[19]

2.7K 248 9
                                    

Hino melajukan mobilnya dengan gelisah. Ia ingin menerobos antrean kendaraan sialan itu kalau bisa. Sialnya volume kendaraan cukup padat dan jarak antara kampus dengan tempat tujuan sangat jauh. Ia sungguh cemas dengan keadaan istrinya.

Sekitar sejam yang lalu ia mendapat telepon dari supir taksi pesanannya. Supir itu memberitahukan bahwa istrinya kelihatan sakit dan minta diturunkan di halte terdekat. Sayangnya ketika ia ingin keluar kelas, dosen datang dan Hino harus presentasi saat itu juga. Untung dosen itu mengizinkan Hino keluar setelah ia melakukan presentasi makalahnya tanpa menunggu tanggapan dari mahasiswa lain.

Hino menepikan mobilnya di halte yang disebut supir taksi. Dari sekian banyak orang menunggu di sana, ia tidak dapat menemukan sosok Tania. Perasaan Hino semakin tidak enak. Berkali-kali ia mengumpat dalam hati. Kemudian ia ingat apa yang harus ia lakukan. Hino meraih ponselnya di dashboard lalu mencari kontak Tania. Sambil menunggu panggilan tersambung, perasaan Hino semakin khawatir.

"Shit," umpatnya saat panggilannya dijawab oleh operator.

"Kamu di mana, Sayang?" lirihnya.

Hino melajukan kembali mobilnya menuju supermarket yang diberitahukan Tania. Ia akan mencari Tania di tempat itu.

***

Tania berjalan memasuki mall bersama Juventus. Lelaki itu tadi membawa mobil sangat hati-hati. Setiap beberapa menit ia akan bertanya apakah Tania merasa mual atau tidak. Tania merasa senang dengan kebaikan lelaki itu. Ia jadi teringat kepada suaminya. Ya lelaki ini sepertinya seumuran juga dengan Hino.

"Mbak mau beli apa lagi?" tanya Juventus.

"Ini kayaknya udah cukup," jawab Tania.

Sudah setengah jam Tania dan Juventus memutari bagian hypermart di mall tersebut. Juventus mendorong kereta belanja Tania menuju kasir. Mereka tidak menyadari perhatian orang-orang tertuju kepada mereka.

"Istrinya lagi hamil ya, hati-hati Mas jangan sampai istrinya kecapean," tutur seorang ibu muda yang belanja bersama suami dan anak perempuan mereka.

Tania tersenyum kepada keluarga itu. Ia merasa tidak enak kepada Juventus sebab telah dikira suaminya. Namun ketika Tania akan mengucapkan maaf, seorang tante seusia Mami Dewi menegur mereka juga.

"Kalian pasangan yang serasi. Kamu sayang sekali ya sama istri," ucap tante itu.

Tania meringis mendengar pujian yang ditujukan kepada Juventus. Ia menoleh kepada Juventus yang lebih tinggi darinya dan melihat lelaki itu tersenyum simpul.

"Juventus, aku minta maaf, ya. Kamu pasti nggak enak dikira suami aku. Eeerr aku jadi nggak enak, kamu pasti malu jalan di samping ibu hamil kayak aku," ucap Tania meringis.

"Aku nggak merasa seperti itu kok, Mbak. Tenang aja, aku emang udah cocok kan kalau jadi papa?" tanya Juventus sambil meletakkan jempol dan telunjuknya di dagu, menaikkan alis membuat Tania tertawa.

Saat ini Juventus merasa lepas. Di hadapan perempuan ini ia bisa berekspresi konyol dan ceria. Tidak biasanya. Entah mengapa setelah melihat sosok ibu hamil di sampingnya itu, Juventus sangat ingin melindungi perempuan itu. Ia rela bersikap kekanakan demi membuat Tania tertawa. Sangat jauh dari prinsip hidupnya selama ini.

Hino melihat pasangan itu dengan perasaan geram. Amarahnya sudah mencapai ubun-ubun ketika mendengar bisik-bisik orang di sekitar yang memuji betapa serasinya pasangan muda itu. Hino ingin menarik tangan istrinya menjauhi lelaki itu. Ia ingin berteriak kepada semua orang bahwa wanita cantik itu adalah istrinya, miliknya. Dan lihat betapa sempurna wanita itu dengan kehamilan anaknya. Ia ingin membawa Tania pulang dan menguncinya di rumah. Tapi ia terpaksa menahan semua itu. Bahkan seluruh tubuhnya kini bergetar akibat menahan emosi menyaksikan sang istri berjalan menjauh darinya.

Hino (LENGKAP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang