CHAPTER 27

1K 160 1
                                    

Jungkook datang ke sekolah dengan perasaan gugup, Junghye memberi pesan kepada pria itu jika langsung menuju ke kelas saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jungkook datang ke sekolah dengan perasaan gugup, Junghye memberi pesan kepada pria itu jika langsung menuju ke kelas saja. Sudah banyak siswa yang datang ke sekolah untuk penerimaan rapor. Jungkook memakai pakaian yang terlihat sederhana, dia hanya memakai kaos panjang berwarna hitam dan juga celana panjang berwarna hitam.

Dia masuk ke area kelas, hanya terlihat beberapa orang saja. Jungkook masuk ke dalam kelas, Junghye yang sudah menyadari kehadiran Jungkook pun dengan segera melambaikan tangannya.

"Hei!" Jungkook membuka maskernya kemudian tersenyum tipis, dia juga menghampiri Junghye. "Kau sudah bisa mengambil rapor mu!"

"Bagaimana dengan yang lain?" tanya Jungkook kemudian menunjuk teman-temannya yang duduk di bangku.

"Mereka sudah selesai, kok. Mereka hanya berkumpul." Jungkook mengangguk paham, kini dia berjalan ke arah meja Jimin dan duduk di kursi yang tersedia di depan meja pria Park itu.

"Hei, Kook! Nilaimu bagus, di atas rata-rata." ucap Jimin sembari tersenyum kemudian memberikan rapor tersebut kepada Jungkook. Jungkook mengambilnya kemudian membuka lembaran yang berisi nilainya, dia tersenyum lebar. "Kau peringkat kedua." Perlu diingat, Junghye mendapatkan peringkat pertama dan peringkat kedua adalah Jungkook.

"Wah, aku tidak menyangka jika aku mendapatkan nilai sebagus ini." Dia terkekeh sendiri, dia memang sudah bekerja keras untuk ujian ini. Ya, sangat bekerja keras karena disaat itu dia juga memikirkan bagaimana cara mendapatkan Junghye. Dulu.

"Selamat untukmu, Kook. Kau akan lanjut di mana nantinya?"

"Belum tahu, Ssaem. Kemungkinan aku tidak akan kuliah, melainkan bekerja di perusahaan Papa." Jimin tersenyum simpul.

"Wow, baik-baik nantinya selama bekerja."

"Pasti, Ssaem!"

• • •

"Hye.."

"Ya, Kak?" Jimin menyetir mobilnya, hari sudah sore. Penerimaan rapor biasanya memang sampai sore, dan Junghye setia menemani Jimin.

"Mau ke pantai? Mengambil penginapan juga di sana, kau mau?"

"Tapi kan kita tidak membawa pakaian, Kak." Jimin hanya terkekeh.

"Sehari saja, besok kita pulang." Junghye terdiam sejenak. "Kau mau tidak?"

"Iya, mau! Hanya saja, harusnya kita membawa pakaian. Karena aku yakin, Kak Jimin pasti akan melakukan sesuatu di sana." Jimin terkekeh pelan, gadisnya tahu saja apa yang akan ia lakukan.

"Tahu saja, tapi kan pakaian kita tidak basah. Besoknya bisa dipakai lagi."

"Kak Jimin selalu merobek pakaianku jika Kakak ingat." Jimin tertawa keras, kini dia dan Junghye menuju ke arah pantai. Mereka ingin berkencan di sana. Menurut Jimin, pantai merupakan tempat yang romantis dan juga bagus untuk dijadikan tempat kencan.

"Aku tidak akan merobeknya, Hye."

"Aku tidak percaya."

"Ingatkan aku nantinya."

"Kakak tidak akan mendengarku selama kita bermain, bahkan saat di mana aku menyuruh Kakak pelan-pelan, Kakak malah mempercepatnya." Junghye mendengus kesal disaat ia mengingat saat mereka terakhir bermain, Jimin melakukannya dengan tempo yang cepat.

Jimin terkekeh kemudian menggaruk kepalanya pelan. "Hehe, itu karena aku tidak tahan. Lagi pula, aku lihat kau tampak menikmatinya, Hye."

Junghye menatap Jimin tajam kemudian memukul lengan suaminya pelan. "Bicaramu, Kak. Vulgar sekali. Menyebalkan!"

"Hei aw, sakit tahu! Ngomong-ngomong kau juga, ya, sayang. Kau yang mengajakku untuk membalas perkataanmu." Junghye mendecih pelan, dibalas kekehan oleh Jimin. "Jadi, nanti kau ingin di kamar mandi atau di ranjang?"

"Kak Jimin!"

• • •

"Menyenangkan Hye?" Keduanya bergandengan tangan sembari berjalan di tepi pantai, Junghye awalnya ingin bermain-main air, namun dia mengurungkan niatnya sebab ia ingat jika dia tidak membawa pakaian.

Junghye mengangguk. "Iya, menyenangkan sekali."

"Lebih menyenangkan di ranjang atau berjalan-jalan di tepi pantai, Hye?" Bisik Jimin, dengan segera Junghye mencubit lengan Jimin. "Aw-aw, sakit Hye! Cubitanmu tidak main-main. Kau ini lelaki atau perempuan, sih?" Junghye semakin mencubit lengan Jimin. "Aw-aw, sakit sayang."

"Enak saja bertanya jika aku ini perempuan atau lelaki!"

"Cubitanmu, sih menyakitkan. Rasanya seperti digigit singa."

"Memangnya Kakak pernah digigit singa, huh?!" Junghye menatap Jimin tajam, sedangkan suaminya itu hanya terkekeh pelan.

"Tidak pernah, hehe."

Junghye memutar bola matanya malas, Jimin menarik tubuh Junghye untuk dipeluknya. "Ah, aku cinta sekali kepadamu." ucap Jimin sembari menaruh dagunya ke bahu istrinya, Junghye hanya tersenyum tipis mendengarnya.

"Cinta Kak Jimin juga."

Jimin memejamkan matanya. "Sebentar saja, Hye. Aku rindu kau." Junghye hanya mengangguk dan Jimin bisa merasakannya. Mungkin, hanya lima menit mereka berpelukan seperti ini. Jimin melepaskan pelukannya kemudian menatap istrinya, dia menaikkan satu sudut bibirnya dan menarik dagu Junghye guna mempermudah dirinya untuk mencium istrinya.

Jimin mempertemukan bibirnya dengan bibir sang istri, menciumnya selembut mungkin. Pria Park itu menarik pinggang Junghye agar tubuh istrinya semakin dekat kepadanya. Dia memeluk pinggang istrinya, sedangkan Junghye memegang kedua bahu Jimin.

Mereka sama-sama memejamkan matanya, mereka juga sesekali memiringkan kepala ke kanan ataupun ke kiri untuk memperdalam ciuman mereka. Hingga, beberapa menit kemudian mereka melepaskan tautan itu beserta dengan Jimin yang mengatakan sesuatu.

"Apa kita bisa melanjutkannya di kamar, Hye?"

•••

STRANGE GIRL ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang