• Luna Piena [ 2 / 2 ]

257 36 7
                                    

──20

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

──20.22

‼️Warn : cw// bagi yang sensitif konten bund1r jangan dibaca.

"Aneh banget ! Masa pulang malem nggak dianterin sih? Biasanya aja di protect kaya bayi meskipun nggak perlu. Sekarang malah yang perlu, dilirik aja enggak deh." Menendang kerikil sepanjang jalanan, sembari menggerutu, teruna itu tetap berjalan melurus dibawah indurasmi purnama.

Kalau sedang berjalan sendirian, pikiran akan macam-macam, begitu pula yang terjadi dengannya. Kilas balik kejadian tempo hari bagai kaleidoskop, Jongho mematung, ada yang janggal.

"Tidak usah menipuku. Aku tau, truk itu belum sama sekali berhenti ketika kau menyentuhnya. Kau bukan manusia biasa."

"Manusia selalu, mereka diberi keamanan, namun selalu dikuasai keingin tahuan. Ada yang sebaiknya hanya diam dan tidak tahu, bukan bertanya, yang hanya mengundang maut."

"Mengundang maut? Maksudmu?"

"Ada baiknya kau tidak tahu, siapa aku."

Memang siapa dia? Jongho sendiri tidak tahu. Sibuk bergelut dengan asumsinya, Jongho tidak menyadari, eksistensi dua pria berbadan besar, yang memperhatikannya sedari tadi.

"Hai manis? Malam ini dingin sekali." Salah satu diantaranya mendekat, secara reflek, Jongho mundur. Perasaannya tidak enak. "Mau berbagi kehangatan bersama?" Ah, sial. Bahkan mereka dengan lancang menggenggam satu tangannya.

"L-lepasin Jojo!"

Yeosang, kemari. Yeosang, bantu aku. Yeosang, antar aku pulang.

Bak mantra, Jongho terus merapal nama Yeosang, sebelum mereka berakhir didalam kegelapan. Kala itu, malam adalah saksi bisu, mereka sedang bergelut dalam gelap, ditengah insan yang tengah terlelap.

Mereka yang masih dibawah sadar, satunya menangis sejadi-jadinya. Katanya dunia tidak adil karena hal seburuk ini harus terjadi padanya.

 Katanya dunia tidak adil karena hal seburuk ini harus terjadi padanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  ──21.35

"Jo? Jojo, bangun." Suara lembut menyapa indra pendengarannya. Yang sedang merebah mengerjap perlahan, potongan kilas balik kejadian kemarin malam. Seketika, rasa ngeri menyelimutinya.

Luna Piena | Yeojong ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang