DDD 3

1.6K 265 59
                                    

Melepasmu sama dengan membiarkan kesesakan ini semakin menghimpit jantungku

"Haish ...." Javier meredam kejengkelan sekaligus kegelisahannya dengan menyibukkan diri di dapur dengan membuat spageti.

Padahal makanan sisa pesta masih sangat menumpuk di sana. Sekali lagi ia melirik jam mahal yang melingkar apik di tangan kirinya. Lima belas menit berlalu sejak ia kembali namun Tanti tak juga menampakkan batang hidungnya.

"Di mana bocah itu. Menjengkelkan!" gumamnya sengit.

"Siapa yang menjengkelkan?" suara dari sosok yang ia tunggu, menegurnya dari belakang tubuhnya.

"Siapa lagi jika bukan seorang wanita yang memakai pakaian kurang bahan sedang ber-chitchat ria dengan pria mature," sindir Javier, masih dengan memunggungi Tanti.

"Kamu melihat kami?"

"Kalau aku bilang iya, kenapa?" Javier balik bertanya sedikit melirik Tanti yang sedang memanaskan teko di kompor yang lain sebelum kembali ke spageti buatannya.

"Bukan urusanmu juga sih," jawab Tanti sambil lalu, "tolong panggil aku, jika airnya sudah mendidih ya."

Javier mengerutkan dahinya tanpa menyahut dan berbalik badan saat ia menyadari dirinya sendirian sekarang.

"Aneh," gumamnya. Namun ia juga lega, bahwasanya wanita itu sudah kembali lagi. Jika sampai ia selesai membuat spageti dan menandaskannya namun wanita itu tak kunjung datang ia bersumpah akan mencarinya di seluruh penjuru kota. Pemikiran itu jelas sempat mampir di benaknya.

Sekali lagi Javier memalingkan wajah ke belakang, memperhatikan wanita itu yang saat ini sedang mengurusi Asoka. Sangat telaten dan keibuan, sungguh tak menyangka Tanti yang ia kenal sebelumnya adalah wanita yang manja dan selalu menuntut apapun keinginannya harus dituruti lalu kini bisa berubah sedemikian rupa. Yah, memang manusia akan selalu berubah sesuai dengan apa yang terjadi dalam hidupnya, definisi dari bertahan hidup. Sebenarnya kejengkelan Javier juga disebabnya karena kurangnya informasi yang selama ini dirinya dapat. Ia sebetulnya juga heran, foto gadis kecil yang diduga adalah anak Tanti juga tidak pernah jelas penampakan wajahnya. Javier jadi kesusahan menebak.

Sekali lagi hati Javier terusik, hatinya menghangat dengan pemandangan itu sampai ia menggeser kursi meja makan dan mengambil spot paling strategis untuk menatap Tanti. Hati dan isi otaknya tidak berjalan dengan beriringan kali ini. Semua dikarenakan oleh wanita cantik yang ada di depannya saat ini.

Javier mendengkus, mencoba mengurai sesak yang menghimpit dadanya. Ini tidak baik, sebab kenapa? Karena sepanjang hari ini, ia jadi bisa melupakan keberadaan Elina. Bayangan Elina yang selalu menemani hari-harinya di dalam ingatan tak datang hari ini. Segera, ia akan membuat perhitungan dengan Tanti. Javier tahu pikiran tentang Elina sebetulnya karena rasa bersalahnya karena kepergian wanita itu yang janggal mengingat Elina dan juga Tanti dulunya bersahabat begitu yang Javier ketahui belum lama ini.

Javier tak lagi peduli jika dikata sebagai pria pengecut yang hanya berani dengan wanita, karena sejatinya semua sumber sakit hatinya ada dalam sosok kurus namun tepat berisi di beberapa bagian tubuhnya dan berbadan tinggi semampai itu sangat pas. Darahnya berdesir dan dadanya berdenyut nyeri mendamba wanita itu. Seolah-olah bagian dirinya yang paling intim sungguh mengenal rumahnya.

Javier sedang berpikir mengatur strategi bagaimana caranya untuk menjebak Tanti saat tiba-tiba abangnya Noah datang dan merebut piringnya.

"Makasih banget loh, spagetinya," jawab Noah asal-asalan seraya memasukkan segulung spageti menggunakan garpu ke mulutnya.

DURI DALAM DAGINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang