twenty three

331 50 21
                                    

[semoga kalian gak lupa sama cerita ini chapter 1-22 ada di Ezhaisyy. happy reading!]

Hari-hari berikutnya Seulgi menjalani hidupnya dengan baik di Busan sebagai asisten pamannya. Segampang itu ia langsung diangkat sebagai sekertaris. Jika di kehidupan aslinya, ia tak mungkin segampang itu menjadi asisten.

Tiba-tiba dirinya teringat kembali dengan Jino. Ini sudah seminggu lebih ia berada di Busan dan seminggu lebih juga Jino di Seoul. Bagaimana kabar Jino? Bagaimana kabar Sehun? Seulgi sangat merindukan keduanya. Teringat kembali masa-masa dimana saat Sehun menciumnya, memeluknya.

Seulgi juga rindu Sehun. Seulgi sangat mencintai Sehun.

Lamunannya di buyarkan oleh Pamannya yang tiba-tiba datang menghampiri Seulgi. Pagi tadi, dia baru saja menjalani rapat dengan klien dari Jerman.

"Kang Seulgi, bagaimana jadwalku esok?"

Seulgi buru-buru mencari tabletnya untuk melihat jadwal sang Paman.

"Esok kau akan ke Seoul-" Ucap Seulgi yang langsung kaget jika ia dan sang Paman akan ke Seoul.

"Baik. Kau bisa pesan tiket kereta sekarang pukul lima pagi." Jawab Pamannya kemudian pergi meninggalkan Seulgi sendiri.

Akhirnya Seulgi segera memesan tiket kereta melalui online. Seulgi langsung kepikiran kemana besok ia akan rapat? Ke perusahaan mana ia akan tuju? Jika kesana, Seulgi benar-benar belum siap bertemu.

"Kang Seulgi!!!" Panggil Bibinya kepada Seulgi.

"Bibi, apa kau kemari?" Tanya Seulgi saat Bibi Yoora mulai mendekatinya.

"Ya, aku membawa makan untukmu dan suamiku." Jawab Bibi Yoora. Menaruh kotak bekal dan langsung membukanya.

"Terimakasih, Bi. Tapi aku sama sekali tidak ingin makan." Kata Seulgi.

"Tidak boleh seperti itu Kang Seulgi. Kau harus makan siang." Ucap Bibi Yoora sambil memberikan Seulgi buah apel.

"Tidak, Bi. Aku mual melihat semua makanan ini." Seulgi sedikit mendorong kotak makanan itu agar menjauh darinya, "Bi, aku segera muntah." Lanjut Seulgi, kemudian berlari kecil menuju toilet kantor.

Bibi Yoora mengikutinya dari belakang. Saat Seulgi muntah, ia memijit-mijit punggung Seulgi.

"Sudah ku bilang, Kang Seulgi. Kau harus makan." Ucapnya sambil memijit punggung Seulgi, "Tadi pagi ku lihat kau hanya makan sehelai roti." Lanjutnya.

Seulgi membersihkan mulutnya terlebih dahulu sebelum menjawab Bibi Yoora.

"Aku tidak makan karena aku mual, Bi." Jawab Seulgi, "Setiap kali aku melihat makanan itu aku sangat mual. Tapi aku ingin makanan yang pedas." Lanjutnya.

"Whoa- apakah mood anak muda sekarang seperti ini?" Tanya Bibi Yoora dan Seulgi hanya mengangkat bahunya sekilas, meninggalkan Bibi Yoora yang masih di toilet.

* * * * * *

Sudah seminggu lebih sejak Seulgi meninggalkan Sehun dan Jino. Sehun lebih sering menyibukkan dirinya dengan melakukan segala hal agar ia tidak terus menerus memikirkan Seulgi. Sehun bekerja, Sehun main ke apartemen teman-temannya. Tapi tetap saja ia tidak bisa lupa dari bayang-bayang Kang Seulgi.

Sehun sangat merindukannya. Sehun sangat mencintainya.

Seperti hari ini, setelah pekerjaannya selesai, Sehun mengajak Kai, Baekhyun, Chanyeol dan Chen untuk segera ke club dan ia yang akan membayar semua yang mereka pesan.

Sambil menunggu teman-temannya datang, Sehun menghisap sebatang rokok yang ada di tangannya. Itu adalah kebiasaan Sehun saat sedang merasa kacau.

Ia melihat sekeliling club, banyak yang sedang mabuk, ada yang sedang bercumbu dan-- sepertinya Sehun kenal siapa orang itu. Masih menghisap rokok yang ada di tangannya, Sehun terus memperhatikan orang itu. Sangat menjijikan.

Sehun mengeluarkan ponsel yang ada di sakunya, ia menaruh rokok itu di asbak dan mematikannya. Lalu, ia mencari nama sang Ibu di dalam ponselnya. Sudah menemukannya ia segera menelpon Ibunya.

"Ya, Tuan Oh?" Ucap Ibunya ketika sudah mengangkat telpon dari Sehun.

"Dimana Jino?" Tanya Sehun kemudian.

"Ia sedang berada dirumah bersama babbysitter baru." Jawab Ibunya, "Ada apa Tuan?" Lanjut sang Ibu.

"Bagaimana dengan kau?" Tanya Sehun lagi.

"Sedang dalam perjalanan pulang." Jawabnya.

"Kebetulan sekali, Bu!" Ucap Sehun, "Bisa kau ke Diamond Club terlebih dahulu?" Lanjutnya bertanya.

"What? Apa kau gila?" Kata Ibunya sangat kaget.

"Aku ingin menunjukkan sesuatu kepadamu, Ibu." Kata Sehun.

"Seperti di film yang ku lihat," Ibunya terkekeh geli di sebrang telfon. "Apa kau bertemu wanita itu di Club? Sedang menjadi pelacur?" Ucap Ibunya menjengkelkan.

Semenjak Ibunya berkata seperti itu Sehun begitu sangat kesal dengan Ibunya. Selalu menyebut jika Seulgi pelacur. Padahal menurut Sehun pelacur lebih berharga dari pada wanita yang ada di hadapannya sekarang.

"Kemarilah, kau, Bu." Jawab Sehun tersenyum tipis lalu mematikan panggilan itu sepihak.

Sehun menaruh kembali HPnya di saku celananya. Ia masih mengamati perempuan itu kembali yang sedari tadi masih bercumbu abis-abisan. Tak lama setelah itu Baekhyun dan Kai datang bersamaan dan langsung menghampiri Sehun.

"Hun---" Panggil Baekhyun dan langsunv dipotong dengan Sehun, "Lihat arah jam dua belas." Kata Sehun.

"Ew." Ucap Baekhyun setelah melihat apa yang terjadi. Sedangkan Kai bergidik ngeri melihatnya.

"Dia bilang, dia mencintaiku." Ucap Sehun sambil menggelengkan kepalanya.

Sehun menengok sebentar, melihat sudah ada wanita paruh baya yang sedang berjalan menghampirinya.

"Dimana wanita itu, sayang?" Ucap sang Ibu sambil mengelus punggung Sehun dan melirik sekilas ke Baekhyun dan Kai. "Kenapa kau tidak menjawab ku, hmm? Apa ia terlihat sangat menjijikan?" Lanjutnya.

"Ya," Sehun mengangguk, "Dia sangat menjijikan." Ucap Sehun sambil menunjuk dimana wanita itu berada.

Ibunya terlihat sangat terkejut sambil menutup mulut dengan kedua tangannya. Hayoug. Hayoung sedang berada di sana. Bercumbu dengan seseorang yang Sehun dan Ibunya tak kenal.

Sehun sengaja menyuruh Ibunya datang karena ia ingin menunjukkan bagaimana sebenarnya Hayoung, wanita yang dibanggakannya dari dulu.

Sekarang, Hayoung pun sudah di gendong menuju lantai atas yang merupakan banyak kamar sewaan.

"Bagaimana, Bu?" Sehun tersenyum, merasa menang dari Ibunya. "Sangat menjijikan bukan?" Lanjutnya.

Ibunya sama sekali tidak menjawab sepatah kata pun. Ia langsung pergi meninggalkan Sehun yang masih tersenyum puas karena merasa menang.

"Aku akan mengejar Seulgi." Ucap Sehun sambil menatap Ibunya yang perlahan menghilang dari pandangannya.





****

That Man [next chapter]Where stories live. Discover now