Cerita ini adalah tetang bangkitnya, tentang sukarnya tidak mempedulikan seseorang. Sulitnya untuk pergi padahal hati tidak memberi izin pergi.
Aku sering melihatmu di layar ponsel, sedang senyum kearah kamera dan itu rasanya tersenyum ke arahku. Itu membuat setiap kali pikiranku kembali, kembali ingin menemuimu nanti.
Kamu cantik setiap hari, seperti kain batik yang dibuat penjahit kepada bu Susi. Layaknya bunga matahari di siang hari, seperti keluarga pergi ke kampung halaman untuk bertemu saudara – saudari.
Kamu sering mengganti model rambutmu. Aku akui itu semua sama. Sama indahnya. Tapi sayang, aku tidak bisa menggapai. Aku hanya bisa memberi tanggapan. Kamu tau itu, aku sering secara sengaja memberi tanggapan, bahwa hati ini masih peduli, bahwa hati ini masih ingin memelukmu hingga pagi.
Aku mati. Biar saja.
Setidaknya hadirmu dulu pernah ku rasakan, begitu indahnya melihat senyummu dari dekat. Indahnya rambutmu ketika berkibas. Tapi aku sadar bahwa kita tumbuh dengan orang yang berbeda, kamu dengan lingkunganmu, aku dengan lingkunganku. Kita sama – sama berusaha memenuhi kebutuhan keinginan sebagai manusia.
Tapi, ini inginku yang belum tersampaikan, bahwa aku ingin bertemu dengamu, bercerita bahwa aku sudah bisa membawa diri ini keluar dari jebakan senyum itu. Keluar dari segala keindahan didalamnya. Aku ingin bercerita bahwa aku bertemu dengan seseorang dengan sama indahnya denganmu tapi bukan untuk membandingkan, hanya saja kamu dengan dia sama sama mempunyai hal yang membuatku gila.
Ahh waktu itu indah sekali. Waktu itu jantung ini seperti ingin keluar karena tidak tahan. Diri ini menjadi semangat untuk melihat kelas lebih awal agar aku orang pertama yang melihatmu dibangku itu.
Tapi kenapa waktu itu aku tidak bicarakan saja perasaan ini?
Enggg inggg enggg....
jeng jenggg jengg .....
tuuuuttttt....
Yah udah abis aja nih part II nya, dilanjut part III yaa, Don't miss it!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Hati Biar Mati.
PoetryCinta adalah hal yang rumit, lebih rumit lagi tidak bisa lupa dengan cinta.