2

30.4K 390 3
                                    

Caca pov.

Dua hari memanglah cepat, seperti kemarin saja rasanya aku tau kalo aku akan menikah dengan cowo yang belum aku kenal sebelumnya.

"Caca, ayo buruan", ajak mama.

"Iya ma", jawab Caca.

Aku berjalan keluar kamar, nampak para tamu undangan sudah hampir memenuhi ruang tamu itu. Beberapa temanku juga aku undang, acara pernikahan ini tidak terlalu meriah hanya orang orang terdekat dan keluarga saja yang di undang.

"Lo seriusan nikah ni?", Tanya Lia

"Iya iyalah lia, kan acaranaya sudah di gelas, bego banget sih lo", sahut Merry.

"Mana calon lo Ca?", Tanya febi.

"Mungkin bentar lagi datang", jawab Caca.

Lia, merry dan febi adalah teman sekolahku dulu, mereka sudahku anggap sebagai sahabat.

Nathan akhirnya datang, semua orang melihat ke arahnya. Dia begitu tampan dengan setelan jas hitam itu, sungguh perfect menurutku. Tak selang beberapa lama acara pernikahan di mulai.

"Sah.."

Kini aku sudah resmi menjadi seorang istri, dan cowo di sebelahku sekarang adalah suamiku.

"Untung aja mama sama papa jodohin aku sama cowo tampan, jadi gapapalah kalo aku ikhlas, hihihihi..",-batin Caca.

Semua undangan menikmati hidangan yang telah di sajikan, dan beberapa juga memberi ucapan selamat kepada kami.

"Selamat bro, lo udah nikah aja", ucap salah satu undangan.

"Lo kapan nikah?, jangan jomblo terus", ucap nathan.

"Lo dapat istri kaya gini cari di mana bro?, perasaan lo jomblo dari dulu",

"Rahasia kalo itu", jawab Nathan.

"Kenalin gilang temennya nathan, nama kamu siapa?", Ucap cowo itu sembari mengulurkan tangannya.

"Caca", jawab caca singkat sembari menyambut tangan gilang.

Teman nathan banyak juga ternyata, entah ada beberapa orang aku tak menghitungnya.

"Caca...selamata yaa", ucap merry yang kemudian cepika cepiki.

"Terimakasih, temen temen", sahut Caca.

"Ini suamimu, tampan juga, buat gue aja gimana?", Ucap Lia.

Satu jitakan mendarat di kepala lia.

"Febi...sakit tau?", Protes Lia.

"Lagian lo juga, udah tau itu suami temen lo masih mau lo embat juga", ucap Febi.

"Bercanda kali", ucap Lia.

Aku hanya menahan tawa melihat aksi konyol sahabatku itu.

"Jangan lama lama ya, gue nggak sabar gendong keponakan", bisik Merry kepadaku.

"Terserah gue, gue mau menikmati dulu, hihihi..",bisik caca pada Merry.

"Bisa bisanya lo", bisik Merry lagi.

"Kan suami gue ganteng juga, untung mama papa gue cari yang terbaik, jadi gue mau puas puasin berduan dulu, hihihi..", bisik Caca.

"Selamat ya, kita pergi dulu", ucap Febi.

Seperti itulah tingkah para sahabatku yang lucu, mungkin kedepannya aku susah untuk kumpul dengan mereka karenan statusku yang kini sebagai seorang istri.

Aku dan Nathan tak saling berbicara, bagiku saat ini masih canggung untuk bicara dengannya. Aku dan Nathan hanya berdiri panggunh pelaminan melihat para undangan menikmati makanan yang tersaji dan sesekali berfoto dengan para undangan.

Menikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang