The Rain

20 0 2
                                    


Suara hujan yang menjauhkan ku dari kesunyian, rintiknya menemaniku dari kesepian, angin yang menghembuskan segala hal yang buruk terjadi pada ku. Namun, jatuhnya air langit ke bumi itu aku tak dapat menyaksikannya. Ya aku buta dari kecil, itu terjadi awal aku bermain dengan sahabat ku hujan.

Mungkin orang berfikir aku tak waras, berada ditengah guyuran hujan lebat tanpa payung dan jas hujan yang melindungiku. Tidak pernah takut dengan gemuruh petir dan guntur serta kilat yg sesaat menyilaukan mata. Saat itu adalah kejadian yang membuatku kehilangan alat untuk menyaksikan hujan.

"Bunda..... diluar ujan... Aku ujanan ya bun?" ucap Raina gadis kecil berumur 10 tahun.

"Tapi Ra? Nanti kamu sakit!" Jawab bundanya.

Tanpa menunggu persetujuan bundanya, Raina sudah diluar bersama binatang kesayangannya.

"Momot... lempar bolanya ke sini!" Teriak Raina pada anjingnya.
Bola itu terlempar jauh hingga ke jalan yang berada dihalaman rumahnya.

Raina berlari dengan gembira sambil main air yang sudah jatuh ke tanah. Saat berada ditengah jalan Raina berputar bak putri mengelilingi bola yg sudah disampingnya. Sambil menatap langit dengan tenang dan sejuk hujan itu turun ke bumi.

Tiba-tiba sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melaju sambil menyalakan klaksonnya. Dan teriakan itu adalah suara terakhir yang Raina ucapkan.

"Aaaaaaahhhhhh....."
Teriak Raina,
"tubuh ku sakit, perih sekali dibagian kepala, mataku buram dan semuanya gelap," Batin Raina.

Suara gonggongan anjing yang mengisyaratkan bahwa telah terjadi sesuatu pada majikannya. Tak lama Arum bundanya Raina keluar dengan perasaan khawatir dan tangan bergetar karna diwaktu bersamaan Arum tak sengaja menjatuhkan sebuah gelas, ia berlari kecil mendekati dimana suara anjing itu berada. Saat ia melihat anaknya berlumur darah ditambah ia langsung menangis histeris.

*---*

Didalam ruangan yang berwarna putih berbentuk persegi ada gadis kecil yang berbaring ditempat tidur pasien dengan infusan ditangan dan perban dikepala, dan di samping gadis itu ada bunda dan ayahnya yang mengharapkan Raina untuk membuka matanya.

Jari-jari Raina mulai ada pergerakan, bundanya yang melihat itu pun terkejut seraya mengucapkan syukur, kini harapan akan anak nya untuk bangun menjadi kenyataan.

"B-U-N-D-A" ucap Raina terbata-bata.

"Iya sayang bunda disini!" Jawab Arum sambil memegang tangan Raina dengan air mata yg terus mengalir.

"Aku dimana bunda?" Tanya raina.

"Kamu dirumah sakit nak!" Jawabnya Arum. Pasalnya Raina sangat mengenali ruangan yang ia banggakan, yaitu kamar tercinta.

"Bun... Bunda... mata Raina kenapa? Raina gak bisa liat, semuanya gelap bun..!"Raina seketika menangis tak mengerti dengan semua ini.

Samsu ayahnya Raina langsung keluar mencari dokter, sementara itu Arum memeluk Raina yang duduk diatas kasur untuk menenangkannya.

"Sabar sayang," ucap Arum, menenangkan Raina sembari mengelus-elus kepalanya.

Tak lama datang lah dokter dan dua suster, mereka langsung memeriksa Raina terutama dibagian mata.

"Bagaimana anak saya dok?!"Tanya Samsu tak sabar.

"Sabar dulu pak, benturan dikepalanya cukup keras akibatnya, saraf yang berperan dalam proses penglihatan ikut mengalami cedera, itu terjadi pada komponen mata seperti retina atau kornea," Jelas dokter.

"Jadi maksud dokter anak saya buta? Apakah ada kemungkinan untuk melihat lagi?" Tanya Samsu. Sedangkan Arum tak kuasa menahan tangisnya.

"Belum bisa dipastikan pak, kemungkinan ada 20% harapan anak bapak bisa melihat lagi,"

"Ya Tuhan! Kecil sekali harapan itu," Batin Arum.

"Tolong dok lakukan sebaik mungkin, saya mohon dok apapun itu asalkan anak saya bisa melihat lagi!" Mohon Samsu.

"Saya akan lakukan semaksimal mungkin pak" ucap dokter.

*--*

Sebulan sudah Raina dirawat dirumah sakit, sejauh ini sudah banyak perubahan terkecuali pada matanya, hingga saat ini Raina masih tidak dapat melihat.

"Dok, bagaimana ini? Kenapa mata anak, sama sekali belum ada perubahan?" Tanya Samsu.

"Sabar pak. Mungkin Tuhan sedang menguji bapak sekeluarga, saya sudah berusaha semaksimal mungkin tapi ternyata Tuhan berkehendak lain, anak bapak mengalami buta permanen, dan buta seperti ini sangat kecil harapan untuk bisa disembuhkan," Jelas dokter.

Seketika ruangan menjadi hening, teriakan dan tangisan sebagai tanda tak terima tertanam pada diri masing-masing.

"Bunda... Ayah.. Raina ikhlas kalo Raina buta, Raina terima semua ini, Raina janji gak bakalan nyusahin bunda sama ayah, maafin Raina mungkin Raina gak bisa mencapai cita-cita Raina, dan Raina juga gak bisa bahagiain bunda sama ayah,"

*--*

Itulah kisah ku, kisah dimana aku kehilangan satu hal yang sangat berarti tapi terasa kehilangan segalanya.

Semenjak kejadian itu berdiam diri ditepi jendela saat hujan adalah kebiasan ku.

17 tahun sudah kini usia ku, aku tak pernah sekolah, aku tak pernah belajar, aku juga ingin merasakan apa yang seharusnya anak seusia ku rasakan.

SELESAI




Hujan yang sunyi

Aku tak pernah membenci mu sekali pun kau pernah menyakiti ku

Aku tak kan pernah melupakan mu sekalipun kau pernah memberi kenangan pahit

Aku akan selalu setia menjadi pengagum mu

Pengagum dalam sunyi, sunyi dalam arti sendiri

Dan untuk mu pengagum hujan aku akan selalu menunggu waktu dimana kita akan dipertemukan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Rain Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang