04 - White Lies

8 1 3
                                    

*Ting tong*

Yura yang panik akan kedatangan papa nya untuk bertemu tetangga misterius yang beliau kira adalah pacarnya teresebut. "Tu-tunggu Er-Roberts! Itu anu anu biar aku saja yang membukanya, apa kamu bisa bersembunyi untuk sementara waktu di kamarku- ah jangan-jangan di kamarku di kamar mandi bagaimana???" Ujar Yura panik.

"Eh? Apa pacar mba sedang berkunjung?? Bukannya lebih baik kita jelaskan saja yang sebenarnya??" Balas pria tersebut sambil merapikan rambutnya.

"Aah bukan itu, aku akan jelaskan nanti yang penting sekarang kau sembunyi dahulu," jawab Yura sambil menarik lengan pria tersebut menuju kamar mandi yang terletak dekat dengan pintu utama.

Pria itu hanya menangguk dan membiarkan Yura menariknya kesana kemari dengan panik.

*Ting tong*

Tak henti-hentinya bel apartement berdering, Yura masih merasakan badannya masih saja lemas, tetapi ia mempersiapkan dirinya untuk kemungkinan buruk yang mungkin akan terjadi.

"Ha-halo pa," ucap Yura pelan.

"Tak usah berbasa-basi Ra, mana pacarmu itu?"

"Paaa, kita bicarakan ini di ruang tamu oke??" Balas Yura pelan memegang tangan papanya mengingat tetangganya tersebut bersembunyi di kamar mandi yang tak jauh dari tempat ia dan papa nya berdiri sekarang.

"Lalu sepatu besar siapa ini??" Bentak papa sambil menunjuk sepasang sepatu yang tertata rapi di sebelah rak meja kecil.

Gaahh apa suara papa biasanya sebesar ini dan juga kenapa aku tidak memikirkan ini??

"Papa itu sepatu yang baru Rara beli tapi kebesaran padahal bagus banget hehe, jadi ya gituuu pa," ucap Rara pelan mencoba membohongi papa.

"Kenapa kau jadi seperti ini Ra? Saat kau streaming kau tampak percaya diri menunjukkan pacarmu, Jika kau tidak menunjukkan pacarmu, pilihlah pria yang papa sudah tunjuk di berkas tadi. Jika saja kau tidak menentukan pilihanmu besok kemas lah barang-barangmu untuk pindah," balas papa lantang menatap Yura geram.

Ah! Benar juga bukannya streaming ku masih menyala??! Eh? "Apa maksud papa menunjukkan pacar?? Di streamingku??!"  Jawab Yura kaget segera menuju ruang streamingnya.

"RARA!" Sahut papa.

Yura yang tak mempedulikan keberadaan papanya tersebut memilih untuk melihat langsung kondisi streamingnya yang ia lupakan, tak pernah ia dalam seumur hidup ceroboh seperti ini saat sedang live streaming, para penontonnya yang selalu setia mendengarkan dirinya hanya mereka lah teman yang Yura sejak mengurung diri di apartemen ini, kenapa hari ini ia melupakan mereka??

Seusai ia membuka pintu ruangan streamingnya tersebut, ia mendapati ruangan tersebut gelap tak ada satupun peralatan elektronik di situ menyala, ia langsung merasa lemas seketika.

Apa beruang itu yang mematikannya?? Apa alasannya mematikan ini?? Apa dia masuk ke sini tak menyadari kameranya sedang menyala?? Apa papa mengetahui pria ini dari streamingku?? Jadi, apa papa memang benar menonton streamingku?!

Ia kembali dalam kenyataan bahwa papa saat ini sedang murka dengannya, Yura merasa tubuhnya refleks bergerak dengan sendirinya ketika ia mendengar sesuatu mengenai streamingnya tersebut, yang jelas saat ini ia harus segera kembali dan menjelaskan kepada papanya apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Sesaat ia keluar dari ruangan streamingnya tersebut dengan lemas, ia mendapati tetangganya tersebut berdiri di depan papanya sedang membicarakan sesuatu.

Kenapa dia keluar?!!?!? Apa papa mendapatinya?! Aah, pasti dia jelas sekali mendengar perbincangan ku dengan papa tadi dan menjelaskan kepada papa apa yang sebenarnya terjadi, kurasa sekarang aku harus merencanakan bagaimana caranya agar aku bisa tetap tinggal di sini tanpa harus menikah dengan pria pilihan papa.

Ia merasa tetangganya tersebut berlari menuju ke arahnya, meninggalkan papanya sendirian di sana. Sesampainya pria tersebut di sebelah Yura, dengan lembut pria tersebut menumpukan kedua tangannya pada bahu Yura menopang badan Yura yang lemas menyandarkannya pada dadanya yang bidang.

"A-apa yang kau katakan dengan papaku tadii??!? Dan apa kau yang mematikan komputerku barusan?!" Bisik Yura sambil menatap pria tersebut dengan tajam.

"Uhmn nanti akan aku jelaskan, sebaiknya mba berbaring dulu,"

"Ehhem hmm, sebaiknya papa segera pergi dari sini, senang bertemu denganmu Eric," sahut papa dari kejauhan.

Mendengar sahutan papa membuat Yura tersadar dengan posisi dimana ia sekarang, "A-anu aku baik-baik saja kok ahaha," balas Yura gugup sambil mendorong badannya yang sedari tadi bersandar.

Kenapa papa tiba-tiba menjadi ramah seperti ini?! Apa karena ada pria ini membuat papa jadi seperti ini?? Apasih yang mereka berdua bicarakan tadi?!!

"Senang juga bertemu denganmu juga Mr. Wright," balas pria tersebut pada papa Yura. "Bukankah mb- Rara masih sakit? Aku rasa-"

RA-RARA?! Baru pertama kalinya aku mendengarnya memanggil namaku begini, mana lagi dia memanggilku Rara! Apasih yang kupikirkan sekarang?! Lihat mereka berdua sekarang terlihat sangat akrab seperti itu??

"Uhm apa papa sudah selesai berkunjung??" Tanya Yura penasaran pada papanya sudah bersiap untuk keluar dari apartemen Yura.

"Heish Papa tak ingin mengganggu kalian berdua," jawab papa sembari membuka pintu utama apartemen.

Samar-samar Yura mendapati pintu utamanya sudah tertutup meninggalkan mereka berdua sendirian di sana, Yura masih berusaha mencerna apa yang dikatakan papanya barusan.

"Uhm, saya katakan pada Ayahmu kalau kita sedang berpacaran..." Ujar pria tersebut memecah keheningan sambil memegang kerah turtleneck yang ia kenakan dan

"HAH?!"


...

Take me Out!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang