Maut.

***

Draco merasa kesal dan geram belakangan ini. Hal ini dikarenakan ia sadar bahwa Potter berusaha menghindarinya sejak kejadian di perpustakaan saat itu. Beberapa kali ia hendak membicarakan mengenai hal itu bersama Potter. Dan saat ia menemukan keberadaan pemuda berkacamata bundar itu, sedetik kemudian ia akan menghilang seakan ia dapat menembus dinding kastil.

Pengumuman mengenai pesta dansa saat Natal nanti sama sekali tidak membuat ia bergairah. Malah pesta itu membuat ia semakin kesal karena ibunya juga mengetahuinya. Dan sejak saat itu ibunya berulang kali mengirimkannya surat yang berisi permintaan ibunya agar Draco menghadiri pesta bersama anak perempuan salah satu sahabat lamanya.

Draco tidak akan datang ke pesta kecuali Potter yang menjadi pasangannya. Itu adalah keputusannya. Namun ia sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk berbicara dengan pemuda itu. Pemuda berkacamata bundar itu akan menghilang seketika jika Draco berada di dekatnya. Pernah sekali Draco ke Menara Astronomi untuk menemui pemuda itu, tetapi saat ia tiba di sana puncak menara itu sedang kosong. Pemuda itu telah pergi, karena Draco masih dapat merasakan aura sihir pemuda itu yang telah familiar.

Saat ini, Draco dibuat semakin kesal akibat perkataan Weasley beberapa saat yang lalu. Pemuda berambut merah itu secara tiba-tiba menggemparkan seisi kelas dengan ucapannya mengenai Potter menyukai Professor Switch. Yang benar saja?

The Day We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang