Be Mine

121 37 4
                                    



YEONBIN
- 2020 -

¤  ¤  ¤  ¤  ¤









Sebuah restaurant yang terkenal menyajikan makan malam mewah, menjadi tujuan utama pasangan Choi malam ini.

Yeonjun sengaja menyewanya.

Sesekali ingin membahagiakan kekasih hatinya itu, sudah sering ia membuat si manis jengkel akibat kelakuan tengilnya.

Dan malam ini.

Ia jadikan malam spesial.

Berharap akan berjalan lancar pikirnya.


* * * *

"Untuk apa berdandan, tidak akan ada yang mau melirik buntalan sepertimu." ledek Yeonjun membuat Soobin kesal setengah mati.

Kekasihnya tidak bisa ya sehari ngga body shaming padanya?

"Ya kan aku sudah bilang, cari saja yang lain. Yang langsing, sexy. Body gitar spanyol atau porselen layaknya bintang Bollywood atau apalah."

"Ga suka. Mereka ga gemuk kaya kamu."

"Ck. Body shaming terus."

"Sama kamu doank. Cepatlah."

"Hish.. Iya!"

Yeonjun tertawa puas saat keluar dari rumah si kelinci.

Ia mengejek Soobin setiap saat bukan sengaja. Tapi kenyataanya.

Bukannya ia tidak suka dengan Soobin yang mulai gemuk, tidak.

Itu membuat si pacar jadi semakin imut dan menggemaskan. Nyaman dipeluk.

Perjalanan didalam mobil terasa seperti biasa. Ditemani deretan musik klasik agar terdengar asik.

Dan ocehan si pemuda kelinci yang tanpa henti.

Mulai dari ragam pertanyaan, hingga kelakuan randomnya.

Ajaib memang dulu Yeonjun bisa suka pada di buntalan satu ini. Maaf body shaming. Tapi Yeonjun suka, dan hanya boleh Yeonjun yang begitu pada Soobin.

Kalau ada yang meledeki Soobin selainnya. Siap-siap pergi ke neraka.

"Kita mau kemana sih kak~ aku bosan lama-lama." pertanyaan dengan nada manja terus dilontarkan.

"Kamu sudah tanya hal itu 10 kali ini Bin."

"Wah harusnya aku dapat piring cantik loh."

"Iya nanti dapat piring cantik."

Tawa kembali menghiasi, sebelum semburat pilu yang menghantui.

Semua masih sama layaknya bait puisi bernada penuh frasa. Namun kini terpaksa harus hilang rasa.

Kalian akan tahu semua.

Apa yang sebenarnya terjadi disana.


* * * * *


Yeonjun ingat dahulu saat si pemuda Choi pertama kali menyatakan perasaannya.

Terkejut tentu.

Baru kali ini ada seorang laki-laki yang menyatakan cinta padanya, terlebih masih muda. Yah, satu tahun lebih muda dirasanya.

Karena melihat tanda pengenal kelas dilengan sebelah kirinya.

Sungguh Yeonjun yang kala itu tengah kalut dari perpustakaan tiba-tiba mendapat confess dadakan. Hanya bisa memberi sebuah dehaman dan kata maaf.

Yang mana ia tak tahu damage dari jawabannya, walau tak sengaja.

Waktu pulangnya seolah terasa berbeda. Ada yang mengganjal hati serta pikirannya.

Mencoba mengingat apa yang terjadi?

Rupanya ia terpikir si pemuda yang menyatakn cinta pagi tadi. Aneh. Yeonjun itu straight.

Dia tak pernah berkencan dengan laki-laki. Dekatpun tak ada seorang.

Kecuali sang kakak, yang kini telah angkat kaki dari kediaman.

Larut dalam pikiran dan perasaan. Choi Yeonjun terus terombang ambing diatasnya.

2 hari tak membuahkan hasil sama sekali tentang apa yang terjadi padanya.

"Coba saja dulu. Bunda akan dukung apapun pilihanmu, jikapun ayahmu bahkan dunia menolak. Bunda akan ada untuk mendukungmu."

"Temui langsung orangnya, jangan jadi pengecut."

Dihari ketiga usai bercerita pada sang terkasih. Bunda. Yeonjun memantabkan diri.

Datang dengan wajah khas, penuh arogansi dan intimidasi.

Melontarkan sepatah kata.

"Diterima."

* * * * *

Semua dari sisi Soobin terlihat baik-baik saja. Nayris sempurna dengan citra pasangan bahagia.

Tidak dengan kisah samping miliknya.

Mereka berdua mengalami banyak hal tak terduga.

Kala itu dimalam tanpa rembulan, membuat suasana kelam semakin mencekam.

Diiringi teriakan menggema.

"KELUAR DAN ANGKAT KAKI DARI KEDIAMANKU!" murka sang Ayah. Terlanjur kecewa pada putra bungsu.

Yeonjun sempat kecewa, merasa putus asa.

"Kakak baik-baik saja?" Soobin terus bertanya, menumpahkan porsi atensi lebih banyak dari hari-hari sebelumnya.

Namun dihiraukan Yeonjun yang masih merasa gelap hati sebab ayahnya.

Hingga satu kata tak terkontrol secara tak sengaja terlontar. Meski lirih masih dapat Soobin dengar samar.

"Bukan begini seharusnya. Seandainya kita tidak bersama."


* * * * *


Tak ada bait puisi seindah lantunan dari kekasihnya.

"Dari senja kita belajar. Yang indah tak selamanya ada menjadi milik kita. Ia akan tenggelam kala sudah waktunya tiba. Bosan berada ditempat sama sepanjang waktu."

"Kalau boleh aku ingin egois kak. Kakak boleh ga suka dan cinta aku. Kakak boleh benci aku. Tapi. Jangan pergi. Aku gak punya siapapun selain kak Yeonjun." senyumnya kala itu menyadarkan.

Yeonjun tak sekuat Soobin kala itu.

Dan manik yang sama nyaris putus asanya namun masih menyunggingkan senyum manis, menampar Yeonjun telak.

Pemuda inilah yang dicarinya.

Yang akan menopang rasa jenuh putus asa dan jerat pilunya.

Keduanya sama-sama saling membutuhkan. Hanya saja yang satu telat menyadari akan hal itu.

* * * * *

"Sebuah kecelakaan beruntun terjadi dijalan SXx9, terdapat korban 2 buah mobil dan 3 pengendara sepeda motor. Total korban yang ditemukan ada 6 orang tidak sadarkan diri.

Dan 1 korban kritis. Diduga kecelakaan terjadi akibat salah satu rem mobil lepas kendali.

Demikian berita terkini saya sampaikan."


* * * * *


"Choi Soobin, wanna be mine?"

Yeonjun lagi-lagi terlambat.







# # # # #





Seikhlasnya..

YeonBin'20 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang