Unpredictably, Intimately

2K 253 133
                                    

Prompt #04

Jaedo have to go camping together and share a sleeping bag eventho they are completely strangers.

by finetodoy

***

"Dia udah gede kali! Elo kebanyakan khawatir, ah!"

Babe, Doyoung kalo tengah malem mo pipis aja masih bangunin gue!"

Doyoung terbelalak. "Gue nggak gitu!"

"Diem lo, nggak usah jawab!" sergah Soonyoung yang kembali berargumen dengan Wonwoo, kekasihnya. “Lo juga aneh-aneh aja sih, Doy, pake mau kemping sendirian. Nggak takut digondol kalong wewe lo? Gimana kalo lo nanti ngegulitik ke jurang?”

“Ngegulitik tuh apa, babe?”

“Wonwoo, diem!”

Mendengar pertengkaran itu, Doyoung memutar matanya. “Gue perlu me time biar nggak thirdwheel kalian mulu. Kek sekarang contohnya.”

Tidak, tentu saja tidak hanya alasan itu. Doyoung memang benar-benar jenuh dengan kesehariannya, maka dari itu ia memilih untuk refreshing sendirian ke Ranu Kumbolo demi suasana baru.

Walau jujur saja idenya ini sangat-sangat nekat.

“Jemput gue Minggu pagi, jangan lupa,” ucap Doyoung seraya membuka pintu Jeep Wonwoo.

“Jangan macem-macem lo di sana!” timpal Soonyoung.

“Iyaaaa!”

“Pake jaket yang bener!”

“Hooh!”

“Lo kalo kebelet pipis minta temenin tenda sebelah—”

Sebelum Soonyoung semakin mendumal, Doyoung buru-buru menutup pintu Jeep mereka dan berjalan menuju Kantor Pelayanan Ranupani.

Diam-diam, Wonwoo melambaikan tangannya pada punggung Doyoung yang mengundang geplakan pelan di lengannya. “Ih, kenapa sih, Babe?!”

“Lu bukannya bantuin gue bujuk si Doyoung biar nggak jadi pergi ah!” Soonyoung melipat tangannya bete. “Males banget.”

“Ya kan kalo nggak ada Doyoung kita bisa—Babe, jangan digeplak terus tangan akunya!”

***

Tak jauh dari tempatnya, Doyoung melihat dua rombongan berbeda; satu rombongan berisi 5 orang, sisanya segerombolan orang dengan kamera dan peralatan syuting sederhana.

Ada dua wajah yang tampak familier untuk Doyoung, satu cowok berkacamata yang tampak tenang dan satu cowok dengan tangan kanan penuh tato. Tapi ia ragu dengan ingatannya sendiri.

Tanpa memedulikan rombongan tersebut, Doyoung berjalan menuju antrean untuk membeli tiket masuk.

Tak disangka, salah satu dari lima orang dalam rombongan tadi mengantre di belakang Doyoung.

“Mas?”

Doyoung berbalik, menatap seorang cowok yang tingginya hampir sepantar dengannya. “Iya?”

“Masnya daki sendirian?”

“Eh? Iya.”

“Oh, sudah sering naik gunung, Mas?”

Kali ini Doyoung tahu bahwa jawabannya berbahaya. Tapi ia tidak bisa berbohong. “Ini pertama kali saya naik gunung sendirian, Mas. Terakhir ke gunung cuma pas ikutan ospek kampus dulu.”

Unpredictably, IntimatelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang