Semilir angin berhembus kearah barat, cuaca hari ini lumayan dingin dibandingkan hari kemarin. Hashi mengarahkan pandangannya keatas, langit sudah mendung ternyata. Selepas mata perkuliahan nya yang terakhir selesai, Hashi mencari udara yang lebih segar dibandingkan udara kampus yang begitu-begitu saja.
Hashi tersenyum saat melihat dua anak kecil yang sedang menawarkan jajanan nya ke beberapa pengendara motor maupun mobil. Ia sudah biasa jika disore hari seperti ini melihat gerombolan anak anak berjualan. Pikirnya anak anak itu berjualan selepas sekolah selesai, kalau pun mereka tidak sekolah setidaknya Hashi pikir mereka sudah berani berjualan. Tidak jarang dia membeli beberapa dagangan milik mereka.
Saat ini Hashi berada di Jalan RE Martadinata atau kerap disebut Jalan Riau cukup panjang, berjarak tempuh sekitar 3 kilo meter mulai dari perpotongan Jalan Jendral Ahmad Yani, hingga perpotongan Jalan Wastukencana.
Menurutnya, Ada yang spesial dari Jalan RE Martadinata atau Jalan Riau ini, saat kamu memasuki jalan terlihat sebuah bangunan putih berdiri tegak yang terlihat dari arah perempatan Jalan Gatot Subroto dan perpotongan Jalan Jenderal Ahmad Yani.
Bangunan putih ini merupakan titik gerbang tanda jika kamu telah memasuki kawasan Kota Lama Bandung lautan api.
Bandung memang menyimpan sejarah yang luar biasa, contohnya nama nama jalan yang berada di sekitarnya. Sepanjang penelusuran Jalan R E Martadinata memang didominasi bangunan-bangunan tua ciri khas indies kolonial Belanda. Beberapa dari bangunan tua tersebut dialih-fungsikan menjadi bangunan produktif berdaya komersil. Di antaranya dijadikan Kantor Pemerintahan, Perkantoran, Hotel, Restoran, Kafe, Bank, Pusat Perbelanjaan, dan mungkin masih banyak lagi.
Hashi melirik jam yang ada ditangannya, ia sudah janji tidak akan pulang terlalu malam. Baginya jam 7 itu sudah malam dan harus segera sampai dirumah.
Ia tersenyum sebelum bangkit dari kursinya menuju mobilnya yang sengaja diparkirkan tidak begitu jauh dari tempat ia duduki. Tentu saja ada pembayaran parkir, jadi inget kata kak Nalen
"Sedekah kalau emang kamu punya uang, jangan dipaksa. Kalau bisa diniatin ngasihnya supaya berkah. Inget Ayah sama Bunda ngajarin kita apa"
Kalimat itu kerap diingat oleh Hashi selaku adik yang baik dan sedang belajar jadi manusia yang baik, karena sejatinya manusia jahat jika tidak terarah dengan benar.
Kak Nalendra atau kerap disapa Nalen itu orang yang tidak begitu paham dengan masalah percintaan karena dia sendiri orang yang tidak sering dekat dengan kaum wanita. Tahun lalu Nalendra pernah dekat dengan wanita,namun entah karena apa Kak Nalen menjauhi si wanita ini dengan alasan
'dia bukan yang kakak cari lagian mending fokus aja Kuliah gini. Kasian Bunda sama Ayah, emang sih kan kita engga dilarang buat mencari cinta,tapi buat kakak itu engga penting'
Lagi-lagi Hashi terkekeh dengan ucapan kakak nya, Ia memang lebih sering ngobrol dengan Kakak kedua dan Ketiga. Kalau kak Manggala atau Gala dia lebih sering dijadikan tempat curhat oleh Hashi.
Ya sepertinya memang ia harus segera sampai dirumah, karena ketiga kakaknya sudah ada dirumah semua. Biasanya Hashi paling duluan sampai di rumah dan biasanya pula kakak kakaknya pulang diatas jam 9 tumben aja pulang cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fear of Life
Teen Fiction"Janu" "Jangan mikir aneh, Lo dulu baru mikirin orang lain Veen. Belum tentu mereka mikirin Lo"