YEONBIN
- 2020 -
¤ ¤ ¤ ¤ ¤
ini Choi Soobin, bukan Choi Yeonjun. Tapi semua hal tentang Choi Yeonjun ada pada Soobin.
Yeonjun itu segalanya. Antariksanya, samudra bahkan buana.
Yang letaknya sulit digapai, meski kau keujung dunia berputar sembari melambai.
Ia tak mudah ditaklukan. Bagai gunung es yang menjulang tinggi menembus awan. Enggan meleleh barang setetesan.
"Berhenti, menulis tentangku Bin." suara beratnya menginterupsi.
Membuat pemuda Choi berparas manis itu mendongak, memamerkan deretan gigi kelinci manisnya.
Mata sebening kristal itu memandang yang lebih tua dengan binar cemerlang yang tak pernah redup.
"Kak Yeonjun itu langka, aku harus simpan banyak memori disini. Serinci mungkin. Biar suatu hari bisa kumuseumkan."
Cetuk..
Satu jentikan mengenai dahi, membuat si yang lebih muda mengaduh. Sedikit memerah.
Mengingat tubuh Yeonjun itu kekar, dan tentu tenaga tak main-main. Tidak heran hanya sentilan kecil bisa terasa sakit.
"Sakit kak!" aduhnya sembari mengerucutkan bibir.
"Salah siapa?"
"Kamu. Orang yang nyentil kamu, kok nanya ke aku dih."
"Dih?"
"Udah ah. Jadi jalan ngga?" alihnya sembari menutup pekerjaannya. Malas berdebat.
"Menurut ngana? Dari tadi aku berdiri nungguin kamu ini."
"Hehe." cengiran polos yang membuat siapapun akan gemas.
"Apa hehe hehe. Gak lucu."
"Hufft.. Ngeselin banget pacarku ini. Untung sayang."
"Iya untung kamu sayang, aku engga."
"Bodo." kesal Soobin. Kekasihnya itu selalu saja seperti itu. Apa iya selama ini selama 4 tahun hanya dia yang suka, sayang, dan cinta sepihak?
Tidak sepenuhnya salah.
"Hitungan ketiga tidak masuk, cancel."
Soobin sontak mendongak melihat Yeonjun sudah membukakan pintu mobil untuknya.
Senyum manis itu kembali mengembang.
Dan pikiran aneh tadi hilang sekatika, ia yakin. Yeonjun sayang padanya, hanya saja dengan cara dan bentuk yang berbeda.
"Kita ke taman bermain ya?"
"Dasar bocah."
"Biar wle. Terakhir kan 4 tahun yang lalu."
"Itu saat kamu masih SMA, wajar ya. Sekarang kamu sudah kuliah Bin."
"Salah ya?"
"Engga. Lucu kok kamu jadi kaya bayi." cicit Yeonjun diakhir.
"Kamu bilang sesuatu?"
"Nope."
Soobin mengerlingkan matanya, dan memilih menyalakan audio mobil kekasihnya.
"Buka dashboard." titah Yeonjun tanpa menoleh, memnuat Soobin mengernyit.
Paham dalam hitungan detik, ia membuka sesuai perintah kekasihnya.
Sebuah taman bunga matahari bermekaran saat ini.
Banyak bungkusan coklat dengan bunga, tak lupa beberapa kaset dvd kesukaanya. Dan sebuah flashdisk?
"Ini semua buatku?" tanya Soobin memastikan.
"Bukan."
Sontak senyum indahnya luntur, bibir mungil itu melengkung kebawah.
"Bukan salah lagi. Kalau tidak mau ya sudah, nanti berikan pa.."
"Aku mau!" potong Soobin langsung mengambil semua yang ada di dashboard tersebut tanpa sisa. Membuat Yeonjun menggeleng.
Senang menggoda kekasihnya itu.
* * * * *
"Lihat siapa yang berantusias datang ke taman bermain, tapi sendirinya malah tertidur." monolog Yeonjun. Ia yang telah selesai memarkirkan mobil melepas seatbeltnya dan yang lebih muda.
"Soobin. Hei, Soobin bangun. Bunny wake up. Or i'll kiss you."
"Hungh.. Ngantuk."
"Kita sudah sampai. Ayo bangun hem." ucap Yeonjun sembari mengecupi wajah Soobin.
"Gendong."
"Bangun Soobin."
"Maunya Yeonjun gendong." rengeknya tanpa henti.
"Cepat. Hitungan ketig.."
Soobin sudah menyamankan diri digendongan belakang Yeonjun.
Dan siang ini mereka berdua habiskan dengan tawa bersama.
Tak peduli puluhan pasang mata menatap aneh pada mereka. Seolah dunia ini hanya milik mereka berdua.
Tak ada kata ia, dia, bahkan mereka.
Hanya kita.
Mereka sudah lelah menanggapi, dan juga sudah kebal.
Ingat.
Hubungan sesama jenis masih dianggap tabub dan dosa bagi ribuan manusia.
Namun Soobin dan Yeonjun tak hiraukan. Menerjang segala hambatan.
Cinta pikirnya universal. Mereka berpikir ini anugrah tuhan, jikapun dosa. Mengapa tuhan mempertemukan keduanya?
Bahkan menghadirkan sebuah rasa yang dinamakan cinta.
"Terakhir naik itu. Bagus banget view kalau malam. Ayok ya? Ya please.." pinta Soobin dengan manja sembari menunjuk bianglala besar.
Yeonjun mengiyakan. Ini juga hari bahagia, sekali-sekali membuat senang bayi besar.
* * * * *
Setelah menunggu antrian yang cukup panjang.
Keduanya berhasil menikmati pemandangan malam kota dari atas bianglala.
Hingga pada puncaknya.
Dunia dan seisinya kembali terasa milik mereka berdua.
Langit malam dengan gugusan bintang bersama rembulan.
Mengisi gelapnya kelam dengan warna indah yang sedikit temaram.
"I love you." ucap yang lebih muda.
"I know it."
"How?"
"Just look at your eyes, i can know everything. Your eyes can't lie." jawab Yeonjun.
Sebuah kecupan singkat jatuh dikedua mata Soobin. Hingga terakhir pada bibir mungilnya.
Soobin tak perlu jawaban "I love you too." yang mana terlalu mainstream didengar.
Jawaban Yeonjun sudah cukup meyakinkannya. Bahwa yang lebih tua juga mencintainya pun menyanginya lebih dari apapun.
Dan Soobin hanya bisa berharap.
Bahwa cinta dan sayang Yeonjun untuknya tak akan pernah pudar, seiring berjalannya waktu.
# # # # #
Seikhlasnya_
Thank you ~ Next
KAMU SEDANG MEMBACA
YeonBin'20 ✔
RomanceTentang bagaimana sinar mentari memancar hangat, menyinari kedua buah mata indahnya. Bahkan semesta turut kagum padanya. Yeonjun itu segalanya, samudra buana, antariksa bahkan semesta. Yang paling indah bagi Soobin semata. Hadiah terbaik dari sang...