P R O L O G

8 0 0
                                    

"dasar anak kurang ajar! kalian bisanya nyusahin ibu terus!" ucap perempuan paruh baya penuh emosi sambil memegang sapu dan mengejar kedua anaknya.

"ampun bu"
"maaf bu"
"sakit bu, tolong berhenti"

kedua kakak beradik yang masih berumur 9 tahun dan 10 tahun itu pun berteriak dan berlari menghindari pukulan ibu kandung mereka yang selalu memarahi dan memukul mereka berdua setiap hari.

Lihat saja kondisi mereka saat ini, baju yang kusut dan lusuh, badan kurus dan terlihat tidak terawat serta mata yang sayu. Mereka berdua memang tinggal di perkampungan kumuh dekat rel kereta api, orang tuanya adalah seorang pemulung, dan mereka berdua pun bekerja sebagai pengamen jalanan.

"Daffa, Dina, berhenti kalian!" teriak wanita paruh baya itu, namun tidak dihiraukan oleh kedua anaknya, karena mereka terlalu takut.

Kakak beradik, Daffa dan Dina, itupun masih terus berlari dan sesekali melihat kebelakang. Saat ibunya lengah, sang kakak, Daffa, menarik tangan adiknya menuju pepohonan dengan banyak tumbuhan lainnya di samping rel kereta api, untuk bersembunyi dari kejaran ibunya.

"Dek, kita bersembunyi disana saja" ucap sang kakak menunjuk sebuah kotak besar yang terbuat dari logam yang daffa sendiri pun tak pernah melihat dan tak tahu apa itu, ia juga sedikit heran mengapa ada benda seperti itu disini, namun sekarang bukan saatnya memikirkan hal sepert itu. Daffa berjalan mendahului adiknya, ia sampai lebih dulu didalam kotak bersar tersebut, yang ternyata adalah Lift.

"aw" Dina terjatuh diatas tanah dan beberapa dedaunan kering karena tersandung akar pohon, ia sudah tak mempunyai tenaga lagi untung bangkit, ia hanya mampu melihat kakaknya dengan matanya yang sayu, lalu menjulurkan tangannya untuk meraih sang kakak.

"Dina!" ucap Daffa spontan melihat kondisi adiknya seperti itu, saat ia ingin menolong adiknya itu, tibatiba pintu lift tertutup yang membuat daffa terkejut sekali lagi, "ada apa ini? tolong! Adikku ada dalam bahaya diluar sana, kenapa pintu ini tibatiba menutup? Hey, bukalah!" ucap Daffa panik sambil memukul mukul pintu lift tersebut. Tak lama kemudian, lift tersebut berguncang pelan beberapa kali, yang membuat Daffa ketakutan dan lebih memilih duduk meringkuk di pojok lift. Ia ketakutan, tubuhnya tak bertenaga, pikirannya hanya tertuju pada adiknya. Ia mulai menangis dan menenggelamkan kepala pada lipatan tangannya.

TING!

Daffa mendongak cepat saat mendengar bunyi tersebut, dan ia melihat pintu lift sudah mulai terbuka, dengan cepat ia berdiri dan berlari keluar dari lift tersebut. Tapi tunggu..

"Dina? dimana dia? ini dimana? Mengapa ada sungai disana? Mengapa aku bisa berada disini?"
Berbagai macam pertanyaan ada di otaknya. Sebab, saat ia keluar dari lift, yang dilihatnya adalah pepohonan rimbun yang indah, dengan sungai mengalir disisi lainnya. Sangat indah, dan sangat berbeda dengan apa yang dilihatnya sebelum memasuki lift.

Daffa terus berjalan, menembus pepohan rindang itu sambil memandang bingung sekaligus takjub. Hingga akhirnya ia sampai di batas dari kumpulan pohon itu. Gedung bertingkat, lampu warna warni yang cantik, beberapa mobil dan sepeda motor lewat, dan orang-orang dengan baju bagus yang berjalan kesana kesini.

"Apa ini? Siapa mereka? Aku dimana? Sebenarnya apa yang terjadi?"

Beberapa pertanyaan menyerang otak Daffa, sebelum akhirnya pandangannya menjadi gelap, dan tak sadarkan diri.

LIFTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang